Sekolah Penggerak Didorong Tingkatkan Capaian Belajar Siswa
Salah satu tantangan terbesar dunia pendidikan yang harus diatasi adalah rendahnya kualitas layanan bagi siswa di sekolah. Penyebabnya beragam, mulai dari faktor pendanaan, birokrasi, hingga manajemen satuan pendidikan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
ADRYAN YOGA PARAMADWYA
Para siswa bersiap bermain pianika di SD Negeri Menteng 02, Jakarta Pusat, Jumat (3/2/2023). SD Negeri Menteng 02 menjadi salah satu sekolah yang melaksanakan program Sekolah Penggerak oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
JAKARTA, KOMPAS — Dengan mengembangkan kompetensi kepala sekolah dan guru, program Sekolah Penggerak didorong meningkatkan capaian belajar siswa. Hal ini memerlukan komitmen kuat berbagai pihak untuk berkolaborasi mendongkrak mutu pendidikan.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Prof Nunuk Suryani mengatakan, kebijakan Merdeka Belajar dirancang menggunakan pendekatan transformatif untuk mengatasi tantangan pembelajaran secara langsung. Program Sekolah Penggerak merupakan episode ketujuh Merdeka Belajar yang diluncurkan pada Februari 2021.
Salah satu tantangan terbesar yang harus segera diatasi adalah rendahnya kualitas layanan bagi siswa di sekolah. Penyebabnya beragam, mulai dari faktor pendanaan, birokrasi, hingga manajemen satuan pendidikan.
Menurut Nunuk, pada banyak kasus, peserta didik harus merasakan konsekuensinya karena kebutuhan mereka tidak menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, Kemendikbudristek merancang program Sekolah Penggerak untuk mendorong transformasi pendidikan.
Pelajar SMAN 73 membawa buku sekolah di Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (13/7/2022). Kurikulum Merdeka secara bertahap disiapkan jadi kurikulum nasional di tahun 2024. Dari evaluasi implementasi di Sekolah Penggerak, Kurikulum Merdeka dapat dilaksanakan untuk beragam kondisi sekolah yang siap berubah.
Kepala sekolah dan guru dibekali berbagai kompetensi, salah satunya manajemen sekolah. Selain itu, fokus pembelajaran berpusat pada siswa.
”Harapan dari semua itu adalah meningkatnya mutu atau capaian hasil belajar siswa,” ujar Nunuk dalam webinar ”Pelatihan Komite Pembelajaran Program Sekolah Penggerak Angkatan 3”, Senin (22/5/2023).
Nunuk menyebutkan, program tersebut diawali dengan membangun sumber daya manusia (SDM) unggul. Dengan begitu, kepala sekolah dan guru dapat mengoptimalkan layanan pendidikan kepada peserta didik.
”Kemajuan sekolah dan ekosistem pendidikan sangat bergantung pada kepemimpinan di sekolah masing-masing. Oleh karena itu, kami ingin mencetak dan melahirkan guru, kepala sekolah, serta pengawas yang mampu menjadi pemimpin pembelajaran tersebut,” ujarnya.
Pada banyak kasus, peserta didik harus merasakan konsekuensinya karena kebutuhan mereka tidak menjadi prioritas utama.
Peserta pelatihan komite pembelajaran Sekolah Penggerak diharapkan berbagi ilmu kepada rekan-rekan sejawatnya. Hal ini bertujuan agar transformasi pembelajaran bisa berdampak lebih luas.
”Betapapun beratnya jalan untuk meningkatkan pendidikan berkualitas bagi anak-anak Indonesia, komitmen bersama untuk bekerja berkolaborasi akan memudahkan jalan kita,” ucapnya.
Kepala Sekolah Dasar Negeri 026 Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, John Hendri mengatakan, status Sekolah Penggerak yang diperoleh SD itu sejak 2021 memotivasi para guru untuk meningkatkan capaian pembelajaran. Metode belajar pun beralih dengan dipusatkan pada kebutuhan siswa.
”Guru mengenali kemampuan setiap siswa sehingga bisa memetakan kebutuhan mereka. Intinya, bagaimana layanan pendidikan untuk siswa dioptimalkan,” katanya.
Akan tetapi, sekolah itu juga menghadapi beberapa kendala. Dari sisi SDM, misalnya, delapan guru di sekolah tersebut tidak ada yang berstatus guru penggerak. Satu guru penggerak sudah dimutasi menjadi kepala sekolah pada April lalu.
”Idealnya Sekolah Penggerak juga memiliki guru penggerak. Sayang sekali kalau cepat dipindah. Padahal perlu waktu bagi guru penggerak untuk mengimplementasikan ilmunya,” ujarnya.
KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA
Seorang anak membaca buku yang diambil dari lemari buku Bookhive di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (24/4/2023). Lemari buku di taman itu mempermudah masyarakat mengakses bahan bacaan sehingga diharapkan meningkatkan literasi.
Rendahnya capaian belajar menjadi salah satu pekerjaan rumah (PR) besar pendidikan di Tanah Air. Sebagai gambaran, berdasarkan hasil Asesmen Nasional 2021, satu dari dua peserta didik belum mencapai kompetensi minimum literasi. Sementara dua dari tiga peserta didik belum mencapai kompetensi minimum numerasi.
Koordinator Kelompok Kerja Pembelajaran Kemendikbudristek Medira Ferayanti menyebutkan, Sekolah Penggerak merupakan katalis untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia. Dalam hal ini, sekolah berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik.
”Karena dia penggerak, juga diharapkan bisa mengimbas hal-hal baik kepada satuan pendidikan yang lainnya,” katanya.
Berdasarkan catatan Kompas, implementasi program Sekolah Penggerak menghadapi sejumlah tantangan. Dalam hal fasilitas, misalnya, banyak sekolah yang memiliki keterbatasan ruang belajar.
Lingkungan belajar
Upaya meningkatkan mutu pendidikan turut dipengaruhi oleh lingkungan belajar. Oleh karena itu, Sekolah Penggerak didorong menghadirkan lingkungan belajar yang aman, nyaman, inklusif, dan menyenangkan.
KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA
Suasana pembelajaran di kelas II Sekolah Dasar Negeri 026 Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, Kamis (13/4/2023). Sekolah itu menerapkan pembelajaran interaktif yang melibatkan peran aktif siswa saat belajar di kelas.
Menurut Medira, faktor lingkungan belajar itu tidak hanya berdampak pada siswa, tetapi juga guru. Sebab, sulit bagi guru untuk berkembang jika lingkungannya tidak mendukungnya untuk terus belajar.
”Itu mungkin kurang disadari, bagaimana membentuk lingkungan belajar yang ramah bagi guru. Di samping juga harus membangun lingkungan yang ramah anak. Jika semuanya sudah nyaman, segala potensi anak akan optimal,” katanya.
Sekolah Penggerak membutuhkan kolaborasi dengan pemerintah daerah. Program ini menerapkan intervensi holistik, mulai dari SDM sekolah, pembelajaran, perencanaan, digitalisasi, hingga pendampingan oleh pemda.