Kita sudah lama memahami bahwa mencegah penyakit jauh lebih baik daripada mengobati. Pengobatan penyakit, apalagi jika terlambat, akan memerlukan biaya mahal dan waktu lama.
Oleh
SAMSURDJAL DJAUZI
·5 menit baca
Penyakit menular di negeri kita ternyata masih banyak. Untunglah pemerintah menyadari pentingnya pengendalian penyakit menular. Masyarakat diminta mengamalkan hidup sehat dan bersih serta menjalani upaya pencegahan penyakit menular. Tuberkulosis (TB), tetanus, difteri, pneumonia, demam berdarah, campak, rubela, pertusis, bahkan polio masih mengintai masyarakat.
Belakang ini mulai ada berita kasus baru polio di Aceh dan Jawa, campak di Papua dan kejadian luar biasa difteri di sejumlah daerah. Berita ini amat mengkhawatirkan saya, seorang ibu yang punya 3 anak. Anak pertama saya berusia 8 tahun kelas dua SD, anak kedua masih 5 tahun dan anak ketiga berusia 2 tahun. Saya berusaha untuk melengkapi imunisasi pada anak-anak saya. Memang pada pandemi Covid-19 yang lalu ada beberapa jadwal imunisasi yang terlewatkan, tetapi sudah saya susulkan.
Saya amat khawatir dengan polio karena setahu saya pemerintah pernah mengadakan Pekan Imunisasi Nasional Polio. Semua anak mendapat imunisasi polio oral. Hasilnya menurut berita cukup menggembirakan, selama lebih kurang 10 tahun negeri kita bebas dari polio. Berita tentang adanya kasus polio di beberapa daerah sungguh menakutkan saya. Apakah polio di Indonesia akan bangkit kembali? Saya tak dapat membayangkan jika penyakit yang dapat menimbulkan kecacatan pada anak-anak ini muncul kembali dan sukar dikendalikan. Berapa ratus atau ribu anak kita akan mengalami cacat.
Bagaimana upaya pemerintah mengendalikan penyakit menular ini? Penyakitnya banyak dan negeri kita amat luas sehingga kemungkinan penyakit ini tak terdeteksi dapat terjadi. Jika penyakit muncul, apa yang harus dilakukan masyarakat? Apakah anak-anak boleh tetap pergi ke sekolah dan bermain seperti biasa? Sebagai ibu rumah tangga, pengendalian penyakit menular ini jauh lebih penting daripada orang kaya yang berobat ke luar negeri. Jadi, saya mohon kepada bapak-bapak yang berwenang agar penyakit menular di negeri kita dapat dikendalikan dengan baik. Terima kasih atas penjelasan Dokter.
M di J
Saya memahami kekhawatiran Anda. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan, amat peduli pada pengendalian penyakit menular. Di Indonesia, ada penyakit menular yang sudah lama, seperti TB, polio, difteri, campak, tetanus, dan juga ada yang baru seperti Covid-19.
Baik penyakit menular yang sudah lama maupun yang baru muncul diawasi Kementerian Kesehatan. Laporan tentang penyakit menular ini secara teratur diterima dan dianalisis Kementerian Kesehatan. Jika penyakit menular yang sudah lama tidak ada kemudian muncul kembali atau penyakit menular yang sudah ada kekerapannya meningkat dua kali lipat, keadaan tersebut menjadi perhatian istimewa pemerintah. Keadaan tersebut disebut sebagai kejadian luar biasa (outbreak). Anda memang benar, belakangan ini Kementerian Kesehatan sedang disibukkan dengan kejadian luar biasa polio, difteri, dan campak.
Teman-teman di Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan sudah terbiasa menghadapi kejadian luar biasa. Anda mungkin masih ingat kita pernah menghadapi kejadian luar biasa difteri di DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat pada 2017. Pemerintah memutuskan pada waktu itu imunisasi difteri harus diulang untuk dapat mengendalikan kejadian luar biasa tersebut. Jutaan anak di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten kemudian di imunisasi difteri.
Kenapa terjadi kejadian luar biasa penyakit menular? Pada umumnya disebabkan oleh cakupan imunisasi yang tidak mencapai target. Setiap penyakit menular perlu capaian imunisasi tertentu. Rubela, misalnya, capaian imunisasinya harus 95 persen, sedangkan penyakit menular lain mungkin hanya 80 persen. Selain itu, mungkin terjadi perubahan kuman atau virus penyebab penyakit menular seperti yang kita alami dengan Covid-19. Saya setuju dengan Anda, pengawasan dan gerak cepat pengendalian penyakit menular amat diperlukan. Jika tidak, akan banyak masyarakat yang menjadi korban, terutama anak-anak. Masyarakat harus mendukung upaya Kementerian Kesehatan untuk mengendalikan penyakit menular. Masyarakat harus mengamalkan hidup sehat dan bersih. Imunisasi harus dilakukan dengan tertib dan terjadwal. Pengawasan penyakit menular (surveilans) di negeri kita harus kuat. Jangan sampai penyakit menular terdeteksi dalam keadaan terlambat sehingga sudah banyak anggota masyarakat yang tertular.
Apa yang harus dilakukan masyarakat?
Untuk dapat mengendalikan penyakit menular, kita harus menjaga agar taraf kesehatan kita baik. Kita juga harus senantiasa hidup bersih. Kita harus menjaga agar binatang perantara penyakit, seperti nyamuk dan tikus, dapat kita kendalikan. Imunisasi amat penting. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi cukup banyak. Kita telah belajar dari pandemi Covid-19 bagaimana protokol kesehatan dan imunisasi dapat meredam Covid-19 di negeri kita. Pemerintah sendiri telah mempunyai Program Imunisasi Nasional (PIN). Pemerintah menjamin semua anak Indonesia punya kesempatan untuk mendapat imunisasi agar terhindar dari penyakit menular. Orangtua tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan baik ini. Mereka yang menyayangi anaknya akan teratur membawa anak mereka ke layanan imunisasi. Tokoh-tokoh masyarakat juga akan mendorong capaian imunisasi nasional kita terus meningkat sesuai dengan capaian yang diharapkan.
Kenapa terjadi kejadian luar biasa penyakit menular? Pada umumnya disebabkan oleh cakupan imunisasi yang tidak mencapai target.
Kita sudah lama memahami mencegah penyakit jauh lebih baik daripada mengobati. Pengobatan penyakit, apalagi jika terlambat, akan memerlukan biaya mahal dan waktu lama. Belum lagi ada risiko penyakit tak dapat disembuhkan. Karena itu, kita bersama lebih mengutamakan pencegahan penyakit, termasuk penyakit menular. Kita berharap pemerintah terus memperkuat upaya pengendalian penyakit menular ini, mampu mendeteksi adanya kenaikan kasus, dan segera memberikan respons.
Salah satu respons yang mungkin diperlukan adalah melakukan imunisasi kejadian luar biasa (Outbreak Response Immunization). Jadi, jika suatu waktu ada kejadian luar biasa, katakanlah difteri, dan pemerintah menganggap perlu melakukan respons imunisasi terhadap kejadian luar biasa tersebut, masyarakat perlu mendukungnya. Acapkali upaya merespons kejadian luar biasa tersebut rumit. Surveilans yang perlu dilakukan menjadi lebih luas dan sering. Biaya untuk yang tertular besar, bahkan jumlah masyarakat yang perlu diimunisasi ulang dapat mencapai jutaan jiwa. Jadi, saya setuju dengan sikap Anda, mari kita kurangi diskusi yang memakan waktu tentang isu pengobatan penyakit, mari kita utamakan pencegahan penyakit.