Organisasi Kesehatan Dunia menyerukan penduduk dunia mengurangi konsumsi garam yang jika dirata-rata mencapai 10,8 gram per hari, lebih dari dua kali lipat rekomendasi maksimal 5 gram garam per hari atau satu sendok teh.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
GENEVA, KOMPAS — Asupan garam berlebihan memicu peningkatan tekanan darah dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular yang menjadi penyumbang utama kematian global terkait diet 1,89 juta kasus setiap tahun. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyerukan agar penduduk dunia mengurangi konsumsi garam.
Seruan ini dikeluarkan WHO bersamaan dengan peluncuran laporan global pertama pengurangan asupan natrium, Kamis (9/3/2023). Laporan itu menunjukkan hanya 5 persen negara anggota WHO melindungi warganya dengan kebijakan pengurangan natrium dan 73 persen menerapkan kebijakan itu menyeluruh.
Konsumsi garam jika dirata-rata mencapai 10,8 gram per hari, lebih dari dua kali lipat rekomendasi maksimal 5 gram garam per hari atau satu sendok teh.
”Pola makan tidak sehat menjadi penyebab utama kematian dan penyakit secara global. Asupan natrium yang berlebihan adalah salah satu penyebab utamanya,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Menurut laporan ini, hanya sembilan negara, yaitu Brasil, Chile, Ceko, Lituania, Malaysia, Meksiko, Arab Saudi, Spanyol, dan Uruguay, yang memiliki paket kebijakan komprehensif untuk mengurangi asupan natrium. Negara-negara lain, termasuk Indonesia, dinilai belum memiliki kebijakan memadai.
Dalam penilaian WHO, Indonesia dikategorikan dalam kelompok negara yang mengadopsi rekomendasi pengurangan natrium. Namun, belum ada tindakan dan komitmen kebijakan nasional untuk mengurangi asupan natrium.
Laporan ini menunjukkan sebagian besar negara belum mengadopsi kebijakan pengurangan natrium wajib. Hal itu membuat warga mereka berisiko terkena serangan jantung, stroke, dan masalah kesehatan lainnya.
Pola makan tidak sehat menjadi penyebab utama kematian dan penyakit secara global. Asupan natrium yang berlebihan adalah salah satu penyebab utamanya.
”WHO menyerukan kepada semua negara untuk menerapkan best buys untuk pengurangan natrium, sementara produsen menerapkan tolok ukur WHO untuk kandungan natrium dalam makanan,” kata Ghebreyesus.
Menghemat biaya
Menurut penghitungan WHO, penerapan kebijakan pengurangan natrium sangat hemat biaya dan menyelamatkan sekitar 7 juta nyawa secara global pada 2030. Hal ini juga menjadi komponen penting tindakan mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) untuk mengurangi kematian akibat penyakit tidak menular.
Natrium merupakan nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh. Namun, konsumsi berlebihan meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan kematian dini. Konsumsi berlebih natrium juga meningkatkan risiko kanker lambung, obesitas, osteoporosis, penyakit ginjal, dan berbagai masalah kesehatan lain.
Sumber utama natrium adalah garam meja (natrium klorida), tetapi juga terkandung dalam bumbu lain, seperti natrium glutamat. Menurut WHO, perlu pendekatan komprehensif untuk pengurangan natrium termasuk mengadopsi kebijakan wajib dan empat intervensi.
Empat rekomendasi WHO itu meliputi, merumuskan ulang makanan agar mengandung lebih sedikit garam serta menetapkan target jumlah natrium dalam makanan dan makanan. Berikutnya, menetapkan kebijakan pengadaan pangan publik untuk membatasi makanan kaya garam atau natrium di lembaga publik, seperti rumah sakit, sekolah, tempat kerja, dan panti jompo.
Selain itu, WHO mendorong ada pelabelan di bagian depan kemasan yang membantu konsumen memilih produk lebih rendah sodium. Hal ini perlu disertai dengan komunikasi perubahan perilaku dan kampanye media massa untuk mengurangi konsumsi garam atau natrium.
Negara-negara didorong untuk menetapkan target kandungan natrium untuk makanan olahan, sejalan dengan Tolok Ukur Natrium Global WHO dan menegakkannya melalui kebijakan ini.
”Laporan penting ini menunjukkan negara-negara harus segera menerapkan kebijakan pengurangan natrium yang ambisius, wajib, dan dipimpin pemerintah untuk memenuhi target global pengurangan konsumsi garam pada 2025,” kata Tom Frieden, Presiden dan CEO Resolve to Save Lives, organisasi nirlaba yang bekerja dengan negara-negara untuk mencegah 100 juta kematian akibat penyakit kardiovaskular selama 30 tahun.
Menurut Frieden, ada langkah-langkah yang terbukti dapat diterapkan oleh pemerintah dan inovasi penting, seperti garam natrium rendah. ”Dunia membutuhkan tindakan, dan sekarang, atau lebih banyak orang akan mengalami kelumpuhan atau kematian—tetapi dapat dicegah—serangan jantung dan stroke,” katanya.