Boenjamin Setiawan, pendiri PT Kalbe Farma yang juga tokoh nasional bidang riset, tutup usia. Semasa hidupnya, mendiang mengarungi dunia usaha dan penelitian serta meninggalkan warisan penting di dua sektor tersebut.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro, EVY RACHMAWATI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Boenjamin Setiawan, pendiri PT Kalbe Farma, perusahaan nasional bidang farmasi, tutup usia di Rumah Sakit Umum Medistra, Jakarta, Selasa (4/4/2023) pagi. Semasa hidupnya, mendiang berkiprah di dunia usaha farmasi serta banyak berperan memajukan riset dan pengembangan nasional.
Jenazah Boenjamin disemayamkan di Rumah Duka dan Krematorium Sentosa, Jakarta, dan akan dimakamkan di San Diego Hills Memorial Park, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (8/4/2023), pukul 11.00.
Sebelum dibawa ke tempat peristirahatan terakhir, upacara penutupan peti akan dilakukan pada Jumat (7/4/2023) pukul 19.00 WIB diikuti dengan rangkai acara kebaktian selama tiga hari tiap pukul 19.00 WIB di rumah duka.
Menurut Presiden Direktur PT Kalbe Farma Vidjongtius, mendiang Boenjamin yang akrab dipanggil Dr Boen merupakan sosok inovatif dan periset tiada henti, ”Beliau banyak berperan memajukan research and development (riset dan pengembangan) nasional sejak beliau di Dewan Riset Nasional,” ujarnya melalui pesan singkat.
Sampai saat ini, berbagai riset terus dikembangkan melalui kolaborasi akademisi, dunia usaha, pemerintah, dan komunitas. Pria kelahiran Tegal, 23 September 1933, ini meninggalkan warisan berharga tidak hanya untuk PT Kalbe Farma, tetapi juga berperan penting dalam mendorong pengembangan riset, terutama bidang sel punca dan kanker.
Boenjamin merupakan salah seorang pendiri PT Kalbe Farma, perusahaan farmasi yang didirikan pada tahun 1966. Suami dari Poppy Setiawan ini juga dikenal sebagai sosok yang peduli pada pendidikan kedokteran, salah satunya dengan membangun Laboratorium Gerontologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) bersama Kahar Tjandra, alumnus FKUI sekaligus pemilik Mahakam Group, akhir tahun 2021.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrizal Syam turut merasa kehilangan. Ari menyampaikan, sosok Boenjamin dikenal sebagai tokoh dokter yang menginspirasi banyak orang dalam mengembangkan kesehatan.
”Kalbe Farma yang didirikan Dr Boen memberikan kontribusi pada perkembangan dunia farmasi dalam negeri yang luar biasa. Bukan hanya memproduksi obat, melainkan turut mengembangkan obat. Komitmen dokter Boen berupa pengembangan berbagai rumah sakit di bawah bendera Kalbe Farma layak diapresiasi,” kata Ari.
Ari menceritakan, pertemuan terakhirnya dengan Boenjamin terjadi saat peresmian Laboratorium Gerontologi FKUI. Menurut dia, pembangunan laboratorium tersebut merupakan wujud nyata kepedulian Boenjamin terhadap perkembangan riset gerontologi di Indonesia.
Beliau pribadi luar biasa, santun, kebapakan, pendengar yang baik, dan memberi sumbangsih pada pendidikan kedokteran di FKUI. Sebagai alumnus teladan, pemikirannya cerdas dan bernas untuk memajukan ilmu kedokteran di Indonesia.
Gerontologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari mengenai penuaan dan orang tua (lanjut usia), termasuk di dalamnya aspek sosial serta mental. Boenjamin telah berkecimpung dalam berbagai penelitian mengenai penuaan dengan mendirikan Stem Cell and Cancer Institute pada tahun 2006.
”Saya merasa kehilangan dokter Boen, yang selalu memiliki ide-ide cemerlang dan harapan-harapan yang besar pada dunia kesehatan. Saya turut mendoakan agar doker Boen diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa,” lanjut Ari.
Boenjamin merupakan lulusan FKUI tahun 1958 dan juga menjadi lektor FKUI pada tahun 1980. Selanjutnya, Boenjamin turut mengenyam pendidikan di University of California dan menyabet gelar PhD dengan disertasi berjudul ”The Inhibition of Alcohol Dehydrogenate by Chlor Promazine, an Other Phcnothiazinc Derivatif”.
Jasa-jasa dan berbagai pencapaian Boenjamin menjadi kebanggan tersendiri bagi alumni FKUI. Ketua Umum Ikatan Alumni FKUI Wawan Mulyawan menyampaikan, Boenjamin dikenal sosok yang memberikan kemajuan pada FKUI.
”Beliau pribadi yang luar biasa, santun, kebapakan, pendengar yang baik, dan selalu memberikan sumbangsih pada pendidikan kedokteran di FKUI. Sebagai alumni yang teladan, pemikirannya cerdas dan bernas untuk memajukan FKUI dan ilmu kedokteran di Indonesia. Kami kehilangan salah satu alumni terbaik FKUI," kata Wawan.
Ucapan belasungkawa datang dari sejumlah pihak, termasuk Kementerian Kesehatan. Melalui karangan bunga yang berdiri di Rumah Duka dan Krematorium Sentosa, Kemenkes mengucapkan bela sungkawa atas berpulangnya Boenjamin.