Perluas Peran dalam Meningkatkan Kapasitas Layanan Kesehatan Rujukan
Trasformasi layanan kesehatan rujukan di Indonesia dapat diwujudkan melalui peran dari berbagai pihak. Melalui transformasi tersebut, akses dan mutu layanan di masyarakat diharapkan bisa semakin baik.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berkomitmen melakukan transformasi sistem kesehatan di Indonesia, termasuk sistem layanan rujukan. Karena itu, berbagai pihak diharapkan turut berperan dalam transformasi tersebut agar akses dan mutu layanan di masyarakat bisa semakin optimal.
Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan Yuli Astuti Saripawan mengatakan, transformasi sistem kesehatan pada pilar layanan rujukan dimaksudkan untuk meningkatkan akses dan mutu layanan kesehatan di masyarakat. Hal tersebut dilakukan dengan mendekatkan akses layanan sekaligus mengembangkan layanan unggulan untuk masyarakat.
”Untuk mewujudkan transformasi tersebut, butuh sinergitas dan kerja sama yang baik dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, organisasi profesi, dan masyarakat,” tuturnya dalam acara peresmian Merial Tower Rumah Sakit Pelni di Jakarta, Kamis (11/5/2023).
Yuli menuturkan, pengembangan fasilitas kesehatan yang dilakukan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui perluasan layanan di Merial Tower Rumah Sakit (RS) Pelni juga menjadi langkah baik dalam upaya peningkatan layanan kesehatan di masyarakat. Harapannya, perluasan layanan tersebut juga diiringi dengan peningkatan kapasitas dan kompetensi dari sumber daya manusia kesehatan yang bertugas.
Berdaya saing
Setiap rumah sakit kini dituntut untuk bisa mengikuti perubahan dan perkembangan dunia. Kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia harus bisa bersaing di tingkat global sehingga masyarakat di Indonesia pun tidak banyak yang justru berobat ke luar negeri.
”Kita ingin capai satu tujuan, yakni untuk menyejahterakan masyarakat dan memudahkan akses pelayanan kesehatan pada masyarakat. Kita dituntut untuk bergerak bersama, tidak hanya pemerintah, tetapi juga swasta agar pelayanan kesehatan di Indonesia bisa benar-benar kondusif dan dipercaya oleh masyarakat,” kata Yuli.
Untuk mewujudkan transformasi tersebut, butuh sinergitas dan kerja sama yang baik dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, organisasi profesi, dan masyarakat.
Direktur Utama PT Rumah Sakit Pelni Dewi Fankuningdyah Fitriana memaparkan, RS Pelni kini menjadi salah satu rumah sakit rujukan untuk kasus dan tindakan tingkat lanjut dari berbagai wilayah di Indonesia. Jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut pun cukup tinggi.
Tingkat keterisian tempat tidur (BOR) di RS Pelni rata-rata mencapai lebih dari 90 persen. ”Bahkan, pernah sampai 100 persen. Terkadang pasien juga tidak tertampung sehingga harus dirujuk ke rumah sakit lain. Melihat urgensi itu, kita pun memutuskan untuk menambah kapasitas di Merial Tower,” ujarnya.
Dewi menambahkan, pengembangan layanan yang dilakukan tidak hanya untuk meningkatkan kapasitas, tetapi juga kompetensi pelayanan kesehatan. Sejumlah alat kesehatan yang disediakan pun lebih canggih dari alat sebelumnya.
Adapun fasilitas penunjang unggulan yang ditawarkan saat ini seperti MRI 1.5 Tesla, CT Scan 128 slice, radioterapi eksternal, dan brakiterapi 3D. Layanan-layanan yang disediakan pun diharapkan dapat menunjang layanan unggulan dari RS Pelni, yakni terkait layanan mata, neurologi, kardiovaskular, dan kanker.
Direktur Utama Pertamina Bina Medica IHC Mira Dyah Wahyuni mengatakan, layanan yang ditawarkan di RS Pelni dapat menjadi pilihan bagi masyarakat dalam pengobatan yang dibutuhkan, termasuk layanan kanker. Kebutuhan layanan kanker di Indonesia semakin besar seiring dengan bertambahnya jumlah kasus di masyarakat.
”Kanker menjadi penyakit yang masuk dalam tiga besar penyakit penyebab kematian di Indonesia. Itu sebabnya, BUMN pun turut berfokus dalam peningkatan mutu layanan kanker supaya lebih banyak masyarakat yang bisa terlayani,” ucapnya.