Bagaimana Pola Makan Memengaruhi Kesehatan Mental Anak
Studi terbaru menunjukkan, anak-anak yang menjalani pola makan sehat sepanjang masa kecilnya memiliki kesehatan mental yang lebih baik saat berusia delapan tahun.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pola makan sehat tak hanya memengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental. Studi terbaru menunjukkan, anak-anak yang menjalani pola makan sehat sepanjang masa kecilnya memiliki kesehatan mental yang lebih baik saat berusia delapan tahun.
Temuan ini dilaporkan para peneliti dari University of Agder (UiA) di Norwegia di jurnal Nutrients. Dalam kajian ini, para peneliti menggunakan data dari Norwegian Mother, Father and Child Cohort Study. Ini adalah salah satu survei kesehatan dengan melibatkan 40.000 anak yang diikuti selama beberapa tahun.
”Tidak ada yang mengangkat alis ketika kita berbicara tentang bagaimana diet memengaruhi kesehatan fisik kita. Namun, hubungan antara diet dan kesehatan mental tidak begitu jelas,” kata psikiater anak dan postdoctor peneliti, Christine Helle, di UiA, yang memimpin studi dalam keterangan tertulis yang dikeluarkan kampus ini, Kamis (16/2/2023).
Memfasilitasi diet sehat adalah tanggung jawab sosial.
Dalam riset ini, para peneliti mencoba melihat hubungan antara apa yang dimakan anak-anak selama tahun-tahun awal mereka dan ciri-ciri kepribadian serta gejala kecemasan dan depresi ketika mereka berusia delapan tahun.
Nina Cecilie Øverby, ahli nutrisi dari UiA, mengatakan, penelitian ini tidak dapat menetapkan sebab dan akibat, tetapi lebih melihat keterkaitan. Temuan ini disesuaikan dengan pengaruh karakteristik lain yang diketahui peneliti mungkin penting, seperti pendidikan ibu dan kesehatan mental.
Mental yang sehat
Dalam riset ini, para peneliti meminta para ibu menjawab pertanyaan tentang pola makan mereka dan anak mereka pada berbagai tahap, selama kehamilan dan saat anak berusia enam dan delapan belas bulan. Putaran survei baru dilakukan saat anak berusia tiga tahun dan tujuh tahun.
Pada usia delapan tahun, anak-anak yang tumbuh dengan pola makan sehat mendapat skor lebih tinggi pada ciri-ciri kepribadian seperti ketelitian, keterbukaan, ekstraversi, dan kebajikan.
Anak-anak yang memiliki pola makan kurang sehat mendapat skor lebih tinggi pada ciri-ciri kepribadian yang berkaitan dengan neurotisme. Kepribadian neurotisme bertendensi pada pengalaman emosional yang negatif, seperti ketakutan, kesedihan, ketidakpastian, kemarahan, kesalahan dan antisipasi.
”Hubungan yang kami temukan antara pola makan di awal kehidupan dan ciri-ciri kepribadian belum ditunjukkan dalam penelitian sebelumnya sepengetahuan kami,” kata Øverby.
Ciri-ciri kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada model ”Lima Besar”, yang merupakan teori ilmiah terkemuka tentang bagaimana kepribadian manusia dibentuk.
”Ciri-ciri kepribadian adalah dimensi yang mengukur tingkat karakteristik psikologis. Ciri-ciri kepribadian penting untuk kesehatan mental kita meskipun tidak terkait dengan gangguan atau penyakit mental,” kata Helle.
Namun, Helle menambahkan bahwa sifat neurotisme sering dikaitkan dengan kerentanan untuk mengembangkan kecemasan dan depresi.
Ketika para peneliti berbicara tentang pola makan yang baik, mereka berbicara tentang pola makan yang sesuai dengan rekomendasi nutrisi Norwegia, meliputi konsumsi banyak buah dan sayuran, produk biji-bijian utuh, ikan, dan makanan rumahan.
”Tubuh mengembangkan sistem saraf, organ dalam, dan otak pada awal kehidupan. Untuk ini, tubuh membutuhkan energi dari makanan. Selain itu, makanan yang kita makan dapat memengaruhi cara kerja gen kita,” kata Øverby.
Para peneliti menekankan, memfasilitasi diet sehat adalah tanggung jawab sosial. Sebagaimana diketahui, Norwegia memberikan makan untuk anak-anak di sekolah dasar.
”Dengan dasar pengetahuan ini, menjadi semakin penting untuk menawarkan makanan sehat kepada anak-anak di taman kanak-kanak atau selama hari sekolah. Ini tentang memastikan keadilan sosial dalam masalah kesehatan dan itu sangat perlu untuk digarisbawahi di masa ekonomi yang tidak menentu ini,” kata Hella.
Studi ini mengukur pengaruh pola makan sehat di awal kehidupan terhadap kepribadian anak usia delapan tahun. Namun, para peneliti meyakinkan bahwa tidak ada kata terlambat untuk mulai makan lebih sehat dan mendapatkan manfaat darinya.
”Kita belum sepenuhnya berkembang sebagai anak usia delapan tahun. Jika Anda membangun kebiasaan makan yang baik sejak dini, banyak hal yang telah dilakukan. Namun, kita tidak bisa makan sesuai dengan kepribadian yang kita inginkan. Ada banyak kondisi lain yang memengaruhinya, terutama gen yang Anda bawa dan kondisi kehidupan yang Anda temui,” kata Helle.
Dia menunjukkan bahwa penelitian ini, bagaimanapun, menunjukkan bahwa nutrisi yang baik di awal kehidupan adalah langkah ke arah yang positif.