Zayed Sustainability Prize untuk Kerja-kerja Pembangunan Berkelanjutan
Sebagai bentuk penghormatan kepada Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan, pendiri Uni Emirat Arab, Zayed Sustainability Prize diberikan pada lembaga yang memiliki program sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berbagai inovasi dari lembaga-lembaga yang memiliki program sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan mendapat penghargaan Zayed Sustainability Prize, sebuah penghargaan skala global yang diberikan pada unit usaha kecil menengah, organisasi nirlaba, dan sekolah-sekolah tinggi global. Keberlanjutan program kerja yang dilakukan tidak melulu mensyaratkan kemapanan finansial. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk penghormatan kepada Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan, pendiri Uni Emirat Arab.
Sejak 2008, Zayed Sustainability Prize (ZSP) telah diberikan pada 96 lembaga. Pada 2016, organisasi nirlaba asal Indonesia, yakni Kopernik, berhasil meraih penghargaan tersebut untuk kategori energi. Sementara kategori lain yang dilombakan ialah kesehatan, pangan, air, dan sekolah tinggi global.
”Kami baru mendapatkan penghargaan tersebut setelah dua kali mencobanya. Awalnya, kami bergerak di sektor teknologi energi bersih. Namun, setelah mendapatkan penghargaan, kami bergerak di bidang research and development,” ujar Associate Manager of Media and Content Kopernik Saras Ratnanggana dalam webinar bertajuk ”Empowering Sustainable Development in SMEs, NPOs and Schools for a Better Tomorrow”, Senin (27/3/2023).
Saras menceritakan, pada 2010, Kopernik berfokus pada distribusi teknologi energi ramah lingkungan, seperti lampu bertenaga surya, kompor biomassa, dan saringan air.
Sebagai organisasi yang memiliki konsep keberlanjutan, Kopernik berangkat dari keinginan untuk memberikan dampak kepada masyarakat dalam jangka waktu yang panjang. Sebab, menurut Saras, apa yang dilakukan oleh manusia saat ini akan berdampak kepada generasi selanjutnya.
”Kemudian, kami mengubah konsep menjadi laboratorium riset dan pengembangan. Kami merasa masyarakat saat ini membutuhkan solusi atas tantangan zaman,” ujar Saras.
Dari berbagai tantangan di tengah masyarakat, seperti sanitasi air, agrikultur, serta pemberdayaan manusia, salah satu yang hendak dijawab oleh Kopernik adalah pemberdayaan perempuan. Melalui program ibu inspirasi, Kopernik mengajak para perempuan untuk menjadi agen perubahan melalui teknologi energi bersih.
Selain Kopernik, dalam webinar kali ini, organisasi non-pemerintah bernama Cita Sehat Foundation turut berbagi cerita. Manajer Cita Sehat Foundation Susilowati mengatakan, organisasinya fokus pada kesehatan masyarakat di Indonesia baik dalam bentuk konsultasi, pelayanan, maupun program-program promotif dan preventif lainnya.
”Kami memiliki klinik pratama di enam provinsi di Indonesia. Tidak hanya upaya kuratif untuk masyarakat yang kurang mampu, kami juga memberikan edukasi kesehatan, salah satunya penyuluhan mengenai tengkes atau stunting,” kata Susilowati.
Selain itu, program terhadap kesehatan mental di kalangan remaja juga tidak luput dari perhatian Cita Sehat Foundation. Menurut Susilowati, kesehatan mental yang menjadi fokus utama organisasi tersebut tidak hanya menyasar kalangan remaja, tetapi juga peran orangtua dan tenaga pengajar.
Selain sektor lingkungan dan kesehatan, perusahaan Mapan yang bergerak di bidang keberlanjutan finansial turut membagikan pengalamannya. Mapan merupakan perusahaan berbasis komunitas digital di Indonesia yang memiliki misi untuk meningkatkan akses, derajat, dan pendapatan masyarakat Indonesia melalui program arisan.
Soal tanggung jawab, kita kembali pada kesadaran pribadi sebagai organisasi apakah ingin berdampak atau tidak. Yang penting adalah memberikan kontribusi kepada masyarakat.
”Kami berangkat dari keinginan untuk memfasilitasi masyarakat, terutama kalangan ibu-ibu, agar dapat memperoleh barang atau jasa yang berkualitas dengan sistem pembiayaan yang tidak konvensional. Bisa dikatakan ini sebagai solusi atas fenomena pinjaman online dengan menghadirkan kearifan lokal Indonesia, yakni arisan,” ujar Direktur Operasional Mapan Angga Mahendra.
Menurut Angga, keberlanjutan finansial dapat ditunjang melalui akses yang memudahkan dalam memperoleh barang atau jasa. Selain itu, Mapan juga memberikan lapangan pekerjaan bagi anggotanya berupa komisi bagi setiap koordinator arisan.
Untuk terus berada pada Pembangunan yang Berkelanjutan, salah satu elemen yang menjadi tumpuan lembaga itu adalah sumber daya finansial atau modal. Namun, bagi mereka bertiga, modal bukanlah penghalang untuk mencapai tujuan keberlanjutan.
”Jika sebuah organisasi nonpemerintah memiliki sumber daya finansial yang berkecukupan, tentu sangat membantu untuk mencapai visi dan misi. Akan tetapi, tidak melulu soal finansial saja, kami lebih mengedepankan pada sumber daya manusia dan jejaring sosial,” ujar Susilowati.
Ada tiga faktor kunci untuk membuat organisasi non-pemerintah dapat terus bertahan, yakni diversifikasi pendanaan, sumber daya manusia, serta sistem kemitraan untuk berkolaborasi dengan organisasi lainnya. Angga menambahkan, keberlanjutan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu efisiensi dan tanggung jawab.
Menurut Angga, lembaga nirlaba yang berfokus pada pembangunan berkelanjutan perlu menetapkan skala prioritas yang dibutuhkan. Selain itu, pola pikir utama yang dibangun adalah kepekaan sosial terhadap lingkungan dan manusia dalam jangka panjang.
”Tim tetap kecil tapi harus berkolaborasi dengan organisasi lain. Soal tanggung jawab, kita kembali pada kesadaran pribadi sebagai organisasi apakah ingin berdampak atau tidak. Yang penting adalah memberikan kontribusi kepada masyarakat,” ujar Saras.