WHO: Pemanis Buatan Tidak Menurunkan Berat Badan, Justru Membahayakan Kesehatan
Organisasi Kesehatan Dunia menentang penggunaan pemanis buatan sebagai cara untuk mengontrol berat badan atau membatasi penyakit tidak menular.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Seorang pedagang menjual minuman berpemanis di Jakarta, Senin (9/3/2020).
JAKARTA, KOMPAS - Organisasi Kesehatan Dunia menentang penggunaan pemanis buatan sebagai cara untuk mengontrol berat badan atau membatasi penyakit tidak menular. Konsumsi berlebih pemanis buatan non-gula dalam jangka panjang, justru bisa meningkatkan risiko kesehatan
”Rekomendasi tersebut didasarkan pada temuan kajian sistematis dari bukti yang ada yang menunjukkan bahwa penggunaan pemanis buatan non-gula tidak memberikan manfaat jangka panjang dalam mengurangi lemak tubuh pada orang dewasa atau anak-anak," sebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam sebuah pernyataan, yang dirilis Senin (15/5/2023).
Tinjauan yang mencakup lebih dari 320 studi itu juga menyebutkan, penggunaan pemanis buatan non-gula pada jangka panjang dapat berkontribusi pada diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan penyakit serius pada orang dewasa.
Masyarakat agar mengurangi konsumsi makanan manis sama sekali, baik yang bersumber gula maupun pemanis buatan. Hal ini perlu dimulai sejak usia dini.
”Mengganti gula dengan pemanis buatan tidak membantu pengendalian berat badan dalam jangka panjang,” kata Direktur Nutrisi dan Keamanan Pangan WHO Francesco Branca. ”Pemanis buatan bukanlah faktor diet esensial dan tidak memiliki nilai gizi.”
Branca menyarankan agar masyarakat untuk mengurangi konsumsi makanan manis sama sekali, baik yang bersumber gula maupun pemanis buatan. Hal ini perlu dimulai sejak usia dini.
Aspartame, advantame, cyclamates, neotame, sakarin, sukralosa dan stevia termasuk bahan tambahan yang dibahas dalam tinjauan WHO tersebut. Sebagian besar pemanis buatan tersebut dikaitkan dengan nama merek, seperti Sweet'N Low, Equal, dan Splenda. Berbagai produk ini telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) di Amerika Serikat.
Batasi gula
WHO telah menyerukan sebelumnya agar orang dewasa dan anak-anak membatasi konsumsi gula tambahan, termasuk glukosa, fruktosa, dan gula meja, kurang dari 10 persen dari total asupan energi mereka sejak tahun 2015. Pengurangan lebih lanjut hingga di bawah 5 persen atau kira-kira 25 gram (6 sendok teh) per hari akan memberikan manfaat kesehatan tambahan.
”Kami memiliki bukti kuat bahwa menjaga asupan gula bebas hingga kurang dari 10 persen dari total asupan energi mengurangi risiko kelebihan berat badan, obesitas, dan kerusakan gigi,” kata Branca setelah laporan tersebut.
Rekomendasi terbaru untuk mengurangi konsumsi pemanis buatan ini tidak berlaku untuk penderita diabetes, juga tidak berlaku untuk pengobatan. Temuan WHO juga tidak berkaitan dengan produk perawatan pribadi termasuk pasta gigi dan produk perawatan kulit.
Merespons rekomendasi WHO terbaru ini, Asosiasi Pemanis Internasional (ISA) menyatakan, pemanis rendah/tanpa kalori selama ini telah berperan dalam mengurangi asupan gula dan kalori serta membantu dalam pengendalian berat badan.
Sementara itu, riset terbaru di The BMJ pada April 2023 menunjukkan pentingnya mengurangi konsumsi gula tambahan maksimal sekitar enam sendok teh sehari dan membatasi minuman berpemanis kurang dari satu porsi seminggu untuk kesehatan. Penelitian yang didasarkan tinjauan bukti komprehensif ini menguatkan rekomendasi WHO tentang asupan gula maksimal.
Para peneliti menemukan hubungan berbahaya yang signifikan antara konsumsi gula dan 45 dampak buruk kesehatan, termasuk asma, diabetes, obesitas, penyakit jantung, depresi, beberapa jenis kanker, dan kematian.