Dunia internasional sepakat untuk menjaga suhu Bumi tidak naik lebih dari 1,5 derajat celsius. Upaya mengurangi emisi karbon pun dilakukan, antara lain, dengan memanfaatkan energi baru terbarukan.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Solar farm di kawasan pabrik SIG di Rayong, Thailand, Kamis (24/3/2023). Perusahaan pengemasan aseptik ini memasang 12.350 panel surya dengan kapasitas 5.675 megawatt per jam (MWh) di area seluas 40.064 meter persegi di pabrik di Rayong.
Kawasan Pluak Daeng di Provinsi Rayong, Thailand, sedang panas-panasnya pada pukul 13.40, Kamis (23/3/2023). Suhu udara mencapai 34 derajat celsius dan sinar matahari yang menyengat membuat kulit lekas menggelap. Saat orang-orang sibuk berteduh, ratusan (mungkin ribuan) lembar panel surya berdiri kokoh menantang sengatan matahari.
Panel surya tersebut membentang sepanjang puluhan meter, kemudian disusun berjejer setidaknya dalam 26 baris. Panel-panel surya tersebut diletakkan di solar farm, sebuah lahan luas tanpa vegetasi di kawasan pabrik SIG, Rayong. SIG adalah perusahaan pengemasan aseptik yang dibangun pertama kali di Swiss, kemudian ekspansi ke beberapa negara.
Sekitar pukul 14.15, salah satu baris panel surya berputar beberapa derajat dan menghasilkan bunyi berderit selama sekitar 10 detik. Ini membuat kemiringan panel surya di baris itu lebih tajam dibanding barisan lain.
”Itu adalah solar tracker yang membuat panel surya kami bergerak mengikuti arah matahari. Dalam sehari, panel surya bisa berputar sekitar 180 derajat,” kata salah seorang staf kepada beberapa wartawan dari Asia Tenggara berkunjung ke pabrik SIG di Rayong.
Solar farm di kawasan pabrik SIG di Rayong, Thailand, Kamis (24/3/2023). Perusahaan pengemasan aseptik ini memasang 12.350 panel surya dengan kapasitas 5.675 megawatt per jam (MWh) di area seluas 40.064 meter persegi di pabrik di Rayong.
Selain solar farm, masih ada ribuan panel surya lain yang dipasang di atap pabrik. Beberapa panel surya juga tampak menaungi jalur pedestrian di kawasan pabrik. Total ada 12.350 panel surya yang memproduksi energi sebesar 5.675 megawatt per jam (MWh) per tahun. Kapasitas ini bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik 5.620 rumah dalam sebulan.
Panel-panel surya itu dipasang di area seluas 40.064 meter persegi. Kepala Operasi dan Manajemen Rantai Pasok SIG Rayong Miguel Gamito mengatakan, area panel surya setara dengan luas lima lapangan sepak bola. Adapun penggunaan panel surya ini membantu mengurangi biaya listrik hingga sekitar 60.000 Euro atau setara sekitar Rp 978 juta per tahun.
”Tetapi, ini tergantung pada biaya energi yang kadang naik-turun. Adapun kapasitas energi yang dibutuhkan pabrik juga bergantung pada volume produksi,” ucap Gamito.
Panel surya tersebut bersumber dari pendanaan investor. Menurut Gamito, perusahaannya menyediakan tempat untuk memasang panel surya ketika ada investor yang berinvestasi pada panel surya. ”Setelah itu mereka menjual energi ke kami dengan harga yang lebih murah,” katanya.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Kepala Operasi dan Manajemen Rantai Pasok SIG Rayong Miguel Gamito memberi pemaparan kepada sejumlah wartawan di pabrik SIG, Rayong, Thailand, Kamis (23/3/2023).
Walau memberi dampak positif, sumber energi di pabrik tidak bisa sepenuhnya bergantung pada panel surya. Ini karena lahan untuk memasang panel surya terbatas, sedangkan kebutuhan energi pabrik masih sangat besar.
Panel-panel surya itu dipasang di area seluas 40.064 meter persegi atau setara dengan luas lima lapangan sepak bola.
Terbesar di pesisir timur
Kepala dan Manajer Umum SIG di Asia Pasifik Selatan, Angela Lu, menyebut, solar panel di pabrik Rayong merupakan yang terbesar di kawasan industri pesisir timur Thailand. Panel surya dipasang untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan menurunkan emisi karbon. Menurut perhitungan, pabrik berhasil mengurangi emisi karbon sebanyak 12.871 ton sejak panel surya dipasang pada Juli 2018.
”Teknologi solar panel kini berkembang dan kami akan terus memperbaruinya sehingga hasilnya bisa lebih dari sebelumnya,” ucap Lu. ”Kami menargetkan untuk mencapai net zero pada 2050.”
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Kepala dan Manajer Umum SIG di Asia Pasifik Selatan Angela Lu memberi pemaparan kepada sejumlah wartawan di pabrik SIG, Rayong, Thailand, Kamis (23/3/2023).
Ambisi tersebut sejalan dengan laporan Panel Lintas Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) yang berlangsung pada Maret 2023. Laporan itu menegaskan pentingnya mencapai target pengurangan emisi oleh semua negara.
Pengurangan emisi dilakukan bertahap sejak 2023 hingga 2050. Target pengurangan emisi pada 2030 adalah 48 persen. Pada 2035 targetnya meningkat jadi 65 persen, lalu naik lagi jadi 80 persen pada 2040. Pada 2050, semua negara mesti mengurangi emisi hingga 99 persen. Tujuannya, agar suhu Bumi tidak naik di atas 1,5 derajat celsius yang dapat memicu krisis iklim kian buruk.
Adapun Thailand menargetkan agar 40 persen kebutuhan listrik bersumber dari energi terbarukan pada 2036, termasuk energi surya. Berdasarkan Rencana Pengembangan Energi Thailand 2015-2036, kebutuhan energi listrik Thailand diperkirakan tumbuh 2,67 persen setiap tahun pada 2014 hingga 2036.
Thailand dinilai tepat untuk mengadopsi energi surya karena berada di daerah tropis. Mengutip laman Departemen Pengembangan dan Efisiensi Energi Alternatif Kementerian Energi Thailand, ada beberapa wilayah dengan potensi energi surya yang besar, antara lain, di bagian utara dan selatan wilayah timur laut Provinsi Udonthani, serta beberapa area di wilayah Tengah.
Potensi energi surya di sana mencapai 14,3 persen dari total potensi dalam negeri. Intensitas paparan matahari di sana mencapai 19-20 megajoule per meter persegi (MJ/m2) per hari, sementara separuh wilayah Thailand lain mendapat paparan 18-19 MJ/m2 per hari.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Solar farm di kawasan pabrik SIG di Rayong, Thailand, Kamis (24/3/2023). Perusahaan pengemasan aseptik ini memasang 12.350 panel surya dengan kapasitas 5.675 megawatt per jam (MWh) di area seluas 40.064 meter persegi di pabrik di Rayong.
Upaya mencapai energi bersih juga dilakukan Pemerintah Thailand beberapa tahun terakhir. Berdasarkan pemberitaan Reuters pada 2021, Thailand sedang menyelesaikan proyek pembangkit listrik tenaga hidro-solar terapung yang diklaim terbesar di dunia. Setidaknya ada 144.417 panel surya yang dipasang di permukaan bendungan di timur laut Provinsi Ubon Ratchathani.
Pihak Otoritas Pembangkit Listrik Thailand (EGAT) menyatakan, proyek ini bakal direplikasi ke delapan bendungan lain dalam kurun waktu 16 tahun. ”Ketika semua proyek selesai di setiap bendungan, kapasitas (listrik) total yang akan dihasilkan 2.725 megawatt,” kata kepala proyek ini, Chanin Saleechan.