88 Kasus Terduga Polio di DKI Jakarta, Surveilans Kian Gencar
Upaya surveilans perlu diperkuat sebagai langkah deteksi dini kasus polio pada anak. Masyarakat diimbau segera melengkapi imunisasi anaknya, termasuk imunisasi polio.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 88 kasus terduga polio dengan gejala lumpuh layu atau acute flaccid paralysis (AFP) ditemukan di DKI Jakarta sepanjang 1 Januari sampai 14 April 2023. Upaya surveilans semakin digencarkan untuk segera menemukan kasus baru polio. Selain itu, masyarakat juga diminta segera melengkapi imunisasi pada anak.
Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama, dihubungi di Jakarta, Jumat (14/4/2023), mengatakan, dari 88 kasus terduga polio, 19 orang sudah diambil spesimen tinjanya untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium. Dari pemeriksaan, semua spesimen menunjukkan hasil negatif polio.
”Sampai saat ini masih nol kasus polio di DKI Jakarta. Namun, kasus dengan lumpuh layu tetap dicari sebanyak-banyaknya sebagai upaya surveilans untuk deteksi dini dan memastikan tidak ada kasus polio di Jakarta,” katanya.
Lumpuh layu merupakan salah satu gejala khas dari polio. Itu ditandai dengan gangguan kelemahan tangan ataupun kaki secara tiba-tiba tanpa adanya kecelakaan. Meski begitu, hanya 2-5 persen kasus polio yang menunjukkan gejala. Sebagian besar kasus polio tidak bergejala sehingga susah dideteksi.
Ngabila mengatakan, dari 100 orang yang terinfeksi virus polio biasanya hanya ada empat orang di antaranya yang bergejala dan menunjukkan tanda lumpuh layu. Karena itu, deteksi dini dan surveilans harus gencar dilakukan agar kasus polio bisa terdeteksi sejak dini. Virus polio bisa menular dengan sangat cepat.
Sampai saat ini masil nol kasus polio di DKI Jakarta. Namun, kasus dengan lumpuh layu tetap dicari sebanyak-banyaknya sebagai upaya surveilans untuk deteksi dini dan memastikan tidak ada kasus polio di Jakarta.
”Jika tidak dideteksi dini, anak yang bergejala tersebut akan mengalami cacat atau lumpuh permanen yang akan mengganggu produktivitasnya. Bahkan, ia bisa mengalami kematian akibat kelumpuhan otot pernapasan,” katanya.
Ia menuturkan, penguatan pada surveilans kasus yang diduga polio dilakukan dengan menyisir setidaknya 34 rumah sakit di DKI Jakarta. Masyarakat pun diminta segera melaporkan ke kader kesehatan, RT, RW, dan puskesmas apabila menemukan anak yang menunjukkan gejala lumpuh layu.
Secara terpisah, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, seluruh daerah diharapkan terus memperkuat upaya surveilans dari kasus yang diduga terinfeksi polio. Semakin cepat terdeteksi, penanganan bisa lebih cepat diberikan. Selain itu, penularan pun tidak semakin meluas.
Polio merupakan penyakit infeksi yang disebabkan virus polio. Virus ini menyerang sistem saraf yang bisa memicu lumpuh layu secara permanen. Virus ini dapat menyebar di lingkungan sekitar melalui feses. Di samping lumpuh layu, gejala awal polio biasanya berupa demam, sakit kepala, muntah, kelelahan, kaku pada leher, dan nyeri tungkai.
Saat ini, pemerintah tengah menyelenggarakan Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub PIN) Polio sebagai penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) polio yang dilaporkan di sejumlah daerah. Sub PIN kali ini dilakukan di Aceh, Sumatera Barat, dan Jawa Barat. Adapun vaksin yang diberikan adalah novel oral polio vaccine tipe 2 (nOPV2) yang berisi polio tipe 2.
Sub PIN polio menyasar semua anak usia 0-59 bulan tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Vaksin diberikan sebanyak dua tetes melalui mulut (oral). Pemberiannya dilakukan sebanyak dua putaran dengan interval pemberian satu bulan. Pada saat pelaksanaan Sub PIN polio, imunisasi rutin lainnya tetap berjalan.
Nadia mengatakan, masyarakat diharapkan segera melengkapi status imunisasi anaknya, termasuk imunisasi polio. Imunisasi polio lengkap diberikan sebanyak empat kali untuk polio tetes saat usia satu bulan, dua bulan, tiga bulan, dan empat bulan serta dua kali untuk polio suntik saat usia empat bulan dan sembilan bulan. Imunisasi bisa didapatkan secara gratis di posyandu, puskesmas, dan layanan imunisasi lain yang bekerja sama dengan pemerintah.
Selain itu, pastikan juga kebersihan diri dan lingkungan selalu terjaga dengan baik. Itu terutama pada makanan dan minuman yang dikonsumsi. Masyarakat juga diimbau untuk mencegah buang air besar sembarangan yang dapat mencemari lingkungan.