Mengapa Gangguan Perilaku ADHD Meningkat, Apa Faktor Risikonya?
Riset terbaru mengidentifikasi 27 varian risiko genetik yang memengaruhi ADHD dan komorbiditasnya.
Mengapa beberapa orang terkena gangguan perilaku ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder yang menyebabkan mereka sulit memusatkan perhatian, memiliki perilaku impulsif, dan hiperaktif? Riset terbaru mengidentifikasi 27 varian risiko genetik yang memengaruhi ADHD dan komorbiditasnya.
Hingga saat ini, penyebab utama ADHD belum diketahui dengan pasti. Akan tetapi, data menunjukkan adanya tren peningkatan gangguan ini. Laporan studi Wei Bao dari College of Public Health University of Iowa di jurnal JAMA Network Open (2018) menunjukkan, gangguan hiperaktivitas pada anak-anak dan remaja Amerika Serikat meningkat dari 6,1 persen pada 1997-1998 menjadi 10,2 persen pada 2015-2016.
Kajian ini didasarkan pada data dari 186.457 anak-anak dan remaja berusia 4-17 tahun dari National Health Interview Survey, survei cross-sectional berbasis populasi nasional yang dilakukan setiap tahun dari 1997 hingga 2016.
ADHD harus dilihat sebagai gangguan perkembangan otak dan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh gen yang berdampak besar pada perkembangan awal otak.
Studi tersebut menemukan bahwa tingkat ADHD di kalangan anak perempuan meningkat dari 3 persen menjadi lebih dari 6 persen selama masa studi. Dikatakan bahwa sebagian hasil dari perubahan dalam bagaimana kondisi diklasifikasikan.
Selama bertahun-tahun, ADHD berkaitan dengan anak-anak yang hiperaktif. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, American Psychiatric Association menambahkan panduannya tentang kondisi kesehatan mental bahwa diagnosis juga harus mencakup beberapa anak yang ceroboh. Itu meningkatkan jumlah anak perempuan karena tampaknya mereka lebih mungkin berada di subtipe kedua daripada anak laki-laki.
Seiring dengan peningkat tren ADHD, upaya untuk memahami faktor penyebab gangguan ini semakin banyak dilakukan. Salah satu dugaannya, kondisi ini diduga dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
Para peneliti dari Universitas Aarhus, Denmark, semakin dekat untuk menjawab pertanyaan ini dalam sebuah penelitian besar, yang diterbitkan di Nature Genetics pada 26 Januari 2023.
Baca Juga: Diet Memainkan Peran Kunci dalam Menurunkan Gejala ADHD pada Anak
Bersama dengan mitra nasional dan internasional, para peneliti telah mempelajari lebih dari enam juta varian genetik pada 38.691 orang dengan ADHD dan 186.843 orang tanpa ADHD. Dengan cara ini, dimungkinkan untuk mengidentifikasi 27 varian risiko genetik untuk gangguan perkembangan saraf yang umum.
Gen risiko
Studi baru ini merupakan terobosan, antara lain karena menemukan varian risiko dua kali lebih banyak dari studi sebelumnya yang telah diidentifikasi. Istilah ”varian genetik” berarti variasi spesifik dalam kode DNA—dalam hal ini, varian yang diamati lebih sering pada orang dengan ADHD dibandingkan pada orang tanpa diagnosis. Varian dalam DNA memengaruhi, misalnya, sejauh mana suatu gen diekspresikan dan selanjutnya jumlah protein yang dikodekan oleh gen tersebut.
Dengan menghubungkan varian genetik—yaitu variasi dalam DNA—untuk gen tertentu, para peneliti memperoleh pengetahuan baru tentang jaringan dan jenis sel mana yang secara khusus terpengaruh pada individu dengan ADHD. Studi ini didasarkan pada data dari kohort iPSYCH Denmark, deCODE Genetics di Islandia, dan Psychiatric Genomics Consortium.
Selanjutnya, para peneliti menggabungkan hasil dengan data yang ada pada ekspresi gen di jaringan yang berbeda, jenis sel, dan tahap perkembangan otak. Mereka menemukan bahwa gen yang terlibat dalam ADHD memiliki tingkat ekspresi yang sangat tinggi di berbagai jaringan otak dan otak awal perkembangan—sebenarnya sudah pada tahap embrionik.
”Ini menekankan bahwa ADHD harus dilihat sebagai gangguan perkembangan otak dan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh gen yang berdampak besar pada perkembangan awal otak,” kata Ditte Demontis dari Departemen Biomedis di Universitas Aarhus, yang menjadi penulis pertama studi tersebut.
Baca Juga: Diteliti, Manfaat Kafein untuk Terapi ADHD
Selain itu, para peneliti menemukan, genetika yang meningkatkan risiko ADHD terutama memengaruhi gen yang diekspresikan dalam neuron, terutama neuron dopaminergik.
”Ini menarik karena dopamin berperan dalam kaitannya dengan respons penghargaan di otak dan karena bentuk obat ADHD yang sering digunakan bekerja dengan meningkatkan konsentrasi dopamin di berbagai wilayah otak. Hasil kami menunjukkan bahwa ketidakseimbangan dopamin di otak orang dengan ADHD sebagian disebabkan oleh faktor risiko genetik,” papar Demontis.
Penurunan konsentrasi
ADHD dipengaruhi oleh banyak varian genetik umum, yang masing-masing sedikit meningkatkan risiko. Faktanya, dengan bantuan model statistik lanjutan, para peneliti memperkirakan ada sekitar 7.300 varian genetik umum yang meningkatkan risiko ADHD. Sangat menarik bahwa sebagian besar varian ini, sebanyak 84-98 persen, juga memengaruhi gangguan mental lainnya, misalnya autisme, depresi, dan skizofrenia.
Sebelumnya telah ditunjukkan bahwa varian risiko ADHD dapat memengaruhi kemampuan kognitif seseorang.
Untuk menyelidiki lebih lanjut, para peneliti menganalisis data dari kumpulan data independen, yang terdiri dari 4.973 orang yang telah menjalani tes neuro-kognitif ekstensif. Dengan menggunakan informasi dari studi baru tentang varian mana yang meningkatkan risiko ADHD, mereka menemukan dalam kumpulan data independen bahwa peningkatan varian risiko ADHD dalam genom individu dikaitkan dengan berkurangnya kemampuan membaca dan matematika, berkurangnya perhatian, dan berkurangnya ingatan jangka pendek.
”Hasilnya meningkatkan pengetahuan kita tentang mekanisme biologis yang mendasari ADHD, dan mereka menunjukkan gen, jaringan, serta tipe sel tertentu yang terlibat dalam ADHD. Pengetahuan ini dapat digunakan sebagai titik awal untuk studi lebih lanjut tentang mekanisme penyakit dan identifikasi target obat baru,” tutur Demontis.
Baca Juga: Semoga Anak Kami Bisa Terapi Lagi...
Para peneliti berharap kajian mereka akan terus ditindaklanjuti. ”Kami baru memetakan sebagian kecil dari varian umum yang memengaruhi ADHD, hanya 27 dari 7.300 yang berpotensi ada. Jadi, diperlukan studi genetik yang lebih besar,” katanya.
Kolaborasi internasional yang besar sangat penting untuk mengidentifikasi penyebab genetik penyakit kejiwaan dan gangguan perkembangan saraf karena, untuk melakukannya, diperlukan studi terhadap puluhan atau ratusan ribu orang dengan kondisi ini. Sama seperti dalam studi ADHD saat ini, sering kali ada 100 atau lebih peneliti yang terlibat, dengan berbagai bidang keahlian, seperti genetika, psikiatri, psikologi, epidemiologi, biologi molekuler, statistik, bioinformatika, dan ilmu komputer.
”Untuk lebih memahami mekanisme genetik dan biologis, penting untuk melakukan studi yang lebih besar lagi, yang melibatkan lebih banyak orang dengan ADHD,” kata Anders Børglum dari Departemen Biomedis Universitas Aarhus, anggota tim penulis.
”Tetapi penting juga untuk melakukan studi yang berfokus pada identifikasi bagaimana varian risiko genetik mengganggu proses biologis dalam sel otak (neuron), serta cara mereka bergabung dan berkomunikasi satu sama lain di otak. Untuk yang terakhir, keduanya, sel-sel otak dan tahap perkembangan awal otak, yang disebut otak mini atau organoid otak, saat ini sedang diperiksa,” ujarnya.
Kajian ini menunjukkan peran penting genetika dalam memengaruhi ADHD. Orang yang memiliki anggota keluarga lain dengan ADHD cenderung memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami gangguan perilaku ini. Meski demikian, kemungkinan kombinasi faktor berkontribusi terhadap gangguan tersebut, termasuk di antaranya makanan.