Pola Pikir Masyarakat tentang Pengelolaan Sampah Masih Jadi Tantangan
Selama ini, masih banyak masyarakat yang belum melakukan pengurangan dan pemilahan sampah dengan baik. Padahal, peran masyarakat sangat signifikan dalam upaya pengolahan sampah ini.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pola pikir masyarakat Indonesia saat ini masih melihat sampah sebagai barang yang tak bernilai sehingga mengabaikan proses pemilahan dari sumbernya. Hari Peduli Sampah Nasional yang diperingati setiap tanggal 21 Februari menjadi momentum untuk mengubah pola pikir masyarakat tentang pengelolaan sampah ini.
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati menyampaikan, pemerintah terus meningkatkan berbagai upaya untuk mencapai target 70 persen penanganan dan 30 persen pengurangan sampah. Strategi ini dilakukan dari hulu ke hilir.
”Pengelolaan sampah dilakukan tidak hanya melalui skema kumpul, angkut, dan buang yang ada di hilir. Kita juga melakukan upaya di hulu, seperti pemilahan sampah bagi individu. Kemudian produsen juga perlu mengurangi sampah dan meredesain kemasan yang mudah didaur ulang,” ujarnya di Gedung Manggala Wana Bakti, KLHK, Selasa (21/2/2023).
Vivien mengakui bahwa pengelolaan sampah di Indonesia masih menemui sejumlah tantangan khususnya terkait dengan pola pikir masyarakat. Selama ini masih banyak masyarakat yang belum melakukan pengurangan dan pemilahan sampah dengan baik.
Berdasarkan data KLHK, timbulan sampah nasional pada 2022 mencapai 68,5 juta ton dengan komposisi terbesar dari sektor rumah tangga berupa sisa makanan. Dari jumlah tersebut, sampah yang terkelola baru mencapai 64,52 persen. Artinya, sebanyak 35,48 persen sampah belum terkelola dengan baik atau terlepas ke lingkungan.
Sebagai upaya mengubah pola pikir masyarakat terkait pengelolaan sampah organik dari rumah tangga, pada 26 Februari nanti KLHK akan mengadakan kegiatan pengolahan pupuk kompos. Peningkatan keterlibatan masyarakat dilakukan dengan dukungan setiap pemerintah daerah dan komunitas pengelolaan sampah lainnya.
”Melalui pengolahan sampah menjadi kompos, kita bisa mencegah pembuangan 10 juta ton sampah ke TPA (tempat pembuangan akhir). Bila dukungan pemda belum optimal, kita bisa memanfaatkan bank sampah atau tempat pengolahan sampah terpadu. Jadi, sampah yang sudah terpilah harus dikelola kembali,” tutur Vivien.
Berdasarkan data KLHK, timbulan sampah nasional pada 2022 mencapai 68,5 juta ton dengan komposisi terbesar dari sektor rumah tangga berupa sisa makanan.
Selain itu, kata Vivien, KLHK juga tengah mencanangkan industrialisasi pengolahan sampah. Industrialisasi ini bertujuan agar sampah yang dihasilkan di masyarakat bisa dimanfaatkan kembali untuk berbagai keperluan, salah satunya sebagai sumber energi alternatif.
Upaya untuk memperbaiki pengelolaan sampah di Indonesia juga telah banyak dilakukan generasi muda melalui bisnis beraspek sosial (socioentrepreneurship). Beberapa sociopreneur di bidang pengelolaan sampah yang diinisiasi generasi muda antara lain Waste4Change, EcoTouch, dan Magalarva.
CEO Magalarva Rendria Labde menyampaikan, pihaknya membangun bisnis yang fokus pada budidaya dan pengolahan sampah organik karena memiliki ketertarikan terhadap upaya yang berdampak terhadap lingkungan. Rendria memandang pengolahan sampah organik dengan lalat tentara hitam (black soldier fly) memiliki dampak lingkungan yang lebih luas dibandingkan bisnis lainnya.
Ia berharap generasi muda lain bisa turut melakukan aksi di bidang pengelolaan sampah ataupun kegiatan yang berdampak terhadap lingkungan lainnya. Generasi muda dapat menginisiasi berbagai upaya pengelolaan sampah yang belum banyak dilakukan untuk menciptakan nilai perubahan lainnya di masyarakat.
Kampanye pengelolaan sampah
Dalam rangkaian Hari Peduli Sampah Nasional 2023, KLHK juga menyematkan program Jelajah Bersih Negeri. Kegiatan ini melibatkan tim pesepeda yang melintasi jalur utara dan selatan dengan titik keberangkatan dari Bali hingga tiba di Jakarta. Selama perjalanan, tim pesepeda juga memotret praktik-praktik baik pengelolaan sampah di setiap jalur yang dilintasi.
Vivien mengapresiasi tim pesepeda Jelajah Bersih Negeri yang turut membantu mengampanyekan pengelolaan sampah selama perjalanan dari Bali hingga Jakarta. Melalui kampanye ini diharapkan juga bisa mengajak masyarakat terlibat dalam pengelolaan sampah sekaligus mendukung target Indonesia bersih 2025.
”Tim pesepeda berhenti di tempat-tempat dengan pengelolaan sampah yang baik, seperti Banyuwangi, Banyumas, Indramayu, Tuban, Kudus, dan Cilacap. Kehadiran mereka membawa misi bahwa hal ini harus disebarluaskan dan direplikasi di daerah lain,” ujarnya.