Memahami Penurunan Skor Kecerdasan Manusia
Setelah skor kecerdasan terus meningkat sejak awal abad lalu, umat manusia mengalami titik balik. Serangkaian studi terbaru menunjukkan, skor tes kecerdasan manusia menurun.

Setelah mengalami peningkatan skor kecerdasan (intelligence quotient)atau IQ sejak awal abad lalu, umat manusia tampaknya mengalami titik balik. Serangkaian studi terbaru menunjukkan, skor IQ manusia di negara maju kini terus mengalami penurunan. Perubahan lingkungan dan gaya hidup dinilai menjadi faktor utama pemicu titik balik ini.
Psikolog Inggris, James Richard Lynn, mendokumentasikan peningkatan skor tes IQ dari waktu ke waktu dalam papernya di Psychological Bulletin pada 1984. Studi Flynn mengungkapkan peningkatan skor IQ di Amerika Serikat 13,8 poin antara tahun 1932 dan 1978, meningkat 0,3 poin per tahun, atau sekitar 3 poin per dekade.
Temuan ini kemudian dinamakan ”Efek Flynn” oleh Richard Herrnstein dan Charles Murray pada 1994, dalam buku mereka The Bell Curve. Singkatnya, efek ini menunjukkan bahwa umat manusia tumbuh lebih pintar, ditandai dengan hasil IQ yang meningkat setiap generasi berturut-turut sejak paruh pertama abad lalu.
Efek Lynn ini kemudian dikonfirmasi oleh serangkaian studi lainnya di sejumlah negara. Misalnya, studi Flynn yang diterbitkan di Economics and Human Biology pada 2009 menemukan bahwa skor rata-rata anak-anak Inggris pada tes Matriks Progresif Raven naik sebesar 14 poin IQ dari tahun 1942 hingga 2008.
Baca Juga: Songsong Generasi Indonesia Emas dengan Beragam Kecerdasan
Kenaikan serupa telah diamati di banyak negara lain yang telah lama menggunakan tes IQ secara luas, termasuk negara-negara Eropa Barat serta Jepang dan Korea Selatan, sebagaimana dilaporkanDavid P Baker dan tim di jurnal Intelligence pada 2015.

Dosen membimbing taruna saat mengikuti kegiatan belajar di laboratorium Politeknik Ahli Usaha Perikanan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (13/3/2023). Penyelenggara Perguruan Tinggi oleh Kementerian Lain dan Lembaga Pemerintah Nonkementerian (PTKL) ini berada di bawah Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan (KKP) yang menyesuaikan kebutuhan pasar kerja sektor perikanan.
Bahkan, beberapa laporan di Asia menunjukkan ada tren peningkatan skor IQ yang lebih tinggi dari Barat.
Laporan Jan Te Nijenhuis dari Chosun University, Korea Selatan, di jurnal Personality and Individual Different, misalnya, menemukan, peningkatan skor IQ per dekade di Korea Selatan sebesar 7,7 poin untuk orang yang lahir antara tahun 1970 dan 1990. Peningkatan kecerdasan luas ini jauh lebih besar daripada peningkatan di negara-negara Barat sekitar 3 poin IQ per dekade.
Sebagian peneliti lain cenderung lebih skepstis terhadap Efek Lynn ini. Muncul perdebatan tentang apakah peningkatan skor IQ juga sesuai dengan peningkatan kecerdasan umum atau hanya peningkatan keterampilan khusus yang terkait dengan tes tersebut.
Karena anak-anak bersekolah lebih lama sekarang, dan menjadi jauh lebih akrab dengan pengujian materi yang berhubungan dengan sekolah, sangat mungkin mereka lebih bisa menjawab soal tes yang berhubungan dengan kosakata, aritmetika, atau informasi umum.
Psikolog Estonia, Olev Must, dan tim dalam papernya di jurnal Intelligence (2003) menyebutkan, kenaikan nilai tes IQ tidak sepenuhnya dijelaskan oleh peningkatan kecerdasan umum.
Baca Juga: Kemampuan Kognitif Manusia Indonesia Masih Jadi Tantangan Besar
Penelitian terhadap anak-anak sekolah selama 60 tahun di Estonia telah menunjukkan bahwa, meskipun nilai tes telah meningkat dari waktu ke waktu, peningkatan tersebut tidak sepenuhnya berkorelasi dengan faktor laten yang berkaitan dengan kecerdasan.

Peserta mengikuti Kontes Robot Nusantara tingkat SD dan SMP di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Minggu (23/10/2022). Sebanyak 500 peserta dari dalam dan luar negeri mengikuti lomba yang telah diselenggarakan sebanyak tujuh kali ini. Kontes ini bertujuan untuk merangsang anak-anak menyukai dunia robotik sekaligus wadah kompetisi robotik tingkat dasar.
Sekalipun ada penentangan, Flynn dalam bukunya What Is Intelligence? yang diterbitkan pada 2007 masih kukuh dengan teorinya mengenai kenaikan skor IQ terkait dengan peningkatan kecerdasan, setidaknya dalam beberapa aspek.
Menurut dia, perubahan lingkungan akibat modernisasi, seperti pekerjaan yang lebih menuntut intelektual, penggunaan teknologi lebih besar, dan keluarga lebih kecil, telah mendorong sebagian besar orang lebih terbiasa dengan konsep abstrak, seperti hipotesis dan kategori, daripada seabad lalu. Bagian substansial dari tes IQ berkaitan dengan kemampuan ini.
Flynn memberikan contoh, pertanyaan dalam tes IQ, ”Apa persamaan anjing dan kelinci?” Responden modern mungkin mengatakan mereka berdua mamalia, sebuah jawaban abstrak, atau apriori, yang hanya bergantung pada arti kata anjing dan kelinci.
Sementara seseorang seabad yang lalu mungkin mengatakan bahwa manusia menangkap kelinci dengan anjing, sebuah jawaban kongkret, atau jawaban posteriori, yang bergantung pada apa yang terjadi pada saat itu.
Faktor lain, yakni nutrisi lebih baik, adalah penjelasan lain yang mungkin. Saat ini, rata-rata orang dewasa di negara industri lebih tinggi daripada orang dewasa seabad yang lalu.
Baca Juga: Pembangunan Manusia dan Lingkungan Saling Memengaruhi
Pertambahan perawakan itu, yang kemungkinan besar merupakan hasil perbaikan umum dalam gizi dan kesehatan, mencapai tingkat lebih dari satu sentimeter per dekade.

Kader posyandu mengukur tinggi badan anak balita saat menjalani pemeriksaan bulanan di Posyandu RW 005 Rawa Terate, Cakung, Jakarta Timur, Selasa (14/2/2023). Pembagian gizi tambahan diberikan untuk mengurangi prevalensi tengkes. Pemerintah menargetkan anak usia balita bebas dari tengkes pada 2030.
Data yang tersedia menunjukkan bahwa peningkatan ini disertai dengan peningkatan ukuran kepala yang serupa dan dengan peningkatan ukuran rata-rata otak. Sekalipun demikian, argumen ini dianggap tidak bisa menjelaskan kelompok yang cenderung memiliki ukuran tubuh keseluruhan yang lebih kecil.
Sebagai contoh, perempuan atau orang keturunan Asia ternyata tidak memiliki IQ rata-rata yang lebih rendah. Bahkan, rata-rata peningkatan skor IQ orang Asia Timur, seperti Jepang dan Korea Selatan, lebih tinggi dibandingkan dengan orang Eropa dan Amerika.
Titik balik
Di tengah teka-teki penyebab kenaikan skor IQ, sejumlah riset terbaru justru menunjukkan tren mundur dari Efek Flynn. Skor IQ menurun di banyak negara maju. Riset oleh para peneliti dari Ragnar Frisch Center for Economic Research di Norwegia pada 2018, misalnya, menemukan nilai tes IQ penduduk di Eropa perlahan menurun.
Dalam makalah mereka yang diterbitkan dalam Prosiding National Academy of Sciences, peneliti Bernt Bratsberg dan Ole Rogeberg menjelaskan, tren kenaikan skor IQ telah berakhir. Bukannya semakin tinggi sebagaimana Efek Flynn, skor IQ manusia belakangan semakin menurun.
Studi oleh tim tersebut terdiri dari analisis hasil tes IQ dari para pemuda yang memasuki dinas nasional Norwegia (wajib militer) selama tahun 1970 hingga 2009. Secara keseluruhan, 730.000 hasil tes telah dicatat. Para peneliti menemukan bahwa skor IQ menurun rata-rata tujuh poin per generasi, pembalikan yang jelas dari hasil tes sekitar 70 tahun sebelumnya.
Sebuah tim Inggris baru-baru ini menemukan hasil skor IQ turun 2,5 menjadi 4,3 poin setiap dekade sejak kira-kira akhir Perang Dunia II. Studi serupa di Denmark, Perancis, Belanda, Finlandia, dan Estonia telah menunjukkan tren penurunan skor IQ yang serupa.
Penurunan skor IQ juga dilaporkan telah terjadi di AS. Sekelompok psikolog, dua dari Universitas Northwestern dan yang ketiga dari Universitas Oregon, baru-baru ini menerbitkan laporan penelitian mereka di Intelligence tentang penurunan skor IQ di AS untuk pertama kali dalam hampir satu abad.
Dalam makalah mereka, Elizabeth Dworak, William Revelle, dan David Condon menjelaskan analisis hasil tes IQ daring yang dilakukan para sukarelawan mulai tahun 2006 hingga 2018.

Tren skor International Cognitive Ability Resource (ICAR) gabungan 35 item dikelompokkan berdasarkan pendidikan di AS. Garis putus-putus di grafik atas menghubungkan skor standar rata-rata dan kesalahan standar yang terkait untuk setiap tahun dan tingkat pendidikan. Garis padat di grafik paling atas mewakili kemiringan yang terkait dengan skor standar rata-rata untuk setiap tingkat pendidikan. Garis-garis di grafik paling bawah adalah kemiringan yang terkait dengan nilai standar rata-rata untuk setiap tingkat pendidikan yang dibagi antara peserta laki-laki (kiri) dan perempuan (kanan) (kredit: Intelligence 2023. DOI: 10.1016/j.intell.2023.101734).
Dalam kajian ini, para peneliti mempelajari hasil tes IQ online yang diambil oleh orang dewasa yang berpartisipasi dalam Synthetic Aperture Personality Assessment Project selama periode 12 tahun.
Mereka menemukan bahwa skor IQ menurun untuk semua kelompok umur, tanpa memandang jenis kelamin. Mereka juga menemukan bahwa penurunan paling tajam terjadi di kalangan anak muda.
Selain itu mereka mencatat beberapa keterampilan, seperti penalaran spasial, lebih baik daripada generasi sebelumnya. Namun, keterampilan lain, seperti pemecahan masalah, penilaian deret numerik, dan penalaran verbal, menjadi lebih buruk.
Kombinasi berbagai faktor
Penelitian Dworak dan tim tidak ditujukan untuk menjelaskan penurunan tersebut, tetapi para peneliti menduga hal itu mungkin terkait perubahan dalam sistem pendidikan. Mereka juga tidak membahas isu kontroversial akurasi skor tes IQ secara umum sebagai alat pengukur kecerdasan seseorang.
Namun, menarik untuk melihat ulang laporan Aaron Reuben, psikolog klinis di Duke University, dan rekannya di Florida State University di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada 2022 yang menyebutkan kaitan paparan timbal dari kendaraan bermotor terhadap orang Amerika.
Beberapa keterampilan, seperti penalaran spasial, lebih baik daripada generasi sebelumnya. Namun, keterampilan lain, seperti pemecahan masalah, penilaian deret numerik, dan penalaran verbal, menjadi lebih buruk.
Menurut kajian ini, orang Amerika yang lahir sebelum tahun 1996 sekarang berisiko lebih besar untuk masalah kesehatan terkait timbal, seperti penuaan otak yang lebih cepat.
Gas bertimbal untuk mobil telah dilarang di Amerika Serikat pada 1996, tetapi para peneliti mengatakan bahwa siapa pun yang lahir sebelum akhir era itu, dan terutama mereka yang berada di puncak penggunaannya pada tahun 1960-an dan 1970-an, memiliki paparan timbal yang cukup tinggi saat masih anak-anak.

Para pengendara terjebak macet akibat jalan ambles di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, Senin (13/3/2023). Jalan ambles membentuk lubang besar terjadi di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat. Lubang besar itu berdiameter sekitar 3 meter dengan kedalaman sekitar 2 meter. Akibatnya, ruas jalan menuju arah Cengkareng mengalami kemacetan. Belum diketahui penyebab terjadinya jalan ambles tersebut.
”Kami memperkirakan bahwa lebih dari 170 juta orang Amerika yang hidup hari ini terpapar kadar timbal tinggi pada masa kanak-kanak, beberapa juta di antaranya terpapar lima kali lipat lebih tinggi dari tingkat referensi saat ini,” tutur Reuben.
Dalam laporannya, Reuben juga memperkirakan efek tingkat populasi terhadap hilangnya IQ dan menemukan bahwa hal ini bertanggung jawab atas hilangnya 824.097.690 poin IQ pada 2015.
Sementara itu, penjelasan lain bisa didapatkan dari laporan Bernt Bratsberg dan Ole Rogeberg, yang menemukan beberapa perbedaan antarkelompok keluarga. Temuan mereka di Norwegia ini menunjukkan bahwa beberapa penurunan skor IQ mungkin disebabkan oleh faktor lingkungan.
Selain itu, mereka menyarankan bahwa perubahan gaya hidup dapat menyebabkan beberapa penurunan, seperti perubahan dalam sistem pendidikan dan anak-anak yang lebih sedikit membaca, serta lebih banyak bermain gim video.
Situasi di Indonesia
Dalam kasus rendahnya skor IQ di Indonesia, sejumlah penelitian juga mengaitkannya dengan faktor gizi. Data World Population Review 2022 menyebutkan, nilai rata-rata IQ penduduk di Indonesia 78,49 menempatkan kita di posisi ke-130 dari total 199 negara yang diuji.

Skor tingkat intelligence quotient (IQ) di negara-negara ASEAN. Tingkat IQ rata-rata orang Indonesia paling rendah di antara negara ASEAN lain.
Penelitian Meitha Togas dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan tim di jurnal Medical Journal of Indonesia (2019) menyebutkan, tingginya prevalensi stunting di Indonesia turut mengganggu perkembangan kognitif anak, selain faktor sosial ekonomi. Stunting atau tengkes ialah gagal tumbuh kembang akibat kurang gizi kronis.
Hal ini menguatkan riset Kinari E Webb di masyarakat Dayak, Kalimantan Barat, untuk disertasinya di Yale University School of Medicine yang menunjukkan keterkaitan rendahnya skor IQ dengan malnutrisi dan kondisi lingkungan.
Apa pun penyebabnya, data-data statistik saat ini menunjukkan bahwa skor IQ manusia yang semula naik di abad lalu kini mulai menurun. Apakah itu juga menandakan kecerdasan manusia yang juga menurun?