Peran pengamat penting untuk mencegah atau mengintervensi tindakan buruk. Pengamat tidak perlu menunggu orang lain mengintervensi, tetapi dapat bertindak lebih aktif dengan mengambil tanggung jawab untuk membantu.
Oleh
KRISTI POERWANDARI
·4 menit baca
Bayangkan suatu keadaan. Anda sedang di keramaian, dan seseorang yang tidak Anda kenal mengalami hal tidak mengenakkan. Misalnya dirundung oleh teman-temannya, dimaki-maki pasangan, atau dilecehkan oleh seseorang yang lain. Apakah Anda atau pengamat lain akan turun tangan menolong atau diam saja?
Penelitian menunjukkan bahwa ketika ada orang-orang lain, umumnya kita akan berpikir ribuan kali untuk mengintervensi kejadian. Semua berasumsi atau saling menunggu bahwa yang lain akan melakukan sesuatu. Akhirnya, tidak ada seorang pun yang membantu. Alasan lain bahwa banyak dari kita tidak melakukan sesuatu adalah karena kita khawatir dengan risiko yang mungkin terjadi.
Distraksi menjadi cara halus sekaligus kreatif untuk melakukan intervensi. Tujuannya untuk dapat melakukan interupsi secara cukup aman, dan memberikan kesempatan kepada orang yang sedang dalam risiko untuk dapat keluar dari situasinya. Cara ini dapat digunakan untuk menurunkan eskalasi situasi dan memindahkan perhatian dari pelaku agresi ataupun orang yang dalam risiko.
Distraksi menjadi cara halus sekaligus kreatif untuk melakukan intervensi. Tujuannya untuk dapat melakukan interupsi secara cukup aman, dan memberikan kesempatan kepada orang yang sedang dalam risiko untuk dapat keluar dari situasinya.
Hal yang dapat dilakukan antara lain mengajak individu yang menjadi sasaran tindakan untuk bercakap-cakap, misalnya dengan menanyakan lokasi. Kita juga dapat berpura-pura mengenalnya, lalu mengajaknya untuk pergi. Bisa juga, kita memecah perhatian dengan mengajak orang-orang yang ada di sana untuk berbicara.
Kita dapat tinggal sementara waktu di sana untuk menyadarkan pelaku bahwa ada orang lain yang memberikan perhatian terhadap apa yang dilakukannya.
Cara ini cukup baik untuk dilakukan apabila kita merasa yakin dengan diri sendiri, dan melihat bahwa tampaknya pelaku tidak akan melakukan agresi lebih lanjut. Jika pengamatan kita menunjukkan bahwa pelaku dapat menjadi lebih marah, akan lebih baik kita memilih strategi intervensi lain.
Bertanya langsung
Cara lain adalah bertanya langsung kepada individu yang sedang dalam risiko. Hal ini dapat kita lakukan saat pelaku penyerangan sedang memberikan perhatian pada hal lain, ataupun ketika kita merasa cukup mampu menguasai situasi. Pertanyaan ”Ada yang bisa saya bantukah?” atau ”Ibu ingin saya memanggil pihak yang dapat membantu?” mungkin akan menjadi pertanyaan yang sangat melegakan.
Jika masih ada pelaku di tempat kejadian, hindari untuk berdebat atau melakukan konfrontasi yang dapat membuat situasi menjadi makin panas. Cukup katakan, misalnya, ”Maaf sepertinya mbak ini perlu tenang” atau “Maaf Pak, jangan melakukan itu”. Apabila pelaku tidak bersedia bekerja sama atau terus melakukan tindakan berbahaya, saatnya kita melakukan delegasi.
Hal yang dimaksud dengan mendelegasi ialah mengajak orang lain (pihak ketiga) untuk ikut membantu. Lihatlah sekitar, mungkin ada orang yang juga sedang memperhatikan kejadian.
Kita juga dapat memanggil teman atau orang lain yang sedang ada di sekitar. Tujuannya agar kita tidak sendiri, tetapi memperoleh dukungan dari pihak lain untuk membantu mengamankan situasi. Misalnya, kita dapat menyampaikan: ”Mas, bolehkah Mas mengajak bicara orang itu, sementara saya mengajak bicara yang satunya?”
Jika melihat ada cukup banyak orang yang peduli, pelaku akan berpikir-pikir dengan tindakannya, dan sasarannya pun akan merasa lebih aman.
Jika situasinya sudah berbahaya, kita dapat mempertimbangkan untuk melaporkan kejadian kepada pihak berwenang untuk melakukan intervensi. Misalnya, dengan memberi tahu petugas satpam atau petugas keamanan di lokasi.
Pastikan bahwa kita ada di sekitar lokasi sampai petugas keamanan telah hadir. Pastikan juga untuk bersikap tenang, bersahabat, dan suportif pada semua pihak.
Dokumentasi
Apabila memungkinkan, kita dapat merekam peristiwa yang terjadi, atau setidaknya membuat catatan mengenai apa yang telah berlangsung, kapan, melibatkan siapa saja. Catatan ini mungkin diperlukan di masa selanjutnya.
Jika akan merekam, perlu untuk memastikan, apa tujuan kita merekam? Apakah ada orang lain yang membantu orang yang mengalami tindakan buruk tersebut? Jika tidak, bayangkan mengenai diri sendiri direkam saat mengalami pelecehan dengan ditonton orang-orang lain tanpa siapa pun membantu. Hal itu mungkin berdampak sangat traumatik bagi korban.
Kita juga perlu menyadari bahwa rekaman suatu peristiwa mudah sekali menjadi viral. Memviralkan suatu kejadian tidak selalu berdampak positif, melainkan lebih sering berdampak negatif. Apalagi ketika orang menginterpretasi suatu kejadian dengan pemikirannya sendiri yang dapat memunculkan banyak masalah sosial baru. Karena itu, kita perlu berhati-hati dengan rekaman yang ada.
Setelah kejadian
Dilecehkan, mengalami perundungan, ataupun peristiwa menyakitkan itu sudah melemahkan hati. Hindari untuk melakukan langkah-langkah yang menambah masalah bagi korban, misalnya dengan menyebarluaskan rekaman tanpa izin.
Kita perlu bertanya pada korban, apa yang mereka inginkan dengan rekaman tersebut. Jangan pernah memasangnya di internet, apalagi tanpa persetujuan korban. Bahkan, ketika korban setuju, kita perlu mengantisipasi dan berpikir bijaksana, hal-hal apa yang dapat terjadi jika rekaman menjadi viral.
Setelah kejadian, mungkin orang yang menjadi sasaran tindak pelecehan merasa cemas, bingung, dan tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Baik jika kita tetap menunjukkan kepedulian dan bertanya apa yang dapat dibantu. Pertanyaan seperti ”Kamu sudah merasa cukup amankah?” atau ”Ada yang dapat dibantu?” akan melegakan baginya. Kita dapat memberikan informasi lebih lanjut mengenai hal-hal yang mungkin diperlukannya.
Akhirnya, peran pengamat sangat penting untuk mencegah atau mengintervensi terjadinya suatu tindakan buruk. Pengamat tidak perlu menunggu orang lain untuk mengintervensi, tetapi dapat bertindak lebih aktif dengan mengambil tanggung jawab personal untuk membantu.