Generasi muda Indonesia didorong untuk menjadi penutur aktif bahasa daerahnya lewat program revitalisasi bahasa daerah. Tujuannya untuk mencegah kepunahan bahasa daerah.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·6 menit baca
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Pelajar menggunakan alat edukasi aksara Jawa yang dipamerkan saat kegiatan Kongres Bahasa Java VI di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta, awal November 2016. Kongres itu diselenggarakan setiap lima tahun sekali untuk membahas perihal bahasa dan budaya Jawa.
JAKARTA, KOMPAS — Revitalisasi bahasa daerah gencar dilaksanakan lewat jalur sekolah dan masyarakat. Program revitalisasi daerah sebagai bagian dari kebijakan Merdeka Belajar ini untuk menyelamatkan kekayaan bahasa daerah yang dimiliki Indonesia, yang kini mulai mengalami kemunduran. Program ini juga untuk mendorong generasi muda menjadi penutur aktif bahasa daerah.
Kemunduran bahasa daerah pun dialami bahasa Jawa. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, dari sekitar 80 juta orang penutur bahasa Jawa, sekitar 73 persennya adalah penutur bahasa Jawa asli (bahasa jati) yang menggunakan bahasa tersebut dalam lingkup keluarga. Adapun 27 persen sisanya adalah orang Jawa yang tidak lagi menggunakan bahasa Jawa di dalam keluarga.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa atau Badan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi E Aminudin Aziz, dalam rapat koordinasi revitalisasi bahasa daerah (RBD) secara terpisah dengan berbagai pemerintah daerah yang dilakukan balai bahasa di daerah hingga Sabtu (18/3/2023), mengatakan, berdasarkan laporan UNESCO, setiap dua minggu terdapat satu bahasa daerah di dunia yang mengalami kepunahan. Penyebabnya karena bahasa tersebut tidak lagi digunakan.
Aminudin mencontohkan bahasa Jawa juga telah mengalami kemunduran dengan penurunan sekitar 0,8 persen. ”Memang kondisi bahasa Jawa terbilang masih stabil. Namun, kondisi ini sebaiknya tidak membuat masyarakat terlena. Kenyataan itu menjadi tantangan bagi masyarakat agar bahasa Jawa tidak tergerus oleh bahasa-bahasa lain baik oleh bahasa Indonesia ataupun bahasa asing,” ujar Aminudin.
Heni, warga Magelang, Jawa Tengah, mengatakan, anak-anaknya bisa menggunakan bahasa Jawa kasar/ngoko karena di sekolah biasanya peserta didik masih memakai bahasa Jawa. Namun, di rumah, Heni dan suaminya yang bersuku Sunda sehari-harinya menggunakan bahasa Indonesia.
Sementara itu, Rini, yang merupakan penutur jati bahasa Jawa bersama suaminya, mencoba untuk mengajarkan bahasa Jawa kepada dua putrinya. ”Di rumah kami pakai bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Anak-anak bisa saja berbahasa Jawa, tetapi tidak fasih,” ujar Rini yang tinggal di Bogor, Jawa Barat.
Rapat koordinasi yang dilakukan balai bahasa dengan berbagai pemerintah daerah terkait program RBD ditandai dengan penandatanganan komitmen bersama untuk merevitalisasi bahasa daerah dengan melibatkan pemangku kepentingan. Pemda didorong untuk mendekatkan diri dengan berbagai komunitas, seperti komunitas tutur, guru, kepala sekolah, dan pengawas, serta siswa pendidikan dasar dan menengah. Namun, sebelum sampai kepada sasaran, diperlukan koordinasi dalam menyiapkan tahapan strategi terkait kolaborasi yang akan dilakukan bersama pemda.
Setiap orang Jawa akan menjadi orang yang memiliki kemampuan bilingual.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Syarifuddin mengatakan, dalam pendidikan formal, upaya tersebut dibingkai dalam regulasi pelindungan bahasa daerah di Jawa Tengah (bahasa Jawa). Di tahap pertama pertemuan mengajak maestro bahasa Jawa. Hasil dari pertemuan tersebut telah menghasilkan materi dan modul pembelajaran yang akan digunakan oleh para guru peserta pelatihan guru master. Nantinya ada pelatihan guru utama yang akan menghasilkan pengimbasan dari guru kepada siswa. Selanjutnya dilaksanakan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat kabupaten/kota.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Peserta dari daerah Jawa Barat menyajikan pentas drama tari dalam acara Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional di Jakarta, Selasa (14/2/2023).
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Uswatun Hasanah mengatakan, di sekolah-sekolah, bahasa Jawa sebagai muatan lokal wajib secara terpisah atau berdiri sendiri pada struktur Kurikulum 2013. Sederet aksi terhadap pelindungan bahasa Jawa, misalnya penetapan setiap hari Kamis berbahasa Jawa di jajaran Pemprov Jateng, memfasilitasi pembiayaan penyediaan buku muatan lokal bahasa Jawa bagi satuan pendidikan, memfasilitasi ruang ekspresi kepada siswa melalui kompetisi bahasa Jawa dalam bentuk akademis maupun seni budaya (lomba pranatacara, lomba macapat, pertunjukan seni, dan lain-lain), serta partisipasi pada forum nasional maupun regional berkait dengan bahasa Jawa, dan komitmen menggelar Kongres Bahasa Jawa tahun 2023 ini Jawa Tengah menjadi tuan rumah KBJ ke-7.
Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dwi Pratiwi bekerja sama dengan Keraton Ngayogyakarta untuk menjadikan bahasa Jawa mampu menjadi prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan produk budaya lokal. Selain itu, menjaga agar kosakata/istilah lokal tidak hilang ditelan arus global.
Kosa kata dari bahasa daerah
Aminudin memaparkan, penggunaan bahasa Jawa telah memberikan sumbangsih terhadap kekayaan bahasa Indonesia yang terlihat dari jumlah entri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang berasal dari bahasa daerah. Data per tanggal 10 Maret 2023 merincikan sebanyak 6.791 entri bahasa daerah dari 118.020 total entri dalam KBBI, terdapat 1.519 entri yang berasal dari bahasa Jawa. Saat ini, bahasa Jawa menempati bahasa daerah terbanyak yang entrinya masuk ke dalam KBBI.
“Ini artinya bahasa Jawa menjadi bahasa daerah terbesar yang berkontribusi terhadap bahasa Indonesia. Hal ini wajar karena penuturnya paling banyak,” kata Aminudin.
Gusti Kanjeng Ratu Hemas menyampaikan bahasa Jawa telah banyak berkontribusi dalam perkembangan iptek dan kebudayaan, termasuk diaspora dan hubungan luar negeri Indonesia. Ia menuturkan bahwa bahasa Jawa juga tersebar di pulau lain, seperti Sumatera, Kalimantan, dan seterusnya. Bahkan, di luar negeri pun terdapat penutur bahasa Jawa, seperti di Suriname, Kaledonia Baru, Malaysia, dan Singapura.
Banyak sekali arsip sejarah yang dicatat dalam bahasa Jawa, seperti ilmu arkeologi, filsafat, bahkan agama yang dikembangkan dalam bahasa Jawa. Pengajaran bahasa Jawa sejak dini, menurut Ratu Hemas, membantu perkembangan otak manusia. Hal ini karena bahasa Jawa sebenarnya mengajarkan lebih dari satu bahasa anak. Ada bahasa Jawa ngoko yang digunakan untuk pergaulan sehari-hari, ada bahasa Jawa kromo untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua.
”Dengan demikian, setiap orang Jawa akan menjadi orang yang memiliki kemampuan bilingual,” ujar Ratu Hemas.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN (HAS)
Nida Septian (kanan), guru mata pelajaran Bahasa Sunda, memberikan materi penulisan aksara Sunda kepada murid kelas VII dalam mata pelajaran muatan lokal Bahasa Sunda di SMP 25, Depok, Jawa Barat, Rabu (22/1/2020).
Namun, kata Ratu Hemas, ada kecenderungan generasi muda lebih lancar berbahasa Inggris daripada bahasa Jawa. Generasi Z lebih senang mempelajari bahasa Jepang, Korea, dan Perancis. Untuk itu, Ratu Hemas juga mendorong agar Balai Bahasa Yogyakarta, seniman, dan sastrawan untuk menciptakan karya atau publikasi ilmiah dalam bahasa Jawa sehingga bisa dinikmati oleh kaum muda.
Secara terpisah, Kepala Balai Bahasa Papua Sukardi Gau mengatakan, di tahun 2023, ada dua bahasa daerah yang akan direvitalisasi, yakni bahasa Hatam di Manokwari dan bahasa Moi di Kabupaten Sorong. Program ini didukung dengan adanya bahan ajar muatan lokal bahasa Moi Kelim bagi pemula dan kamus trilingual dalam bahasa Indonesia, Inggris, dan Moi Kelim.
”Tujuan akhir merevitalisasi daerah ini bukanlah melaksanakan Festival Tunas Bahasa Ibu, melainkan menjadikan generasi muda, khususnya anak-anak, sebagai penutur aktif bahasa daerahnya. Anak-anak harus diberi kebebasan untuk belajar sesuai minatnya sehingga bersemangat untuk mempelajari bahasa daerah dan berkontribusi aktif dalam pelestarian bahasa daerah,” kata Aminudin.
Guna mengoptimalkan dukungan pemda dalam program revitalisasi bahasa daerah, Kemendikburistek juga sudah beraudiensi dengan Kementerian Dalam Negeri. Sekretaris Jenderal Kemendagri Suhajar Diantoro mengatakan, pihaknya akan memastikan dukungan pemda terhadap pelaksanaan revitalisasi bahasa daerah karena hal ini dinilai baik.
”Memang menjadi tugas dan tanggung jawab pemda untuk bisa menjadikan program revitalisasi daerah masuk ke dalam rencana kerja pemda, penyediaan dukungan anggaran, dan koordinasi melalui pemantauan dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan,” ujar Suhajar.