Satu Abad Nahdlatul Ulama, Momentum Benahi Ratusan Perguruan Tinggi
Satu abad NU jadi momentum membenahi ratusan perguruan tinggi. NU punya potensi besar dengan 27 perguruan tinggi di bawah PBNU, 274 terdaftar di Lembaga Perguruan Tinggi NU, dan 500 terafiliasi NU.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Satu abad Nahdlatul Ulama menjadi momentum membenahi ratusan perguruan tingginya. Ada 27 perguruan tinggi di bawah Pengurus Besar NU, 274 terdaftar di Lembaga Perguruan Tinggi NU, dan lebih dari 500 terafiliasi dengan NU. Kampus-kampus itu akan melakukan modernisasi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas.
”LPTNU (Lembaga Perguruan Tinggi NU) masih menghadapi keterbatasan baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. LPTNU mengelola potensi besar ratusan perguruan tinggi. Di balik potensi besar itu, terdapat pekerjaan rumah yang besar pula,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin melalui sambungan video dalam Rapat Kerja Nasional LPTNU di Medan, Sumatera Utara, Rabu (8/3/2023).
LPTNU itu dihadiri langsung Ketua Umum Pengurus Besar NU KH Yahya Cholil Staquf, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim, Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah, Ketua LPTNU Aiunun Naim, serta para rektor dan dosen dari ratusan kampus NU dari sejumlah daerah.
Ma’ruf mengatakan, pembenahan kampus-kampus NU dilakukan di tengah kiprah NU yang dikenal sebagai salah satu pilar utama dalam membangun pikiran keagamaan modern yang menjadi penjaga konsensus nasional tentang kebinekaan bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
”Pengelolaan Lembaga Perguruan Tinggi NU harus dilakukan secara profesional dalam kaitan penyempurnaan kurikulum, kualitas dosen, sarana dan sarana pendidikan, administrasi pendidikan, maupun pembiayaan,” kata Ma’ruf.
Ma’ruf mengatakan, saat ini NU dituntut untuk memiliki kapasitas diri tidak hanya agar mampu menghadirkan solusi atas problem bangsa saat ini, tetapi juga agar adaptif dan siap menghadapi dinamika tantangan zaman.
Terkait agenda besar dalam modernisasi kampus-kampus NU, Ma’ruf juga mendorong pengembangan ilmu agama Islam untuk menciptakan ahli agama yang tidak hanya memahami ajaran agama secara tekstual, tetapi juga kontekstual dan dinamis yang mampu merespons permasalahan dan tantangan yang muncul. Pengembangan ilmu agama di perguruan tinggi juga harus didasarkan pada karakter yang modern, reformatif, dinamis, dan metodologis.
Posisi NU tidak hanya merawat pemikiran warisan ulama masa lalu, tetapi juga memberikan pemikiran dan inovasi baru sesuai dengan kaidah yang kita pegang di NU. (Ma'ruf Amin)
Pengembangan ilmu pengetahuan dan inovasi, kata Ma’ruf adalah kunci modernisasi kampus. Ia mendorong agar perguruan tinggi NU bersifat responsif dan bisa menyelesaikan permasalahan yang muncul di berbagai bidang. ”Dengan demikian, posisi NU tidak hanya merawat pemikiran warisan ulama masa lalu, tetapi juga memberikan pemikiran dan inovasi baru sesuai dengan kaidah yang kita pegang di NU,” kata Ma’ruf.
Pratikno mengatakan, sewaktu menjadi dosen hingga menjadi Rektor Universitas Gadjah Mada, ia terlibat dalam pembenahan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta dan beberapa kampus NU lainnya. Ia menyebut, kampus-kampus NU masih banyak menghadapi masalah mendasar seperti minimnya kesejahteraan dosen dan keterbatasan gedung kampus. Karena itu, pemerintah membantu antara lain dengan membangun gedung sembilan lantai untuk tempat kuliah baru UNU Yogyakarta.
Yahya mengatakan, NU telah berjalan satu abad dan mengalami banyak perkembangan. Perkembangan itu harus diikuti dengan sumbangsih yang besar bagi masyarakat dengan memberikan satu hal yang mulia bagi masyarakat Indonesia.
”NU harus mampu bertransformasi untuk membangun sebuah peradaban. Jangan hanya canggih saja karena kalau begitu yang akan menerima maslahat hanya kaum elite saja, sementara rakyat dari masyarakat bawah tidak merasakan kebermanfaatan NU,” kata Yahya.
Yahya mengatakan, NU tidak boleh hanya berkutat pada kematangan politik semata. Karena itu, pembangunan kampus-kampus NU menjadi penting di abad ke-2 NU. Tugas LPTNU untuk mengembangkan kampus-kampus NU ke depan harus dilakukan dengan kolaborasi dengan berbagai pihak, baik dengan pemerintah maupun dunia industri.
Adapun Nadiem mengatakan, kolaborasi dengan program Kemendikbudristek menjadi peluang untuk meningkatkan kualitas kampus-kampus NU. Kemendikbud mempunyai program seperti Kampus Merdeka, Praktisi Mengajar, hingga Matching Fund.