Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Ma’ruf Amin, serta para menteri Kabinet Indonesia Maju membayar zakat di Istana Negara, Jakarta, Selasa (28/3/2023).
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Zakat dan infak adalah kesempatan setiap Muslim untuk menambah amalan kebaikan. Namun, zakat dan infak harus dikelola secara profesional dan transparan serta disalurkan secara tepat sasaran.
Hal ini disampaikan Presiden Joko Widodo sebelum membayarkan zakat mal melalui Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) di Istana Negara, Jakarta, Selasa (28/3/2023). Pembayaran dilakukan menggunakan QRIS yang disiapkan Baznas.
Dalam acara tersebut, juga ikut membayar zakat Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju, antara lain Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Menteri Sosial Tri Rismaharini, serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono. Selain itu, hadir pula Panglima TNI Laksamana Yudo Margono dan Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo.
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengingatkan, berzakat bukan hanya kesempatan untuk memperbanyak amal kebaikan, selain berpuasa. Namun, berzakat juga wujud syukur atas segala nikmat rezeki yang diberikan Tuhan.
Presiden juga mengajak semua pejabat negara, aparatur sipil negara, serta pejabat dan pegawai BUMN untuk menunaikan kewajibannya berzakat. Zakat ini dinilai perlu untuk mendukung upaya pemerintah mengurangi kemiskinan.
Karena itu, dana zakat perlu dikelola secara profesional dan transparan. Dana zakat yang terkumpul juga harus disalurkan secara tepat sasaran. Dengan demikian, zakat memberi manfaat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memberikan keberkahan untuk semua.
”Dana zakat yang terkumpul disalurkan tepat sasaran meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memberikan keberkahan pada kita semua,” ujar Presiden.
Dalam laporannya, Ketua Baznas Noor Achmad mengatakan, pengumpulan zakat terus meningkat sejak peluncuran gerakan cinta zakat pada Ramadhan 2021. ”Gerakan ini memunculkan kesadaran masyarakat pada pentingnya membayar zakat, bukan hanya di tingkat pusat, tapi juga diikuti hampir seluruh daerah,” katanya.
Secara nasional, pengumpulan dana zakat, infak, dan sedekah (ZIS) dan dana sosial keagamaan lainnya (DSKL) pada tahun 2022 mencapai Rp 22,4 triliun. Angka ini naik 58,03 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun pengumpulan zakat oleh Baznas mencapai Rp 638 miliar atau meningkat 22,5 persen.
”Tahun ini kami menargetkan pengumpulan zakat senilai Rp 33 triliun baik diperoleh Baznas dan LAZ (lembaga amil zakat) secara nasional,” kata Noor Achmad.
Target tersebut ditentukan berdasarkan kenaikan rata-rata pengumpulan zakat nasional, yakni 20-30 persen. Tahun 2025, dicanangkan pengumpulan zakat nasional minimal Rp 50 triliun. Target tersebut diakui masih jauh dari potensi zakat, infak, dan sedekah masyarakat Indonesia senilai Rp 327 triliun.
Sejauh ini, dari pengumpulan zakat, infak, dan sedekah tahun 2022, tercatat lebih dari 33 juta jiwa menerima manfaat. Adapun penerima manfaat zakat yang dikelola Baznas sebanyak 2,4 juta orang.
”Selama 2022, Baznas mengentaskan 643.000 orang miskin,” tambah Noor Achmad.
Untuk mendukung program pemerintah mengentaskan warga miskin, Baznas memiliki delapan program prioritas nasional. Program itu meliputi Rumah Sehat Baznas, Baznas Microfinance, Baznas Tanggap Bencana, Z Chicken, Rumah Tinggal Layak Huni, Z Mart, Beasiswa Baznas, dan Santripreuneur.