Wapres Amin: Maluku Utara Titik Nol Jalur Rempah Dunia
Maluku Utara adalah bagian penting dari perjalanan sejarah jalur rempah Nusantara. Bahkan, oleh Wapres Ma’ruf Amin, Maluku Utara disebut titik nol jalur rempah dunia.
Oleh
NINA SUSILO
·4 menit baca
BPMI SEKRETARIAT WAPRES
Wakil Presiden Ma’ruf Amin memberikan sambutan dalam seminar nasional “Melacak Jalur Peradaban Rempah Dunia” di Kantor Wali Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, Kamis (11/5/2023). Amin menegaskan, Maluku Utara adalah titik nol jalur rempah dunia.
JAKARTA, KOMPAS — Wakil Presiden Ma’ruf Amin menilai Maluku Utara adalah bagian penting dari perjalanan sejarah jalur rempah Nusantara. Bahkan, Wapres menyebut Maluku Utara sebagai titik nol jalur rempah dunia.
Hal itu ditegaskan Wapres dalam sambutannya dalam seminar nasional ”Melacak Jalur Peradaban Rempah Dunia” di Kantor Wali Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, Kamis (11/5/2023). Menurut Wapres, ada beberapa faktor yang membuat perlunya ada penegasan tersebut.
Pertama, perdagangan rempah berlangsung jauh sebelum bangsa Eropa menginjakkan kaki ke Nusantara. Cengkeh, tanaman asli yang tumbuh di Kepulauan Maluku, bahkan ditemukan pada wadah keramik terbakar di gurun pasir Suriah, di tepi Sungai Efrat, pada era Raja Yadihk–Abu, tahun 1721 Sebelum Masehi.
Hal itu membuktikan adanya aktivitas perdagangan yang bermula dari Nusantara. Dalam perkembangannya, jalur perdagangan rempah semakin ramai, hingga disebut sebagai jalur rempah. Melalui jalur rempah, agama-agama seperti Hindu, Buddha, Kristen, dan Islam masuk ke Nusantara.
Perjalanan Wapres ke Tidore menggunakan KRI Dorang-874 dengan bertolak dari Ternate. Setelah menempuh perjalanan 40 menit, Wapres yang didampingi Nyonya Wury tiba di Pelabuhan Trikora. Wapres disambut Wali Kota Tidore Kepulauan Ali Ibrahim bersama Nyonya Safia serta Plt Ketua DPRD Kota Tidore Kepulauan Mochtar Djumati.
Saat itu, Wapres disambut dengan tradisi adat joko hale atau injak tanah. Penyambutan ini dilakukan untuk tamu kehormatan yang baru menginjakkan kaki ke Tidore oleh Bobato Adat Kesultanan Tidore. Dalam bahasa Tidore, joko berarti menginjak, sedangkan hale berarti tanah.
Anggota tim Ekspedisi Jalur Rempah mencoba mengukur diameter batang pohon pala di Pulau Run, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Kamis (27/4/2017).
Dari Barus
Wapres mengatakan, para sejarawan menduga Islam pertama kali masuk melalui wilayah Barus di Sumatera, kemudian mencapai daerah yang disebut Moloko Kie Raha, yakni daerah dengan empat gunung, yaitu Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Kerajaan-kerajaan di keempat wilayah ini kemudian menerima Islam dan menjadi kesultanan Islam yang menguasai jalur perdagangan rempah di Nusantara dengan komoditas utama berupa cengkeh.
Wali Kota Tidore Kepulauan Ali Ibrahim dalam laporannya menyebutkan bahwa Kesultanan Tidore berdiri tahun 1108, sedangkan Kota Tidore baru resmi berdiri pada 2003. Pada masa kesultanan tersebut, menurut Ali, prinsip kenegaraan yang mirip dengan demokrasi sudah ada. Pemerintahan yang dipimpin sultan dibantu staf yang mengurus dunia dan agama.
Peradaban Islam di Kesultanan Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan ini, menurut Wapres, sekaligus mengantarkan Maluku Utara pada puncak kegemilangan jalur rempah Nusantara.
Wapres Amin pun meminta ada agenda revitalisasi rempah di Maluku Utara. Hal ini dinilai harus menjadi prioritas pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan.
Selain itu, menurut Ali, disinyalir orang pertama yang mengelilingi bumi justru orang asal Tidore yang disebut Enrique Maluku. Enrique disebut sebagai sosok yang mendampingi Ferdinand Magellan dalam misi melakukan ekspedisi mengelilingi dunia. Ferdinand Magellan tidak berhasil melaksanakan misinya karena terbunuh dalam pertempuran dengan penduduk asli di Filipina. Enrique yang diduga kuat berasal dari Maluku kemudian melanjutkan perjalanan tersebut hingga tiba di Tidore dan dianggap berhasil mengelilingi dunia.
Wapres Amin pun meminta ada agenda revitalisasi rempah di Maluku Utara. Hal ini dinilai harus menjadi prioritas pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan. Pusat-pusat penelitian di Maluku Utara dan di Indonesia juga perlu memperbanyak penelitian tentang tokoh-tokoh maritim Nusantara serta mengembangkan program pendidikan dan pelatihan di bidang ekonomi biru dalam mewujudkan visi poros maritim dunia.
Lebih jauh lagi, menurut Wapres, perlu diperjuangkan jalur rempah sebagai warisan budaya UNESCO pada tahun 2024. Sebab, ujarnya, rempah bukan sekadar komoditas unggulan ekonomi global. Namun, lebih jauh dari itu, rempah adalah bangunan sejarah peradaban yang plural. ”Saya yakin, dari masa ke masa, jalur rempah menjadi gerbang pertukaran antarbudaya dan ilmu pengetahuan yang mewadahi berbagai konsep, gagasan, dan praktik yang melahirkan peradaban,” ujarnya.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin menerima gelar adat dari Kesultanan Tidore, Kamis (11/5/2023), di Soa Slo, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara.
Selain itu, Wapres juga menyebut rempah sebagai jalan kebudayaan, jalan keberagaman, dan jalan toleransi bagi keberagaman suku, etnis, agama, dan kelompok sosial di Indonesia selama ratusan tahun.
Enrique Maluku, contohnya, juga bisa menjadi simbol jati diri dari rakyat Maluku yang terbuka, berpikir global, memiliki fisik yang tangguh, dan berwawasan navigasi pelayaran yang unggul.
Gubernur Maluku Utara Abdul Ghani Kasuba menyampaikan kegembiraan karena Wapres Amin mengunjungi wilayah ini. Presiden RI yang pernah mengunjungi Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan, bahkan bermalam di lokasi ini, menurut Abdul Ghani, adalah Presiden Soekarno.
Dalam kunjungannya ke Tidore, Wapres Amin juga menerima gelar adat dari Kesultanan Tidore di Kedaton Kesultanan Tidore, Soa Slo, Kota Tidore Kepulauan. Gelar yang diberikan adalah Nau Manyira Ngofa Kadato Nyii Gulu Gulu Kesultanan Tidore yang berarti Pangeran Sulung Anak Adat Kesultanan Tidore di Wilayah Jauh.