Bayi berisiko tinggi mengalami malaria berat karena belum memiliki imunitas yang baik. Upaya utama pencegahan malaria adalah dengan menghindari gigitan nyamuk.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Anak di bawah usia lima tahun dan bayi termasuk dalam kelompok rentan yang berisiko tinggi terkena malaria. Sebanyak 42 persen kabupaten di Indonesia atau 70 juta penduduk Indonesia berada di daerah endemis malaria. Sebagai wilayah tropis, Indonesia menjadi negara dengan kasus malaria tertinggi kedua di Asia Tenggara.
Hal itu disampaikan anggota staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Inke Nadia Diniyanti Lubis, dalam webinar yang diadakan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Kamis (27/4/2023). Sejak tahun 2000 hingga 2015, kasus malaria di Indonesia menurun 75 persen, tetapi mulai tahun 2015 sampai sekarang angka kasus tersebut cenderung stagnan.
”Anak-anak yang tinggal di daerah endemis terdampak banyak. Saat mereka terinfeksi berulang, anak bisa mengalami anemia. Anemia ini bisa menyebabkan gangguan fungsi kognitif dan gangguan tumbuh kembang anak,” ujarnya.
Selain itu, malaria berdampak pada ibu hamil, seperti anemia, bayi lahir prematur, berat badan bayi rendah, bahkan menular ke bayinya atau disebut malaria kongenital. Justru kematian akibat malaria paling tinggi terjadi pada bayi.
Salah satu malaria yang bisa dialami oleh bayi adalah malaria serebral (MS) atau malaria pada otak. Bayi berisiko tinggi mengalami malaria berat karena bayi belum memiliki imunitas yang baik.
”Di daerah-daerah endemi berat, banyak terjadi kematian janin dan kelahiran prematur. Pada Indonesia Timur, malaria turut menjadi penyebab utama stunting,” ucap Inke.
Menurut Inke, upaya utama dalam penanganan malaria adalah menghindari gigitan nyamuk. Hal itu dapat dilakukan dengan memakai kelambu saat tidur, mengenakan baju lengan panjang, memakai lotion yang mengandung insektisida, menggunakan kasa di ventilasi rumah, menjauhkan kandang ternak dari rumah karena kandang ternak mengundang nyamuk, dan mencegah perindukan nyamuk dalam genangan air.
Salah satu upaya itu adalah percepatan penurunan kasus malaria di Papua. Papua adalah kontributor 90 persen kasus nasional sehingga perlu mendapatkan perhatian.
Saat ini, lanjut Inke, penanganan malaria di Indonesia terkendala pengobatan. Sebab, kini hanya tersisa satu obat yang efektif menangani malaria. ”Antibiotik antimalaria semakin lama semakin resisten. Oleh sebab itu, pemerintah mengawasi pemberian obat supaya obat itu dikonsumsi secara tuntas sehingga tidak resisten. Jika satu-satunya obat ini resisten, kasus malaria akan merebak kembali,” ujar Inke.
Upaya pemerintah
Pada 2022, sedikitnya 372 dari 514 kabupaten/kota atau 72 persen wilayah sudah dinyatakan mencapai eliminasi malaria. Selebihnya, sebanyak 83 kabupaten/kota berstatus endemis rendah malaria, 30 kabupaten/kota berstatus endemis sedang, dan 29 kabupaten/kota berstatus endemis tinggi sebanyak 29 kabupaten/kota.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu menyampaikan, sebanyak 89 persen penduduk Indonesia telah hidup di daerah bebas malaria. Namun, pemerintah tetap melakukan berbagai upaya untuk mencapai target eliminasi malaria di tahun 2030.
”Salah satu upaya itu adalah percepatan penurunan kasus malaria di Papua. Papua adalah kontributor 90 persen kasus nasional sehingga perlu mendapatkan perhatian,” ujar Maxi saat dihubungi dari Jakarta.
Selain itu, pemerintah melakukan pencegahan dan pengendalian vektor terpadu melalui intervensi kombinasi. Upaya tersebut, antara lain, pemberian kelambu berinsektisida, Indoor Residual Spraying (IRS), larvasidasi, pengelolaan lingkungan, perlindungan individu, dan pemberian profilaksis.
Kemudian, pemerintah turut meningkatkan akses layanan malaria pada daerah yang sulit dijangkau dan memiliki populasi khusus, seperti penambang ilegal, pekerja pembalakan liar, perkebunan ilegal, dan suku asli yang hidup di hutan. Ini karena kelompok tersebut berkontribusi terhadap sekitar 18 persen dari kasus nasional.