Peneliti Temukan Penyebab Es Cepat Mencair di Greenland
Tim peneliti internasional menemukan penyebab es cepat mencair di Greenland saat melakukan penelitian Gletser Petermann. Mencairnya es ini berkaitan dengan meningkatnya suhu air laut karena dampak perubahan iklim.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim peneliti internasional menemukan penyebab es cepat mencair di Greenland saat melakukan penelitian Gletser Petermann. Penemuan ini menunjukkan bahwa sampai sekarang seluruh pihak masih meremehkan besarnya kenaikan permukaan laut yang akan terjadi di masa depan karena mencairnya es di kutub.
Penemuan terkait penyebab es cepat mencair di Greenland ini dilakukan oleh para peneliti dari University of Californiadan Jet Propulsion LaboratoryBadan Penerbangan dan Antariksa Amerika(NASA). Hasil temuan ini menjadi subyek makalah yang diterbitkan dalam roceedings of the National Academy of Sciences(PNAS), 8 Mei 2023.
Dalam studi ini, para peneliti menggunakan data radar satelit dari tiga misi Eropa untuk mengetahui bahwa garis landasan Gletser Petermann bergeser secara substansial selama siklus pasang surut sehingga memungkinkan es tersebut mencair. Garis landasan merupakan tempat es terlepas dari dasar daratan dan mulai mengapung di lautan.
Asisten spesialis dalam ilmu sistem bumi dari University of California,Enrico Ciraci, menjelaskan, garis landasan Petermann bisa lebih akurat digambarkan sebagai zona landasan. Sebab, garis ini bermigrasi antara 2 dan 6 kilometer saat air pasang.
”Migrasi ini lebih besar dari yang diharapkanuntuk sebuah jalur landasan di sebuah area yang tidak bergerak dan kaku,” ujar Ciraci yang juga penulis utama studi ini seperti dikutip dari situs resmi University of California, Jumat (12/5/2023).
Menurut Ciraci, selama ini banyak pihak berpandangan bahwa garis landasan di bawah gletser yang mencapai samudra tidak bermigrasi selama siklus pasang surut. Bahkan, garis landasan ini juga diyakini tidak mengalami pencairan es.
Meski demikian, hasil studi terbaru telah menepis pandangan tersebut dengan membuktikan bahwa air laut yang hangat dapat masuk ke bawah es melalui saluran subglasial yang sudah ada sebelumnya. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya tingkat pencairan tertinggi di zona landasan.
Upaya bersama yang lebih serius diperlukan untuk mencegah suhu muka air laut semakin panas karena dapat menyebabkan es di kutub mencair dengan cepat.
Para peneliti menemukan adanya air laut yang masuk saat garis landasan Gletser Petermann mundur hampir 4 kilometer antara tahun 2016 dan 2022. Air laut yang hangat tersebut kemudian mengukir rongga setinggi 670 kaki atau sekitar 204 meter di bagian bawah gletserdan kantong berongga itu tetap ada sepanjang tahun 2022.
Profesor ilmu sistem Bumi University of California sekaligus penelitian NASA, Eric Rignot, mengatakan, interaksi es dengan laut ini membuat gletser lebih sensitif terhadap pemanasan laut. Memasukkan dinamika interaksi ini dalam sebuah permodelan akan meningkatkan proyeksi kenaikan permukaan laut hingga 200 persen.
”Permodelan mencairnya es ini tidak hanya untuk Petermann, tetapi juga untuk semua gletser yang berakhir di lautan. Sebagian besar gletser ini berada di utaraGreenland dan seluruh Antartika,” kata Rignot yang juga terlibat dalam studi ini.
Menurut Rignot, lapisan es Greenland telah kehilangan miliaran ton es ke lautan dalam beberapa dekade terakhiryang sebagian besar disebabkan oleh pemanasan air laut di bawah permukaan. Paparan air laut mencairkan es dengan kuat di bagian depan gletser dan mengikis resistensi terhadap pergerakan gletser di atas tanah sehingga es meluncur lebih cepat ke laut.
Para peneliti pun mendorong agar seluruh pihak di tingkat global memberikan perhatian terhadap mencairnya es di Greenland ini yang merupakan imbas dari perubahan iklim. Upaya bersama yang lebih serius diperlukan untuk mencegah suhu muka air laut semakin panas karena dapat menyebabkan es di kutub mencair dengan cepat.