Kuliah di Malaysia Masih Jadi Daya Tarik Pelajar Indonesia
Mengecap pendidikan di luar negeri menjadi impian sebagian orang Indonesia. Mereka dapat meraihnya dengan menempuhnya baik melalui jalur beasiswa maupun pertukaran pelajar.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri, salah satunya ke Malaysia, masih menjadi daya tarik siswa sekolah menengah atas. Beragamnya jurusan dan waktu pendidikan yang lebih singkat menjadi daya tarik tersendiri.
Berdasarkan data dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), jumlah warga negara Indonesia yang berkuliah di luar negeri sebanyak 53.604 orang. Australia menjadi pilihan pertama dengan total 13.880 orang, disusul dengan Malaysia 8.440 orang, dan Amerika Serikat 7.984 orang.
Sebagai negara kedua yang dituju orang-orang Indonesia untuk menempuh pendidikan tinggi, Education Malaysia Indonesia, Kedutaan Besar Malaysia untuk Indonesia, dan Education Malaysia Global Service mengadakan pameran pendidikan. Mereka mempromosikan beberapa universitas baik negeri maupun swasta.
Apriliyan (19), siswa SMA, mengatakan, acara tersebut menarik serta membuka wawasannya. Setelah mengikuti kegiatan tersebut, ia menjadi tertarik untuk melanjutkan jenjang perguruan tinggi di Malaysia. Ini karena waktu pendidikannya lebih cepat dan beragam pilihan.
”Kalau di Indonesia kuliah setara sarjana empat tahun. Tapi, di Malaysia bisa lebih cepat, tiga tahun sudah selesai,” kata Apriliyan seusai mengikuti acara berjargon ”Ayo Kuliah di Malaysia” di Hotel Pullman, Jakarta, Sabtu (4/3/2023).
Adapun Apriliyan cenderung tertarik memilih jurusan ilmu teknologi (IT), khususnya bagian keamanan sistem. Bagi siswa SMAN 2 Jakarta itu, anak muda di zamannya tidak cukup hanya tahu soal gawai dan perangkat teknologi lainnya.
”Apalagi, banyak kejadian peretasan, jadi rasanya perlu belajar secara IT secara spesifik. Di Indonesia, entah saya yang tidak tahu atau kurangnya promosi, pilihannya hanya IT. Kalau tadi di Malaysia, itu lebih spesifik lagi pilihannya,” lanjutnya.
Satu sisi kita senang dapat pengetahuan baru, tapi di sisi lain dulu kita yang datang ke Malaysia dan kita yang mengajar mereka. Sekarang rasanya terbalik, mereka sudah berkembang, miris saja.
Sementara Bagus (19), siswa lain, juga tertarik untuk melanjutkan kuliah di luar negeri.
”Siapa sih yang nggak mau kuliah di luar negeri, bisa nambah pengalaman, pilihan jurusannya banyak, dan cepet lagi,” ujarnya.
Khaessar, guru SMA Negeri 2 Jakarta yang tengah mendampingi para muridnya, menyampaikan, dunia pendidikan di Malaysia berkembang begitu pesat. Ini membuat dia dan para peserta didiknya mendapatkan pengetahuan baru.
”Di satu sisi kita senang dapat pengetahuan baru, tapi di sisi lain dulu kita yang datang ke Malaysia dan kita yang mengajar mereka. Sekarang rasanya terbalik, mereka sudah berkembang, miris saja,” ujarnya.
Menurut Khaessar, biaya pendidikan di Malaysia pun tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Biaya kuliah mahasiswa tahun 2022 di Indonesia sebesar Rp 149 juta selama delapan semester (Kompas.id, 28/7/2023). Sementara di Malaysia, setara kuliah delapan semester biayanya mencapai Rp 156 juta.
Khaessar menambahkan, bahasa yang cenderung mirip juga menjadi alasan para peserta didiknya merasa cocok. Bagi dia, Indonesia perlu belajar banyak dari Malaysia.
”Saya berharap pendidikan kita bisa setara dengan Malaysia dan anak-anak bangsa kita semakin berkompeten,” lanjut Khaessar.
Beasiswa
Di antara universitas yang mempromosikan diri, Universiti Poly-Tech Mara Kuala Lumpur adalah salah satu kampus yang menawarkan program beasiswa bagi WNI. Program tersebut khusus untuk jenjang diploma.
”Mereka wajib mengikuti pengajian selama pendidikan. Usianya tidak lebih dari 25 tahun dan juga ada standar kualifikasi berbahasa Inggris karena kami mengajar dengan bahasa Inggris,” ujar Pembantu Dekan Fakultas Komputasi dan Multimedia pada Universiti Poly-Tech Mara Kuala Lumpur, Fatimah Bibi Hamzah.
Fatimah menjelaskan, pilihan jurusan yang bisa diambil pada jenjang diploma dalam program beasiswa, antara lain, akuntansi, komunikasi korporat, dan ilmu komputer. Selain itu, mereka yang menerima beasiswa juga wajib menjaga nilai kumulatifnya pada angka 3,0.
Sementara itu, Tunku Abdul Rahman University Management and Technology menawarkan pertukaran pelajar pada mitranya di Indonesia. Meski tidak membuka program beasiswa, universitas tersebut memberikan potongan harga.
”Semoga banyak orang yang semakin tertarik untuk kuliah di Malaysia terutama di kampus kami dan juga bisa mempererat hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Malaysia,” Patrick Bong, perwakilan Tunku Abdul Rahman University Management and Technology.
Patrick menyebut, universitasnya menjalin kerja sama pertukaran pelajar dengan Universitas Ciputra Surabaya. Sampai saat ini tercatat ada sekitar 20 WNI yang melanjutkan jenjang pendidikan di sana.