Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia Setara dengan Uji Bahasa Asing
Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia atau UKBI dikembangkan sebagai alat evaluasi yang setara dengan uji bahasa asing seperti TOEFL/IELTS. Dengan UKBI, kebanggaan pada bahasa Indonesia diharapkan makin tumbuh.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengujian kemahiran berbahasa Indonesia lewat Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia Adaptif Merdeka kini sudah setara dengan uji kemahiran bahasa-bahasa besar dunia. Pengujian kemahiran berbahasa Indonesia dapat dimanfaatkan dalam konteks dunia pendidikan maupun masyarakat umum dalam konteks profesional.
Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) Adaptif Merdeka diluncurkan tahun 2021 sebagai transformasi dari UKBI berbasis daring sebelumnya. Ujian dapat dilakukan di mana saja secara daring dan hasilnya bisa langsung diketahui. Untuk pelajar, pengujian tidak berbayar atau gratis.
Aplikasi UKBI tersebut dilengkapi dengan desain uji canggih menggunakan platform teknologi mutakhir berbasis internet. Aplikasi didesain seturut perkembangan teori tes berupa multi stage adaptive testing (MSAT), memiliki tingkat keandalan tinggi dengan analisis butir berdasarkan item response theory (IRT), dan mampu menyajikan layanan uji yang ramah pengguna.
”Di era globalisasi saat ini, sudah waktunya bahasa Indonesia sejajar dengan bahasa-bahasa besar di dunia. Sebagai bahasa modern yang multifungsi dan memiliki jumlah penutur yang besar, diperlukan sarana evaluasi yang menilai mutu penggunaan bahasa Indonesia,” kata Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim dalam acara Diseminasi Nasional Kemahiran Berbahasa yang digelar Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek, di Jakarta, Rabu (1/3/2023).
Nadiem mengatakan, UKBI Adaptif Merdeka saat ini juga setara dengan berbagai uji kemahiran berbahasa lainnya yang telah digunakan sebagai sarana evaluasi untuk bahasa-bahasa besar dunia, seperti IELTS atau TOEFL. Kemahiran berbahasa diyakini menjadi salah satu modal utama dalam peningkatan kemampuan literasi anak-anak Indonesia lewat gerakan Merdeka Belajar.
Memahami kaidah tata bahasa yang baik serta cakap dalam menggunakan bahasa Indonesia menjadi kunci untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami informasi, menyerap ilmu pengetahuan, dan menyampaikan gagasan.
”Kita semua perlu mengukur sejauh mana kecakapan dalam menggunakan bahasa Indonesia. Hasilnya kemudian dapat menjadi rujukan kita untuk memetakan dan meningkatkan kemampuan literasi masyarakat Indonesia secara menyeluruh,” ujar Nadiem.
Sejak diluncurkan pada Januari 2021, UKBI Adaptif Merdeka telah diujikan kepada 387.822 peserta yang terdiri atas berbagai karakteristik penutur bahasa Indonesia, mulai dari pelajar, profesional, sampai warga negara asing. Karena itu, UKBI Adaptif Merdeka dinilai berguna dalam konteks dunia pendidikan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum untuk konteks profesional.
Sementara itu, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek, E Aminudin Aziz mengatakan, jumlah peserta UKBI Adaptif Merdeka akan terus bertumbuh seiring dengan kesadaran berbagai pihak atas pentingnya mengetahui jenjang kemahiran berbahasa Indonesia, baik di kalangan penutur bahasa Indonesia maupun warga negara asing. Sejumlah lembaga ada yang mewajibkan hasil UKBI, baik di dunia pendidikan maupun profesi lainnya, seperti penerjemah, TNI-Polri, dokter, pimpinan lembaga, dan pengacara.
Menurut Aminudin, tindak lanjut dari hasil UKBI dalam dunia pendidikan, misalnya, dapat dipakai untuk mengembangkan kurikulum bahasa Indonesia yang relevan. Apalagi, dengan adanya Kurikulum Merdeka, jika peserta didik memiliki hasil UKBI unggul atau sangat unggul, mereka memungkinkan untuk tidak belajar bahasa Indonesia secara konvensional atau beralih ke pelajaran lain.
Ada beberapa perguruan tinggi yang sudah meniadakan mata kuliah bahasa Indonesia untuk mahasiswa yang hasil UKBI-nya menunjukkan sudah mahir, lalu ditantang dengan menulis artikel artikel. ”Jangan sampai pelajaran bahasa Indonesia di jenjang SD sampai perguruan tinggi begitu-begitu saja sehingga membosankan. Jangan sampai justru mereka lebih baik ujian bahasa Inggris-nya daripada bahasa Indonesia,” kata Aminudin.
Tentang kemahiran
Di acara diseminasi kemahiran berbahasa Indonesia kali ini, Badan Bahasa meluncurkan buku Peta Kemahiran Berbahasa Indonesia Tahun 2022. Buku tersebut berisi informasi kemahiran berbahasa Indonesia penutur di 31 provinsi dan di 426 kabupaten yang ada di Indonesia, mulai dari informasi tentang jumlah peserta uji, karakteristik profesi peserta uji, hasil kemahiran membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara, hingga rekomendasi yang diajukan dalam kaitannya dengan hasil kemahiran berbahasa Indonesia.
Sementara itu, Koordinator Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional UKBI, Badan Bahasa, Atikah Solihah menyampaikan, pada tahun 2022 mulai dibuat indeks kemahiran berbahasa Indonesia yang dilihat dari 31 profesi. Indeks kemahiran berbahasa Indonesia tahun 2022 secara nasional sebesar 81,02.
Perhitungan ini didapat dari peserta uji UKBI sebanyak 219.358 orang. Secara umum, di setiap profesi, kemahiran sudah sesuai yang ditetapkan.
Aplikasi UKBI tersebut dilengkapi dengan desain uji canggih menggunakan platform teknologi mutakhir berbasis internet.
”UKBI ini, kan, tentang kemahiran berbahasa Indonesia, bukan tentang ilmu bahasa Indonesia. Jadi, siapa saja bisa mengikuti UKBI. Kesadaran dari (kalangan) profesional untuk ikut UKBI juga mulai tumbuh,” kata Atikah.
Menurut Atikah, UKBI meliputi kemampuan mendengarkan, merespons kaidah, membaca, menulis, dan berbicara. Peserta bisa mengikuti ujian sesuai paket, yakni paket I (mendengarkan, merespons kaidah, dan membaca), paket II ditambah menulis, dan paket III ditambah berbicara. Peserta umum bisa mendaftar secara mandiri/lembaga. Untuk mahasiswa biayanya Rp 135.000, umum Rp 300.000, dan warga negara asing Rp 1 juta.
Ujian dapat dilakukan secara daring di mana saja, dengan jadwal ujian dari Senin hingga Kamis. Setiap hari tersedia lima sesi dan kapasitas ujian bisa mencapai 2.500-3.000 peserta untuk setiap sesi.
Ahmad Zakiy Zayan, peserta uji UKBI Adaptif Merdeka yang meraih jenjang tertinggi atau istimewa, mengatakan, dirinya baru mengetahui UKBI karena disyaratkan saat melamar program beasiswa unggulan Kemendikbudristek. Mahasiswa Fakultas Teknik Lingkungan Universitas Indonesia yang berasal dari Parepare, Sulawesi Selatan, ini mendapatkan manfaat dari hasil UKBI.
”Meskipun saya tidak lulus seleksi beasiswa unggulan, tetapi dengan hasil UKBI, saya bisa mengevaluasi kemampuan berbahasa saya. Awalnya saya merasa tidak percaya diri karena di daerah, kan, selama ini lebih banyak berbahasa daerah. Namun, kini saya percaya diri karena saya punya kemampuan yang baik. Ada kendala dalam diri saya yang masih gugup saat berbicara di depan umum,” ujarnya.
Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra M Abdul Khak berharap diseminasi kemahiran berbahasa Indonesia ini dapat mendorong pemanfaatan UKBI Adaptif Merdeka. ”Pada akhirnya dapat lebih menguatkan kedudukan bahasa Indonesia secara nasional dan meningkatkan martabat bahasa Indonesia di dunia internasional,” kata Abdul.