Mengenalkan proses membatik kepada masyarakat penting untuk dilakukan secara terus-menerus. Sebab, belum semua orang paham akan makna batik, berikut sulitnya proses membuat sehelai kain batik.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Suasana peragaan busana dengan kain batik di kawasan Museum Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, pada Minggu (12/2/2023) sore. Peragaan busana ini merupakan salah satu upaya mengenalkan batik kepada publik.
Mengenalkan batik, baik dari segi teknik, proses, jenis, hingga asal daerah perlu tetap dilakukan untuk meningkatkan pemahaman publik. Pemahaman dapat menumbuhkan apresiasi publik dan memperkuat pelestarian batik.
Hal ini tampak saat lokakarya pembuatan batik tulis yang diselenggarakan Museum Batik Indonesia di pelataran Gedung Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, pada Minggu (12/2/2023). Belasan orang mengikuti lokakarya yang berlangsung selama sekitar 1,5 jam, termasuk orang dewasa, anak-anak, dan wisatawan asing.
Salah satu peserta lokakarya, Titi (46), mengatakan, ini pertama kalinya ia membatik walau telah berkali-kali mengenakan batik. Selain asing dengan alat-alat membatik, ia juga asing dengan proses membatik.
’Batik’ yang diproduksi dengan metode cetak atau print tidak bisa disebut batik, melainkan kain bermotif batik.
”Tangan gemetar, grogi saat membatik. Soalnya, ini pertama kalinya saya pegang canting. Biasanya pegang centong (nasi),” kata warga Jakarta Timur tersebut.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Beberapa pengunjung Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, mengikuti lokakarya pembuatan batik tulis, Minggu (12/2/2023) sore. Lokakarya ini diselenggarakan Museum Batik Indonesia untuk mengenalkan proses pembuatan batik kepada masyarakat. Lokakarya diikuti baik oleh orang dewasa, anak-anak, maupun turis mancanegara. Beberapa orang mengatakan baru pertama kali membatik.
Ia semula mengira proses membatik tidak sulit. Setelah mengikuti lokakarya, ia belajar bahwa membuat batik tulis perlu keterampilan, ketelitian, dan kesabaran. Teknik memegang canting pun mesti benar agar malam (lilin) yang keluar dari ujung canting tidak berlepotan. Menggoreskan malam ke atas kain pun harus dilakukan dengan tenang agar tangan stabil dan garisnya rapi.
Para peserta lokakarya juga belajar bahwa suhu malam untuk membatik mesti tepat. Jika terlalu panas hingga mengebul, malam akan terlalu encer sehingga sulit digunakan untuk membatik. Namun, jika terlalu dingin, malam akan mengeras.
”Dulu, saya bertanya-tanya kenapa batik harganya mahal. Padahal, membatik, kan, gampang. Ternyata tidak gampang. Mungkin karena itu batik mahal,” ucap Titi.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Pengunjung Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, mengikuti lokakarya pembuatan batik tulis, Minggu (12/2/2023) sore. Lokakarya ini diselenggarakan Museum Batik Indonesia untuk mengenalkan proses pembuatan batik kepada masyarakat.
Peserta lokakarya lainnya, Hanifah (45), sepakat bahwa membatik tidak mudah. Walau sulit, ia senang karena dapat belajar hal baru. Pengalaman membatik pun membuatnya lebih mengapresiasi batik daripada sebelumnya.
Guru SD Negeri Duren 1, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Setya Hastuti, mengatakan, membatik diajarkan dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di sekolahnya. Membatik dinilai penting untuk mengenalkan dan memupuk kecintaan siswa terhadap kebudayaan. Di sisi lain, membatik melatih keterampilan motorik halus dan kesabaran siswa.
”Kadang anak-anak tidak tahan baunya (malam). Ada juga yang tidak sabar sehingga batiknya berlepotan. Tapi, ada juga yang bisa membatik dengan rapi,” ujar Setya.
Belum paham
Menurut Kepala Unit Museum Batik Arum Archangela, belum semua orang paham akan batik. Sebagian masih mengira batik adalah motif kain. Adapun batik dimaknai sebagai kain yang hanya dibuat dengan canting atau cap dan ragam hiasnya dibuat dengan malam. ”Batik” yang diproduksi dengan metode cetak atau print tidak bisa disebut batik, melainkan kain bermotif batik.
Sebagian orang juga menganggap bahwa semua kain tradisional Indonesia adalah batik. Padahal, suatu kain hanya bisa disebut batik jika dibuat dengan canting atau cap dan malam. Kain tradisional yang dibuat dengan teknik selain itu bukan batik, misalnya kain tenun.
”Masih banyak yang belum tahu soal ini. Namun, saat mereka mencoba membatik, mereka jadi tahu apa itu batik dan kesulitannya. Mereka juga jadi paham bahwa membatik butuh proses panjang, waktu yang lama, tenaga, dan keahlian,” ucap Arum.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Suasana peragaan busana dengan kain batik di kawasan Museum Batik Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, pada Minggu (12/2/2023) sore. Peragaan busana ini merupakan salah satu upaya mengenalkan batik kepada publik.
Selain untuk meningkatkan apresiasi publik, pemahaman ini penting untuk mempertahankan karakteristik batik. Pada 2009, batik ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tak benda dari Indonesia oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
Munculnya kain bermotif batik produksi pabrik dikhawatirkan menggeser batik yang dibuat dengan teknik khusus seperti yang diakui UNESCO. Jika tak lagi memenuhi kriteria sebagai warisan budaya dunia, status batik sebagai warisan budaya dapat dicabut.
”Bangga pada batik yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia saja tidak cukup. Kita mesti mengenal juga apa itu batik,” kata peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional, Ria Intani Tresnasih (Kompas.id, 31/10/2022).