Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan menyelenggarakan program beasiswa bagi dokter spesialis dan dokter subspesialis. Setidaknya sudah ada 663 dokter yang terdaftar.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
KOMPAS/EMANUEL EDI SAPUTRA (ESA)
Muhammad Asroruddin (baju batik), dokter spesialis mata di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura, Pontianak, membimbing koassistensi (koass) sarjana kedokteran FK Untan, Senin (2/5/2015), di Pontianak. Koassistensi merupakan program pendidikan profesi yang harus ditempuh calon dokter setelah menyelesaikan program akademik.
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 663 dokter menerima beasiswa pendidikan di dalam dan luar negeri. Program beasiswa tersebut utamanya diberikan bagi tenaga kesehatan yang melayani layanan kanker, jantung, stroke, ginjal, serta kesehatan ibu dan anak.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, program beasiswa tersebut diharapkan dapat membantu mewujudkan upaya pemerintah dalam mempercepat pemenuhan dan pemerataan layanan subspesialistik di rumah sakit. Beasiswa ini juga bertujuan mendukung peningkatan kompetensi dan kapasitas keilmuan dari tenaga kesehatan spesialis dan subspesialis.
”Ini ada sekitar 643 yang mendapatkan beasiswa. Sebenarnya diberikan kuota 1.000 orang, tetapi ada kendala tempat, kuota kurang sehingga tidak semuanya terserap. Ke depan semoga bisa lebih banyak lagi,” ujarnya dalam acara peluncuran program beasiswa dokter spesialis dalam dan luar negeri di Jakarta, Senin (8/5/2023).
Program beasiswa tersebut merupakan bentuk kerja sama antara Kementerian Kesehatan dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Pada kelompok pertama penerima beasiswa tahun 2023, setidaknya ada 663 dokter yang menerima beasiswa yang terdiri dari 643 dokter spesialis dan 20 dokter subspesialis yang terdaftar. Selain dokter, beasiswa ini juga terbuka bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan Arianti Anaya menuturkan, program beasiswa akan dibuka sepanjang tahun untuk seluruh dokter spesialis yang telah memiliki surat penerimaan dari unit penyelenggara serta dari program fellowship yang diadakan dalam dan luar negeri. Masa studi dari program tersebut bervariasi tergantung program yang dijalankan, yakni mulai dari yang paling singkat tiga bulan hingga yang paling lama 24 bulan.
Setidaknya sudah ada 16 negara tujuan beasiswa yang terdaftar untuk program fellowship luar negeri, antara lain, Amerika Serikat, Australia, Belanda, Brunei Darussalam, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Taiwan, China, dan Vietnam.
Dokter yang sudah menyelesaikan pendidikan dapat memberikan pelatihan kepada dokter lainnya melalui mekanisme training of trainersehingga peningkatan kapasitas bisa semakin luas dan cepat.
”Kami juga sudah memfasilitasi agar ketika mereka (penerima beasiswa) pulang, mereka tidak ada kesulitan untuk mendapatkan STR (surat tanda registrasi). Sekarang, kuota untuk berangkat ke luar negeri dengan beasiswa LPDP, baik untuk dokter spesialis dan subspesialis cukup banyak,” kata Arianti.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, program beasiswa LPDP diharapkan bisa turut mendukung langkah-langkah untuk membangun ekosistem kesehatan yang baik. Masalah kesehatan saat ini amat rumit, menantang, dan berubah sangat cepat sehingga diperlukan ekosistem yang kuat.
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Dokter spesialis telinga, hidung, tenggorokan, Wahyu Dwi, dari Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto memeriksa rongga telinga pelajar SD Mandirancan, Kebasen, Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (10/10/2019).
Ia pun berharap program yang dirancang Kementerian Kesehatan bisa berkesinambungan. Dokter yang sudah menyelesaikan pendidikan dapat memberikan pelatihan kepada dokter lainnya melalui mekanisme training of trainer sehingga peningkatan kapasitas bisa semakin luas dan cepat.
”Menyiapkan dokternya berarti juga menyiapkan alat-alatnya. Jangan sampai mereka pulang malah tidak ada alatnya sehingga kemudian merasa ilmunya tidak berguna. Kita harus bisa siapkan seluruh ekosistem kesehatan dengan baik,” ucap Sri.