Belasan Perempuan Indonesia Diakui Berkontribusi di Ekonomi Halal Dunia
Indonesia mulai diperhitungkan dalam pengembangan ekonomi halal dunia. Sebanyak 15 perempuan Indonesia dari berbagai bidang dimasukkan dalam daftar perempuan yang berkontribusi pengembangan ekonomi halal dunia.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kiprah sejumlah perempuan Indonesia yang dinilai berkontribusi dalam pengembangan ekonomi halal terdaftar dalam buku Contribution of Women in Global Islamic Economy terbitan lembaga pendidikan Islamic Economy Academy atau Islamicea. Kontribusi 88 perempuan dari sejumlah negara ini dikelompokkan dalam beberapa kategori, mulai dari bidang pangan, kosmetik, kesehatan, sertifikasi, ekonomi syariah, tokoh akademis, hingga tokoh kepemimpinan.
Peluncuran buku tersebut dihadiri Sekretaris Jenderal Institut Standar dan Metrologi untuk Negara-Negara Islam (SMIIC), Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Ihsan Ovut di Turki, Sabtu (4/3/2023). Ada hampir 100 perempuan di seluruh dunia, termasuk Indonesia, yang dinilai menginspirasi dan berkontribusi dalam pengembangan ekonomi halal.
Ada 15 perempuan Indonesia di dalam dan luar negeri yang masuk dalam daftar buku Contribution of Women in Global Islamic Economy. Pendiri perusahaan kosmetik PT Paragon yang terkenal dengan label terkenal Wardah, Nurhayati Subakat, menjadi salah satu perempuan Indonesia yang tercantum dalam kategori tokoh kepemimpinan ke ekonomi Islam. Kontribusi Nurhayati dalam menjadikan kosmetik halal sebagai nadi pertumbuhan ekonomi telah banyak mendapat apresiasi bukan hanya dari dalam negeri, tapi juga dari luar negeri.
”Saya berharap Paragon dapat berkontribusi nyata pada pertumbuhan ekonomi nasional dan global, dan juga pengembangan masyarakat,” ujar Nurhayati, akhir pekan lalu.
Selain Nurhayati, Vice President PT Paragon, Sari Chairunnisa, juga disebutkan dalam buku tersebut. Sari yang merupakan dokter spesialis penyakit kulit ini bertanggung jawab dalam riset dan pengembangan produk-produk baru PT Paragon.
Ada pula mantan auditor halal Lembaga Pengkajian, Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia yang kini menjadi General Manager Lembaga Halal Muhammadiyah, Elvina Rahayu; peneliti dari Lembaga Riset Halal Institut Pertanian Bogor, Nancy Dewi Yuliana; dan Manager Bank Indonesia Rindawati Maulina.
Selain itu, Susi Susiatun dari Gerakan Wakaf Indonesia, Dety Mulyanti (Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Jawa Barat), Candra Hendriyani (Akademi Sekretaris Taruna Bakti), Rina Novianty (Universitas Padjadjaran), Siti Anah Kunyati (Universitas Langlangbuana), dan Mulyaningsih (Universitas Garut).
Perempuan diaspora
Pengakuan pada kiprah perempuan Indonesia yang berkontribusi dalam pengembangan ekonomi halal juga diberikan untuk perempuan diaspora Indonesia. Empat perempuan Indonesia yang berkarya dari luar Indonesia juga masuk dalam daftar. Ada dua dosen Indonesia yang saat ini mengajar di Malaysia yang masuk dalam daftar, yakni Widya Lestari dan Betania Kartika, keduanya merupakan associate professor dan peneliti halal dari International Islamic University Malaysia.
Widya merupakan dosen di Fakultas Kedokteran Gigi yang banyak melakukan riset mengenai bahan-bahan halal kedokteran gigi. Alumni Tokyo Medical and Dental University, Tokyo, ini juga sudah banyak menelurkan mahasiswa pascasarjana dengan riset kedokteran gigi halal. Adapun Betania merupakan pakar bidang syariah yang aktif mengadakan pelatihan-pelatihan halal di sejumlah negara.
Pengakuan juga diraih pakar ortodontik yang juga peneliti bidang halal Fitri Octavianti yang saat ini menjadi dosen di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sains Islam Malaysia. Alumnus Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara ini menyelesaikan program dokter spesialisnya di Universitas Padjadjaran. Sewaktu menjadi dosen inilah pakar braces asal Bukittinggi ini aktif melakukan riset berkaitan sistem autentikasi komponen tidak halal. Kini, Fitri menjalankan klinik gigi sendiri di Kuala Lumpur di samping meneruskan hobi melakukan penelitian bidang halal dan menulis artikel ilmiah.
”Tantangan utama buat saya adalah kerja klinis di klinik sendiri dan melakukan riset halal adalah dua hal yang sangat berbeda. Saya harus pandai-pandai mengatur waktu,” ujar Fitri.
Perempuan diaspora Indonesia lainya yang terdaftar adalah Rini Akmeliawati, associate professor di Universitas Adelaide di Australia. Perempuan asal Sumatera Barat ini dikenal sebagai pakar sensor yang berhasil mengembangkan alat pendeteksi bahan tidak halal, seperti lemak dan protein babi serta alkohol. Dalam bidang riset, Rini kini ditunjuk menjadi Koordinator Pusat Penelitian Robotik dan Automasi, Universitas Adelaide.