Media digital merupakan platform efektif untuk menjaga semangat toleransi di kalangan generasi muda. Sejumlah komunitas membuat konten-konten menarik terkait keberagaman dan toleransi yang mereka bagikan di berbagai kanal media sosial, seperti Instagram, Tiktok, dan Twitter.
Direktur KITA Bhinneka Tunggal Ika Therry Algifari mengatakan, media digital, seperti medsos, berguna untuk menyampaikan informasi secara cepat kepada mereka yang sulit dijangkau karena tidak terbatas geografi.
”Anak muda sebagai sasaran kegiatan dan program kami juga lebih mudah dijangkau dengan media digital,” tutur Therry yang dihubungi dari Jakarta, Senin (17/4/2023).
KITA Bhinneka Tunggal Ika adalah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan perdamaian dan anti-kekerasan. Yayasan ini dibentuk pada 2015.
Ide mendirikan yayasan ini muncul dari kegelisahan Therry dan teman-temannya saat melihat banyak tawuran antarpemuda dan antarmahasiswa di Makassar, Sulawesi Selatan.
Sejak pertama terbentuk pada 2015, yayasan ini menggunakan media digital untuk menyebarkan informasi terkat akivitas yayasan. Medsos juga dipakai untuk membagikan konten-konten perdamaian. Kegiatan-kegiatan dan konten yang dibuat Kita Bhinneka dapat diakses di laman Instagram @KitaBhinneka, Youtube Kita Bhinneka, dan laman www.kitabhinnekatunggalika.org.
Menurut Therry, anak muda kurang memiliki kemampuan untuk mengelola keberagaman seperti asal daerah dan kelompok yang berbeda di kampus. Ketidakmampuan mengelola perbedaan ini berbuah pada konflik yang menyebabkan kekerasan. Oleh karena itu, KITA Bhineka bergerak pada kegiatan-kegiatan yang menyasar generasi muda.
Dalam program-programnya, anak muda diperlakukan tidak sebagai obyek intervensi, tetapi sebagai subyek yang mampu merubah dirinya sendiri berperilaku lebih damai.
”Kami mengikhtiarkan upaya perdamaian dengan mencegah terjadinya konflik kekerasan di masa depan. Nilai-nilai yang kami bawa bertujuan agar anak muda punya kemampuan untuk berkontribusi meredam konflik yang mereka hadapi di komunitas dan organisasinya,” tutur Therry, Jumat (14/4/2023).
Perdamaian
Media digital merupakan platform yang penting untuk menyebarluaskan nilai-nilai perdamaian, keberagaman, dan keharmonisan. Untuk membagikan konten-konten ini, Peace Generation Indonesia aktif membuat konten di media sosial. Akun Instagam @peacegenid menyasar anak muda usia 18-35 tahun. Peacegen membentuk tim digital media untuk memproduksi kontennya yang teduh terkait isu-isu perdamaian dan pencegahan ekstremisme.
Dalam membuat konten di media sosial, Peacegen mengandalkan 14 orang yang memproduksi konten digital. Sebelum memposting konten di media sosial, Peacegen mencari data sekunder dan wawancara narasumber. Selain itu, Peacegen juga menggunakan bahan penelitian dari jurnal ilmiah yang dipublikasikan lembaga internasional. Data itu diolah dan dibahasakan menjadi konten yang mudah dimengerti generasi muda.
Communication dan IT Manager Peace Generation Indonesia Annisa Pratiwi Iskandar mengatakan, Peacegen atau peace generation didirikan 15 tahun yang lalu oleh dua pendiri dengan latar agama Islam dan Kristen yang cukup kuat. Peacegen merupakan komunitas yang berdiri atas reaksi sosial ketika peristiwa pengeboman banyak bermunculan.
”Dari sanalah tercetus inisiasi Peacegen untuk melawan isu negatif terkait terorisme, perdamaian, dan rasisme. Seiring berjalannya waktu, saat ini peacegen lebih banyak melakukan pencegahan agar jika terjadi teror. Peacegen mampu memitigasi dan mengantisipasi isu tersebut,” katanya.
Postingan instagram Peacegen didominasi dengan warna hijau karena warna itu kerap digunakan sebagai warna perdamaian. Selain itu, ilustrasi yang menarik juga menjadi identitas media sosial komunitas ini. Terkait konten-kontennya, Peacegen lebih banyak membahas isu keberagaman dan keharmonisan seperti toleransi keagamaan yang ada di Indonesia.
Terorisme
Aku lainnya yang bergerak dalam isu perdamaian yakni ruangobrol.id. Digital Strategy Ruangobrol.id Ari Kurnia Jaya Vardhana mengatakan, ruangobrol.id dibentuk oleh beberapa pemimpin agama dan mantan teroris. Komunitas ini fokus pada isu ekstremisme dan kekerasan terorisme.
Media alternatif yang dibentuk sejak 2018 itu digunakan sebagai ruang untuk mantan teroris bercerita proses menjadi teroris, saat menjadi teroris, dan setelah menjadi teroris.
”Mantan teroris orang yang tahu di dalam jaringan seperti apa proses seperti apa. Ruangobrol.id bisa mencegah kejadian yang tidak diinginkan, seperti penyebaran narasi negatif atau misinformasi,” ujarnya.
Ruangobrol.id berusaha konsisten dan menjadi media alternatif penghubung dengan isu tersebut. Sebab, kekerasan di dunia digital akan selalu ada sehingga ruangobrol.id dapat menginformasikan isu terorisme terhadap anak muda.
Selain Instagram, ruangobrol.id memiliki akun Youtube, Twitter, website, podcast, dan Tiktok yang dikelola oleh sukarelawan. Sumber dana untuk aktivitas ruangobrol.id bersumber dari sejumlah donatur.
Pengajar Media Komunikasi Politik Universitas Airlangga, Rachma Ida, menilai, anak muda memanfaatkan media digital sebagai ruang untuk menyuarakan keresahan mengenai masalah sosial yang dekat dengan mereka. Hal ini merombak stigma bahwa anak muda apatis dan hanya peduli pada dirinya sendiri.
”Mengampanyekan isu-isu toleransi dan keberagaman itu baik. Efektif atau tidaknya dapat kita lihat dari dampaknya pada perilaku masyarakat. Namun, selama isu-isu itu terus digulirkan, maka ini menunjukkan keinginan generasi muda untuk berbagi dan peduli mengenai hal itu,” ujarnya.
Kampanye toleransi di media digital digunakan sebagai agenda setting untuk memengaruhi opini publik. Dengan medsos, generasi muda menyuarakan aspirasi yang tidak terbatas ruang dan waktu. Menurut dia, bentuk aktivasi media seperti ini bisa dilakukan oleh banyak pihak. ”Hal ini tidak terlepas dari sifat media sosial yang mampu membangun dan menghubungkan berbagai jaringan,” ujarnya.