Jawab Kebutuhan Masyarakat, Universitas Terbuka Siapkan Program Studi Baru
Seiring perkembangan zaman, kompetensi pekerjaan pun kian beragam. Menjawab kebutuhan tersebut, Universitas Terbuka yang memiliki fleksibilitas pembelajaran dan biaya terjangkau akan membuka sejumlah program studi baru.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Universitas Terbuka atau UT tengah mempersiapkan sejumlah program studi baru untuk mengakomodasi berbagai kebutuhan masyarakat dalam menghadapi perkembangan dunia kerja/usaha. Sebagai upaya untuk meningkatkan layanan pendidikan, UT juga menjamin ketersediaan dan pemerataan bahan ajar sebagai penunjang pembelajaran jarak jauh.
Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2022 tentang Universitas Terbuka sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH), UT mendapat keleluasaan dalam berinovasi, baik di bidang akademik maupun di bidang nonakademik. Salah satunya yaitu pembukaan program studi baru S-1 dan pascasarjana yang sesuai dengan minat masyarakat ataupun kebutuhan dunia usaha/industri.
”Seiring dengan kenaikan status UT menjadi PTN-BH, kami akan membuka sejumlah program studi baru sesuai dengan kebutuhan dan permintaan masyarakat. Tentunya akan dilakukan kajian dan analisis terlebih dahulu agar keputusan yang diambil dapat sesuai dengan kebutuhan dan permintaan,” kata Rektor UT Ojat Darojat dalam acara ”Peluncuran Cetak dan Pengiriman Langsung Bahan Ajar Universitas Terbuka” di Gudang Gramedia, Kecamatan Cilincing, Jakarta Timur, Senin (20/3/2023).
Kuliah di UT bisa sambil kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Wakil Rektor Bidang Akademik UT Mohamad Yunus menjelaskan, program studi baru itu dibuka atas pertimbangan kebutuhan masyarakat dan dunia usaha yang terus berkembang. Beberapa program studi S-1 yang akan dibuka antara lain Desain Komunikasi Visual, Data Science, Agroindustri, Perpajakan, dan Digital Marketing. Selain itu, akan dibuka pula program pascasarjana Hukum dan Ilmu Komunikasi.
”Saat ini, kami ada 42 program studi. Pastinya, kami mempertimbangkan pembukaan program baru sesuai dengan permintaan masyarakat dan dunia usaha terkini. Targetnya, satu program studi minimal ada 3.000 mahasiswa,” ujar Yunus.
Selama beberapa waktu terakhir, pendaftaran mahasiswa UT terus bertambah. Pada akhir 2022, ada 412.697 mahasiswa baru dan mahasiswa yang mendaftar ulang. Jumlah tersebut meningkat dibanding awal tahun yang sama, yakni 346.088 mahasiswa.
Walakin, Ojat menargetkan jumlah mahasiswa bisa mencapai 500.000 orang pada penerimaan mahasiswa baru tahun ini dan 1 juta mahasiswa pada tahun 2025. Seiring bertambahnya jumlah mahasiswa UT, kualitas layanan bahan ajar juga perlu ditingkatkan. Ini karena bahan ajar merupakan satu-satunya sumber pembelajaran bagi mahasiswa UT.
”Berbeda dengan perguruan tinggi lain yang pembelajarannya tatap muka bersama dosen, di UT bahan ajar itu justru layaknya menjadi dosen bagi para mahasiswa. Kami pun sekarang mewajibkan setiap mahasiwa memiliki bahan ajar. Oleh sebab itu, bahan ajar harus terdistribusi dengan baik dan merata,” tutur Ojat.
Komitmen tersebut terwujud dalam bentuk kerja sama antara UT dengan PT Gramedia Printing dan KGXpress sebagai mitra percetakan sekaligus mitra pendistribusian bahan ajar. Melalui proyek pendahuluan atau pilot project tersebut, bahan ajar tersebut akan didistribusikan kepada 35.000 mahasiswa dari program studi Manajemen, Akuntansi, Ilmu Hukum, Administrasi Negara, dan Ilmu Komunikasi yang tersebar di 14 Kantor Layanan Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) UT.
Bahan ajar tersebut berisi penjelasan materi yang didesain dengan menyajikan berbagai macam contoh, grafik atau ilustrasi, daftar istilah asing, tes formatif, serta latihan soal sehingga dapat dipahami secara individu tanpa bantuan orang lain. Yunus menyebut, penyusun bahan ajar itu terdiri atas dosen-dosen dan tenaga ahli dari berbagai perguruan tinggi.
”Bahkan, banyak dari perguruan tinggi lain yang menggunakan bahan ajar kami karena itu sudah terstruktur dan materinya terangkum semua. Jadi, tidak perlu repot-repot beli banyak buku,” kata Yunus.
Terjangkau dan fleksibel
Sebagai perguruan tinggi yang menjadi rujukan pembelajaran jarak jauh perguruan tinggi lainnya di Tanah Air, UT memberikan akses pendidikan yang tidak terbatas ruang dan waktu. Berbekal ijazah SMA dengan biaya yang terjangkau, siapa saja dapat mengakses pendidikan setara perguruan tinggi.
Dari segi biaya kuliah, satuan kredit per semester (SKS) di UT seharga Rp 35.000 atau jika mengambil sistem paket satu semesternya rata-rata Rp 1,3 juta sampai Rp 2,5 juta. Dengan demikian, para mahasiswa akan mengeluarkan biaya sebesar Rp 10,4 juta sampai Rp 20 juta untuk menempuh 8 semester.
Jika dibandingkan dengan rata-rata biaya kuliah mahasiswa angkatan 2022 di perguruan tinggi lainnya, biaya kuliah di UT hanya sebesar 10 persen dari total biaya yang dikeluarkan mahasiswa perguruan tinggi lainnya. Berdasarkan pemberitaan Kompas.id (28/6/2022), biaya kuliah mahasiswa angkatan 2022 dirata-rata sebesar Rp 149.863.850 hingga lulus selama 8 semester.
”UT tidak boleh mahal. UT harus murah tetapi jangan murahan agar dapat meningkatkan kompetensin dan kapasitas mereka yang tengah bekerja. Di waktu yang bersamaan, mereka bisa kuliah sekaligus bekerja,” ucap Ojat.
Bagi mereka yang kurang mampu, UT membuka beasiswa dengan menggandeng pihak swasta melalui program kepedulian sosial (CSR) atau melalui pemerintah daerah. Selain itu, UT turut menjaring lulusan SMA/SMK sederajat dengan membuka jalur prestasi melalui seleksi nasional masuk PTN (SMPTN).
Pembelajaran yang fleksibel dan biaya kuliah yang terjangkau membuat UT menjadi pilihan bagi mereka yang ingin tetap bekerja sekaligus berkuliah. Secara keseluruhan, sekitar 80 persen mahasiswa yang berkuliah di UT telah bekerja. Salah satunya adalah Fransisca Xaveria Tiara Andhaptik (22), mahasiswi Ilmu Komunikasi UT semester VI.
Tiara menceritakan, UT menjadi pilihannya untuk melanjutkan jenjang perguruan tinggi lantaran pembelajarannya yang fleksibel dan lebih murah dibandingkan perguruan tinggi lainnya. Di tengah kesibukannya bekerja sebagai guru tari modern, Tiara masih dapat mengikuti pembelajaran berbasis elektronik atau e-learning.
”Kuliah di UT bisa sambil kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Di UT, kuliahnya fleksibel, bisa presensi, mengerjakan soal, dan diskusi di mana pun dan kapan pun. Kalau di universitas lain, jarang ada yang bisa disambi bekerja kalaupun ada kuliahnya malam,” kata Tiara ketika dihubungi dari Jakarta.
Menurut Tiara, dengan menempuh pendidikan di UT, ia dapat membagi waktunya sendiri untuk bekerja sekaligus kuliah. Walakin, setiap tugas perkuliahan yang diberikan memiliki tenggat yang telah ditentukan sehingga Tiara acap kali mengerjakan tugas di sela-sela waktunya bekerja.
Selama menempuh pembelajaran berbasis elektronik, Tiara merasa cukup dimudahkan dengan penjelasan dosen melalui rangkuman baik dalam bentuk PDF maupun file presentasi. Kemudian, setiap semesternya, para mahasiswa dibekali buku paket dan fitur pembelajaran elektronik yang juga memuat latihan soal sehingga materi mejadi mudah dipelajari.
”Biaya kuliah di UT itu sangat terjangkau. Setiap semesternya, saya mengeluarkan biaya sebesar Rp 1,3 juta,” tutur Tiara.