Pengelolaan Kebun Raya Perlu Dukungan Pemerintah Daerah
Tahun ini, Kebun Raya Bogor memasuki usia 206 tahun. Momentum peringatan hari jadi Kebun Raya Bogor ini diharapkan dapat menjadi titik awal dalam meningkatkan pengelolaan kebun raya di sejumlah daerah.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Upaya meningkatkan pengelolaan kebun raya di sejumlah daerah perlu dukungan dan koordinasi yang lebih erat, khususnya dengan pemerintah daerah sekaligus Badan Riset dan Inovasi Daerah atau Brida. Momentum peringatan hari jadi Kebun Raya Bogor ke-206 tahun ini diharapkan dapat menjadi titik awal dari koordinasi tersebut.
Kebun Raya Bogor (KRB) di Jawa Barat sebagai pusat konservasi tumbuhan terbesar di Indonesia memasuki usia 206 tahun pada Kamis (18/5/2023). Puncak peringatan hari jadi KRB ke-206 ini diselenggarakan Rabu (17/5) dengan tema ”Mendorong Konservasi Tumbuhan dan Pelestarian Lingkungan di Daerah”. Acara peringatan ini juga mengundang para pengelola kebun raya Indonesia, kepala Brida, dan alumni penerima Kalpataru.
Sampai saat ini tercatatdi Indonesia terdapat 46 kebun raya yang dikelola oleh pemerintah daerah (pemda) dan perguruan tinggi, serta 5 kebun raya yang dikelola oleh BRIN.
Tanpa dukungan dari kepala daerah dan pemda, setiap kepala kebun raya dinilai sulit berkreasi.
Dalam sesi diskusi, Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Pemanfaatan Riset dan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Hendrian menyampaikan, pembangunan kebun raya daerah sudah dilakukan sejak belasan tahun lalu sampai sekarang. Kebun raya daerah yang telah dibangun juga mendapat monitoring dan evaluasi untuk melihat perkembangannya.
”Kami melakukan monitoring dan evaluasi dengan sejumlah kriteria untuk melihat kebun raya yang baik dan yang tidak. Dari beberapa kriteria yang digunakan, poin yang paling dilihat ialah komitmen dan dukungan dari pemerintah daerah,” ujarnya.
Menurut Hendrian, banyak kasus memperlihatkan bahwa dua aspek yang paling besar pengaruhnya terhadap kelangsungan kebun raya, yakni kepala daerah dan pemdanya. Tanpa dukungan dari kepala daerah dan pemda, setiap kepala kebun raya dinilai sulit berkreasi.
Aspek lain yang perlu ditingkatkan dalam pengelolaan kebun raya di daerah di antaranya meliputi performa konservasi, pemenuhan koleksi tanaman, dan penataan ke depan. Di sisi lain, perlu juga pengembangan aspek non-konservasi, seperti fasilitasi kegiatan riset, eduwisata, termasuk inovasi dalam pelayanan publik.
Dari hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan BRIN, terdapat sejumlah kebun raya dengan kinerja terbaik. Kebun raya tersebut ialah Kebun Raya Indrokilo (Jawa Tengah), Kebun Raya Banua (Kalimantan Selatan), Kebun Raya Balikpapan (Kalimantan Timur), dan Kebun Raya Institut Teknologi Sumatera (Lampung).
Peran para alumnus penerima Kalpataru juga dinilai signifikan dalam menggerakkan upaya konservasi tumbuhan dan pelestarian lingkungan di daerah. Mereka juga sekaligus dapat memberikan inspirasi serta memperkaya pengembangan riset dan inovasi di daerah.
Rumah kaca anggrek
Dalam acara peringatan hari jadi KRB ke-206 ini turut diselenggarakan pula peresmian Rumah Kaca Anggrek Soedjana Kassan oleh Presiden RI ke-5 sekaligus Ketua Dewan Pengarah BRIN Megawati Soekarnoputri. Rumah Kaca Anggrek ini dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada 2019 dan selesai tahun 2021.
Penataan bangunan kawasan taman anggrek meliputi rumah kaca induk seluas 6.813 meter persegi dan laboratorium kultur jaringan 1.560 meter persegi. Kemudian penghubung ruang anggrek 265,8 meter persegi, ruang pameran/display 345,6 meter persegi, dan area layanan. Total anggaran penataan taman anggrek menghabiskan Rp 38 miliar lebih.
Saat memberikan sambutan, Megawati mengingatkan agar seluruh pegawai yang bekerja di kebun raya harus memiliki rasa sayang dan empati kepada tanaman koleksi. Sebab, pegawai tersebut merawat tanaman koleksi agar bisa terus lestari hingga puluhan tahun ke depan.
Ia juga meminta agar seluruh kekayaan keanekaragaman hayati dan plasma nutfah di Indonesia harus terus dijaga. Seluruh kekayaan tersebut juga harus dijaga dan dilestarikan serta dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan rakyat.
Megawati memandang bahwa selama ini pemda, khususnya di tingkat kabupaten, masih belum mencari dan mengembangkan potensi daerahnya. Oleh karena itu, peran Brida sangat penting untuk mengembangkan potensi daerahnya yang berbasis sains sehingga pemda bisa mendapat dan mengoptimalkan pendapatan asli daerah (PAD) dari potensi tersebut.