Peran Penting Guru Ciptakan Lingkungan Pendidikan Toleran
Guru berperan sangat penting untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang toleran. Nilai-nilai keberagaman harus dipupuk melalui penguatan pendidikan karakter.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN (HAS)
Murid-murid kelas V menampilkan tari saat mengikuti pentas seni di SD Al Azhar 15 Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (20/11/2019). Selain tari, juga ditampilkan pertunjukan drama, baca puisi, dan pantomim. Kegiatan yang dilakukan setiap tahun ini bertujuan menggali bakat dan minat siswa dalam berkesenian sekaligus memperkenalkan keberagaman budaya Nusantara sejak dini kepada anak-anak.
JAKARTA, KOMPAS — Keberagaman budaya, agama, bahasa, etnis, dan identitas lainnya menjadi modal sosial bangsa Indonesia yang harus dijaga. Hal ini perlu dibarengi dengan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan. Guru mempunyai peran penting menanamkan sikap itu kepada peserta didik dengan menciptakan lingkungan pendidikan yang toleran.
Kepala Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Rusprita Putri Utami mengatakan, nilai-nilai keberagaman harus dipupuk melalui pendidikan karakter. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa, peserta didik butuh dibekali pengetahuan dan pemahaman tentang keberagaman.
”Dalam hal ini, guru memiliki peran sangat penting untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang toleran dan mencintai keberagaman,” ujarnya di Jakarta, Senin (20/3/2023).
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Siswa-siswi Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda mengikuti acara festival keberagaman dalam peresmian peletakan batu pertama gedung Universitas Satya Terra Bhinneka dan gedung SMK di Medan, Sumatera Utara, Kamis (25/8/2022).
Rusprita menuturkan, pihaknya telah menjalankan program penguatan kapasitas bagi para guru dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keberagaman. Program ini bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek.
Program pada 2022 itu menjangkau 5.211 peserta Program Guru Penggerak serta 28.254 peserta Program Pendidikan Profesi Guru. ”Pada tahun 2022 telah terbentuk 110 guru fasilitator nasional yang bertugas melatih 1.737 peserta didik di 20 provinsi tentang wawasan kebinekaan global,” katanya.
Program ini mengajak para guru untuk sama-sama belajar tentang keberagaman dengan cara menyenangkan. Cara ini diharapkan lebih efektif dan dapat diimplementasikan ketika para guru mengajarkannya kepada siswa di sekolah masing-masing.
Pendidikan karakter menekankan kesadaran atas kemajemukan bangsa. Tujuannya menumbuhkan toleransi, kerukunan, dan solidaritas sosial untuk memperkokoh persatuan.
Psikolog keluarga yang juga pendiri Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid, menyampaikan, peran dunia pendidikan, khususnya guru, sangat penting dalam memperkuat nilai-nilai kebangsaan dengan saling menghargai perbedaan.
”Ada beberapa prinsip dalam mewujudkan toleransi, yaitu prinsip keadilan dan menghormati orang lain. Selain itu, perlu bagi kita menumbuhkan prinsip kerja sama di dalam ruang sekolah. Seperti kita tahu, iklim keberagaman harus dibangun secara terus-menerus,” tuturnya dalam webinar”Praktik Baik Belajar Kebinekaan”.
Dalam webinar itu, guru penggerak dari SMA Negeri 3 Banda Aceh, Oesea Sativa, membagikan pengalamannya mengikuti bimbingan teknis Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5. Menurut dia, kegiatan itu membuka kesempatan untuk membuat perubahan yang dikemas lewat permainan, tetapi tujuan esensialnya tetap tercapai.
”Itu juga yang membawa saya untuk melakukan perubahan di ruang lingkup kecil di sekolah saya,” ucapnya.
Penari cilik ikut memeriahkan Hari Tari Sedunia di Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (28/4/2019). Sekitar 4.000 penari dari 16 kabupaten/kota di Jabar menarikan Ronggeng Geber dalam kegiatan itu. Kegiatan juga untuk memperkenalkan kekayaan budaya bangsa.
Penguatan pendidikan karakter sangat penting dalam menyambut bonus demografi pada 2045 saat kemerdekaan Indonesia berusia 100 tahun. Di masa ini, penduduk Indonesia akan didominasi warga berusia produktif.
Pendidikan karakter menekankan kesadaran atas kemajemukan bangsa. Tujuannya menumbuhkan toleransi, kerukunan, dan solidaritas sosial untuk memperkokoh persatuan (Kompas, 9/11/2022).
Kemendikbudristek fokus mengembangkan karakter peserta didik yang diterjemahkan dalam profil pelajar Pancasila. Siswa diharapkan memiliki enam karakter utama, yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, berbineka, serta mandiri.