Alasan Mengapa Sebaiknya Membuka Jendela Mobil Baru
Penelitian terbaru menemukan, aroma mobil baru tersebut ternyata berasal dari bahan kimia yang dilepaskan dari material mobil yang bisa berbahaya bagi kesehatan.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mobil baru biasanya memiliki aroma menyengat yang khas dan selama ini dianggap hal biasa. Namun, penelitian terbaru menemukan, aroma mobil baru tersebut ternyata berasal dari bahan kimia yang dilepaskan dari material mobil yang bisa berbahaya bagi kesehatan. Disarankan pengguna mobil baru untuk membuka jendela, setidaknya sampai aromanya hilang.
Penelitian kolaborasi tim insinyur mekanik dan sipil dengan ilmuwan kesehatan yang berafiliasi dengan beberapa entitas di China dan Universitas Harvard di Amerika menganalisis sampel udara di dalam mobil yang baru dibeli. Haimei Wang dari School of Mechanical Engineering, Beijing Institute of Technology menjadi penulis pertama studi yang dilaporkan dalam jurnal Cell Reports Physical Science pada 12 April 2023.
Mobil berbagai jenis rata-rata memiliki satu kesamaan, ketika baru dibeli memiliki bau khas yang kerap dikenal sebagai ”aroma mobil baru”. Bau itu sebenarnya terdiri dari bahan kimia yang dilepaskan ke udara oleh bahan yang digunakan untuk membuat mobil, sebuah proses yang dikenal sebagai pembuangan gas.
Mereka juga menyarankan pembeli mobil baru, berkendara dengan jendela terbuka, setidaknya hingga aromanya tidak lagi tercium.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa bahan kimia tersebut, seperti formaldehida, dapat menimbulkan bahaya kesehatan bagi pengemudi mobil baru. Dalam penelitian baru ini, tim peneliti mengamati dengan lebih serius bahan kimia yang dilepaskan ke udara dari jenis SUV berukuran sedang dalam waktu satu bulan pengujian.
Tim peneliti memarkir SUV di tempat parkir lokal dan menguji udara di dalamnya setiap hari selama 12 hari berturut-turut. Mereka mencatat bahwa selama studi mereka, kondisi lingkungan di dalam mobil berubah, terutama suhu udara, dari 21 derajat celcius menjadi 63 derajat celsius.
Mereka juga menggunakan kromatografi gas-spektroskopi massa untuk mengidentifikasi bahan kimia dalam sampel udara dan konsentrasinya. Para peneliti berhasil mengidentifikasi 20 bahan kimia dalam sampel udara yang berasal dari komponen yang digunakan untuk membuat kendaraan.
”Tingkat deteksi 14 dari 20 partikel kimia yang diukur adalah 100 persen dan kami menemukan bahwa konsentrasi formaldehida dan asetaldehida melebihi batas standar nasional China,” tulis Wang dan tim.
Jumlah bahan kimia ini bervariasi, sebagian besar tergantung pada suhu permukaan di dalam mobil, bukan suhu udara. Mereka menemukan bahwa jumlah beberapa bahan kimia, seperti formaldehida, melebihi standar keamanan pemerintah China di beberapa titik hingga 35 persen. Asetaldehida, karsinogen yang dikenal, melebihi standar sebesar 61 persen. Tim juga menemukan kadar benzena yang mereka gambarkan tidak aman bagi pengemudi yang menghirupnya untuk perjalanan jauh.
Para peneliti memperkirakan peningkatan risiko kanker (incremental lifetime cancer risk/ILCR) untuk pengemudi dan penumpang yang terpapar formaldehida, asetaldehida, dan benzena melalui tiga rute paparan, yaitu penghirupan, pencernaan, dan serapan kulit. Wang dan tim menyimpulkan bahwa terdapat risiko kesehatan yang tinggi bagi pengemudi.
Studi ini mendorong pabrikan kendaraan untuk memilih bahan yang tepat guna mencapai kontrol sumber yang efektif dan pra-penilaian kualitas udara di dalam kabin. Selain itu, mereka juga menyarankan pembeli mobil baru, berkendara dengan jendela terbuka, setidaknya hingga aromanya tidak lagi tercium.
Risiko kanker
Tak hanya mobil baru, risiko paparan berbagai bahan kimia juga bisa terjadi pada mobil yang sudah lama dipakai. Sejumlah studi sebelumnya telah menemukan bahwa benzena dan formaldehida yang banyak digunakan dalam pembuatan mobil diketahui menyebabkan kanker pada atau di atas tingkat paparan tertentu.
Misalnya, penelitian dari University of California Riverside (UCR) di jurnal Environment International (2021) menunjukkan bahwa rata-rata pekerja yang sehari-hari menggunakan mobil di California menghirup kedua bahan kimia ini melebihi ambang aman.
”Bahan kimia ini sangat mudah menguap, bergerak dengan mudah dari plastik dan tekstil ke udara yang Anda hirup,” kata David Volz, profesor toksikologi lingkungan UCR, yang memimpin studi.
Dalam studi ini, para peneliti menghitung dosis harian benzena dan formaldehida yang dihirup oleh pengemudi dengan perjalanan minimal 20 menit per hari. Ditemukan bahwa hingga 90 persen dari populasi di Los Angeles, San Diego, Orange, Santa Clara, dan Alameda memiliki setidaknya 10 persen kemungkinan melebihi risiko kanker dari menghirup bahan kimia, berdasarkan waktu perjalanan rata-rata 30 menit.
Tingginya paparan ini bergantung pada waktu lama berada di dalam mobil dan jumlah senyawa yang dipancarkan mobil tersebut. Benzena digunakan untuk menghasilkan serat sintetis, dan formaldehida adalah pengikat dalam plastik. Para peneliti telah mengusulkan perlu adanya alternatif bahan kimia dalam pembuatan mobil.