Musik bisa menjadi sarana belajar yang menyenangkan dan bermakna bagi anak. Hari Musik Nasional 2023 diharapkan menjadi momentum untuk memajukan ekosistem lagu anak.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hari Musik Nasional 2023 diharapkan menjadi momentum untuk memajukan ekosistem lagu anak. Selain itu, memperluas manfaat lagu anak sebagai media edukasi, khususnya dalam memperkuat nilai-nilai budi pekerti.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan, anak-anak harus mendengarkan lagu sesuai dengan usianya. Oleh sebab itu, penguatan ekosistem lagu anak perlu menjadi gerakan yang diupayakan oleh berbagai pihak, mulai dari pelaku seni budaya, guru, orangtua, hingga masyarakat luas.
”Oleh karena itu, peringatan Hari Musik Nasional tahun ini adalah momentum yang tepat untuk menguatkan komitmen dan gotong royong dalam memajukan ekosistem lagu anak,” ujarnya dalam peluncuran program Kita Cinta Lagu Anak (KILA) 2023 di Jakarta, Kamis (9/3/2023).
Sejak 2021, Kemendikbudristek menyelenggarakan Festival Musik Tradisi Indonesia untuk memperkuat ekosistem musik di Tanah Air. Anak-anak juga menjadi fokus melalui program KILA yang digagas pada 2020 dan telah menghasilkan 15 karya lagu.
Lagu dengan beragam tema itu berfokus pada pembentukan karakter. Ke-15 lagu tersebut merupakan karya pemenang lomba cipta lagu yang total telah menghimpun lebih dari 1.000 peserta.
Nadiem menuturkan, komitmen menyelenggarakan KILA setiap tahun telah melahirkan talenta-talenta muda yang membanggakan di bidang musik. Program ini melibatkan para musisi serta seniman dalam menciptakan dan mengaransemen lagu anak sehingga menambah keberagaman tema lagu.
Musik juga bisa menjadi sarana belajar yang menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik. Oleh karena itu, lagu dan videoklip dari program KILA perlu disosialisasikan lebih luas untuk dijadikan materi pelajaran dalam Kurikulum Merdeka. Saat ini lebih dari 140.000 satuan pendidikan telah menerapkan kurikulum tersebut.
”Kurikulum Merdeka memberi keleluasaan para guru untuk mengembangkan metode pembelajaran menyenangkan dalam kelas,” katanya.
Orangtua bertanggung jawab menghadirkan konten yang baik bagi anak, termasuk lewat lagu. Konten itu berupa musik dengan lirik indah dan menggambarkan kecintaan pada bangsa.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan, peluncuran program KILA menjadi momentum penting bagi kebudayaan dan musik secara khusus. Lagu-lagu dalam lomba itu diharapkan semakin dikenal luas oleh masyarakat, khususnya anak-anak.
”Harus ada gerakan menyebarkan hasil-hasil (lomba) ini seluas mungkin dan bisa diakses oleh siswa. Sejauh ini, lagu yang diciptakan punya tema sangat bagus,” ucapnya.
Lagu pemenang lomba KILA 2022, misalnya, membawa pesan toleransi dan anti-perundungan. Ajang ini diharapkan bisa menangkap suara-suara masyarakat dan memperkenalkannya melalui musik.
”Kita ingin mulai sedini mungkin, mulai dari anak-anak. Bukan hanya pelajaran mengasah kognisi, tetapi juga ekspresi budaya yang akan mengolah rasanya,” jelasnya.
Hilmar mengingatkan pidato kenegaraan Presiden pertama Indonesia Soekarno pada 1963 berjudul ”Genta Suara Revolusi Indonesia”. Di dalamnya, Bung Karno turut menyinggung suara-suara rakyat yang beragam.
”Masyarakat di Nusantara punya keberagaman bunyi yang sekarang ini disebut musik. Sangat besar harapannya dalam interaksi itu gerakan ini bisa memengaruhi dan menginspirasi pencipta lagu sehingga merepresentasikan keberagaman kita,” jelasnya.
Musisi Chicha Koeswoyo mengatakan, orangtua bertanggung jawab menghadirkan konten yang baik bagi anak, termasuk lewat lagu. Konten itu berupa musik dengan lirik indah dan menggambarkan kecintaan pada bangsa.
”Saya yakin dengan program KILA ini. Ayo jadikan sebuah gerakan dengan sama-sama bergerak,” katanya.