Pendidikan perempuan masih tertinggal dari laki-laki. Padahal, mendukung pendidikan perempuan hingga perguruan tinggi dapat memberdayakan perempuan untuk memajukan keluarga dan bangsa.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU
Akses perempuan dari keluarga tidak mampu untuk kuliah di perguruan tinggi masih terbatas. Selama tujuh tahun hingga tahun 2023, Glow & Lovely Bintang Siswa memberikan beasiswa kuliah bagi perempuan lulusan SMA/SMK sederajat kepada 330 perempuan muda.
JAKARTA, KOMPAS — Kesetaraan dalam mengakses pendidikan tinggi bagi perempuan Indonesia diyakini penting untuk mendukung kemajuan keluarga dan bangsa. Sayangnya, masih banyak perempuan muda dari keluarga tidak mampu yang untuk bermimpi berkuliah pun tidak berani.
Selama tujuh tahun, Glow & Lovely memberikan beasiswa bagi perempuan muda dari keluarga tidak mampu untuk dapat berkuliah sesuai cita-cita mereka. Pada 2023, jumlah beasiswa bagi perempuan muda dari keluarga tidak mampu dari berbagai daerah di Indonesia meningkat menjadi 75 orang dari sebelumnya di kisaran 60 orang.
”Kami percaya generasi muda perempuan punya peran penting di keluarga, lingkungan sekitar, dan bangsa. Karena itu, perempuan muda harus didukung untuk memiliki akses pendidikan setinggi mungkin agar semakin berdaya. Hal ini juga sebagai wujud keberagaman dan inklusivitas,” kata Senior Brand Manager Glow & Lovely Reinata Sidik di acara Glow & Lovely Bintang Beasiswa’23 di Jakarta, Selasa (21/3/2023).
Para perempuan masih terhalang berbagai rintangan untuk bisa lebih berkontribusi dan menunjukkan kemampuannya. Hal ini terlihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2021 perempuan (69,59 poin) yang masih tertinggal dari laki-laki (76,25 poin). Perbedaan rata-rata lama sekolah menjadi salah satu penyebab ketertinggalan perempuan dalam aspek pendidikan. Laki-laki memiliki rata-rata lama sekolah 9 tahun, sedangkan perempuan hanya 8 tahun.
Suasana peluncuran virtual Glow & Lovely Bintang Beasiswa 2021. Program ini mendukung perempuan muda Indonesia yang memiliki keterbatasan finansial untuk berkuliah demi mewujudkan mimpi mereka.
Jadi terbatas
Direktur Eksekutif Hoshizora Foundation Yudi Anwar mengatakan, tantangan perempuan untuk melanjutkan kuliah cukup besar. Ada karena kondisi wilayah yang terpencil, keterbatasan finansial, serta tidak adanya dukungan keluarga atau lingkungan sekitar bagi perempuan untuk berpendidikan setinggi mungkin.
”Banyak perempuan yang sebelum mendaftar perguruan tinggi saja takut. Ada perasaan takut membebani orangtua, padahal akses beasiswa kuliah tersedia. Ada juga yang memang keluarga tidak mendukung dan disuruh menikah,” kata Yudi.
Menurut Yudi, jika hanya berpendidikan setara SMA/SMK, akses pada pekerjaan terbatas. Padahal, anak-anak muda dari keluarga tidak mampu diharapkan dapat membantu perekenomian dan mengubah nasib keluarga.
Yudi memaparkan, Hoshizora Foundation bergerak dalam pemberian beasiswa bagi anak-anak tidak mampu dari jenjang SD hingga pendidikan menengah atas. Kendala finansial memang masih jadi hambatan bagi keluarga tidak mampu untuk meraih akses pendidikan setinggi mungkin.
Program beasiswa kuliah bagi perempuan muda diyakini baik. Apalagi, program Glow & Lovely Bintang Beasiswa selama tujuh tahun ini tidak hanya memberikan akses kuliah, tetapi juga pengembangan diri.
”Kami selalu melibatkan penerima beasiswa atau kami sebut Adik-adik Bintang untuk saling berbagi pengalaman, menjadi support system yang bisa diandalkan, hingga menginspirasi adik kelasnya yang masih bersekolah untuk selalu semangat meraih glowing atausinar mereka dengan terus melanjutkan pendidikan. Dengan demikian, diharapkan program ini memberi manfaat berkelanjutan untuk para Adik Bintang, bahkan ketika mereka sudah lulus sekalipun,” tutur Yudi.
Chief Operating Officer Sekolah.mu & Co-founderSekolah Murid Merdeka Radinka Qiera mengatakan, mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi memberikan spesifikasi terhadap keahlian. Mendukung perempuan berkuliah berarti membantu mereka mewujudkan cita-cita mereka untuk berdaya dan berdampak.
”Pendidikan secara umum saja sudah penting. Apalagi, dengan pendidikan tinggi, seseorang jadi bisa lebih dilihat di kompetensinya dengan branding dan keahlian masing-masing sehingga akan ada nilai tambah tinggi,” ujar Radinka.
Perempuan membutuhkan landasan yang kuat dalam menjalankan multiperannya sebagai anak, ibu, istri, pekerja, dan pemimpin. Pendidikan menjadi salah satu landasan utama dan sekaligus jalan keluar dari kemiskinan.
Pendidikan tinggi itu modal dasar dan awal mula mereka menjemput peluang untuk berkontribusi dalam dunia industri dan profesional. Selain itu, keterbatasan perempuan dan multiperannya tersebut juga membuat kesenjangan yang cukup tinggi terhadap kontribusi mereka dalam angkatan kerja, yaitu 29 persen di bawah partisipasi laki-laki-laki.
Vica Bintang Ershandy, mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan, Universitas Brawijaya, yang menerima Glow & Lovely Bintang Beasiswa mengatakan, di daerahnya di Mojokerto, Jawa Timur, masih banyak perempuan yang tidak berkuliah. ”Bahkan, teman-temanku sudah ada yang menikah sebelum lulus SMA. Namun, aku punya rasa ingin tahu yang besar sejak kecil dan beruntung orangtua mendukung anak-anak untuk pendidikan,” kata Vica.
Vica menuturkan, banyak sekali bekal untuk masa depan yang ia dapatkan setelah menjalani masa perkuliahan, mulai dari pelajaran hingga ilmu-ilmu kehidupan yang didapat dari kegiatan pengabdian masyarakat.
”Aku juga bersyukur banget menjadi bagian dari Glow & Lovely Bintang Beasiswa karena selain mendapatkan dukungan finansial, aku yang perantau ini juga seperti memiliki keluarga baru yang mau mendengar keluh kesah selama perkuliahan dan berbagi ilmu serta pengalaman. Selain itu, networking-ku juga jadi makin luas karena mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia,” kata Vica.
Pendaftaran Glow & Lovely Bintang Beasiswa 2023 dapat dilakukan di www.kelasberbagicerah.com dan akan dibuka hingga akhir April 2023. Mulai tahun ini, pendaftar tidak hanya terbatas bagi siswi lulusan kelas III SMA/SMK/MA tahun ini, tetapi juga mereka yang sempat tertunda untuk masuk perkuliahan di tahun kelulusannya.
Selama ini, terdata 27.000 perempuan muda yang mendaftar jadi penerima beasiswa. Namun, hanya 330 perempuan yang dinyatakan berhak menerima beasiswa kuliah penuh.