Indonesia Sepakat Usulkan Kebaya ke UNESCO Bersama Empat Negara ASEAN
Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam akan mendaftarkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda bersama ke UNESCO. Ini pertama kalinya kelima negara melakukan ”joint nomination”.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO
Para peserta mengikuti jalan santai sambil menari di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, saat pelaksanaan hari bebas kendaraan bermotor, Minggu (19/6/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia sepakat mengusulkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda bersama empat negara anggota ASEAN, yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam. Pengusulan ke Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO akan dilakukan paling lambat pada 31 Maret 2023.
Wakil Tetap Indonesia untuk UNESCO Ismunandar mengatakan, ini pertama kalinya kelima negara terlibat dalam pengajuan warisan budaya ke UNESCO. Sebelumnya, Indonesia dan Malaysia pernah mengajukan pantun sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) bersama ke UNESCO. Pantun dinyatakan sebagai WBTB oleh UNESCO pada 17 Desember 2020.
”Ini sinyal yang baik, praktik yang baik, dan kolaborasi yang baik. Saya harap kerja sama ini berhasil,” ucap Ismunandar di Jakarta, Selasa (7/2/2023).
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid mengatakan, penetapan elemen budaya ke daftar WBTB UNESCO tidak dimaknai sebagai hak paten atau hak kekayaan intelektual suatu negara atas warisan budaya. Sebaliknya, ini adalah upaya mempromosikan keberagaman budaya dan dialog antarkomunitas.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Wakil Tetap Indonesia untuk UNESCO Ismunandar di Jakarta, Selasa (7/2/2023). Pada kesempatan ini, disampaikan bahwa Indonesia sepakat untuk mengusulkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda ke Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
Hal ini selaras dengan tujuan Konvensi UNESCO 2003 untuk Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda. Tujuan yang dimaksud adalah meningkatkan kesadaran akan pentingnya menghormati keragaman budaya serta memberi pengakuan yang semestinya terhadap praktik dan ekspresi budaya.
Penetapan elemen budaya ke daftar WBTB UNESCO tidak dimaknai sebagai hak paten atau hak kekayaan intelektual suatu negara.
Hilmar menambahkan, nominasi bersama lima negara adalah momentum untuk mempererat solidaritas ASEAN. Ini juga momentum positif bagi Indonesia selaku Ketua ASEAN 2023 untuk memperkuat kolaborasi antarnegara serta mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan kawasan ASEAN.
”Saya rasa kerja sama kita tidak berhenti di sini. Saya harap di masa depan kita bisa bekerja sama lagi untuk meningkatkan kesadaran akan WBTB,” kata Hilmar.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid di Jakarta, Selasa (7/2/2023). Pada kesempatan ini disampaikan bahwa Indonesia sepakat untuk mengusulkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO.
Persiapan
Tenggat untuk mendaftarkan kebaya sebagai WBTB ke UNESCO adalah 31 Maret 2023. Ismunandar mengatakan, Indonesia tidak tertinggal dalam hal penyiapan dokumen. Berbagai dokumen pendukung telah disiapkan sejak jauh-jauh hari oleh komunitas kebaya Indonesia. Dokumen itu mencakup, antara lain, foto dan video.
”Jadi, walau Indonesia baru deklarasi sekarang, kita sebetulnya mengikuti prosesnya (pengusulan kebaya sebagai WBTB). (Persiapan kita) Tidak hanya sebulan (menjelang tenggat),” kata Ismunandar.
Ketua Tim Nasional Kebaya Indonesia Lana Koentjoro menambahkan, salah satu hal yang mesti dilakukan adalah sosialisasi kepada publik dan komunitas soal pengusulan kebaya sebagai WBTB. Sebab, pemahaman publik soal ini beragam. ”Perlu diingatkan bahwa yang didaftarkan ke UNESCO itu nilai kebaya,” ujarnya.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Menteri Luar Negeri Retno L.P Marsudi (kanan) menari bersama para peserta yang mengenakan kebaya dalam acara peluncuran Kebaya Goes to UNESCO di halaman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi di Jakarta, Minggu (19/6/2022). Kegiatan dalam rangka mendukung pendaftaran kebaya ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda asal Indonesia itu diikuti oleh sekitar seribu peserta.
Adapun kebaya yang akan diusulkan ke UNESCO adalah kebaya kerancang dan labuh. Di Indonesia, kebaya itu dikenal pula dengan istilah kebaya encim. Kebaya encim identik dengan warna cerah, detail bordir, dan lipatan di sisi tengah.
Saat dihubungi terpisah, Direktur Institut Sarinah Eva K Sundari mengatakan, sejumlah komunitas kebaya berinisiatif melakukan urun dana. Dana yang terkumpul digunakan untuk riset dan mengumpulkan bukti-bukti jejak kebaya di Indonesia.
Ide awal
Hilmar Farid mengatakan, pengusulan kebaya sebagai WBTB dimulai saat Perdana Menteri Malaysia Dato Sri Ismail Sabri Yaakob bertemu Presiden Joko Widodo di Jakarta pada 2021. Keduanya membicarakan peluang kerja sama di berbagai bidang, termasuk kebudayaan.
”Termasuk membicarakan pengusulan bersama bagi beberapa WBTB yang memiliki sejarah shared culture, salah satunya kebaya. Setelah berdiskusi, disepakati untuk mengajak negara anggota ASEAN lain yang juga memiliki tradisi kebaya untuk bergabung dalam nominasi bersama kebaya,” katanya.
Sebelumnya, pada November 2022, Dewan Warisan Nasional (NHB) Singapura mengumumkan bahwa negaranya akan mendaftarkan kebaya sebagai WBTB ke UNESCO bersama negara-negara lain (joint/multi-nation nomination). Gagasan mendaftarkan kebaya secara bersama-sama diinisiasi dan dikoordinasi oleh Malaysia. Negara-negara lain dipersilakan bergabung. Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam lantas sepakat bergabung.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Perempuan dari berbagai komunitas berjalan mengenakan kebaya untuk memeriahkan HUT Ke-77 RI di Loji Gandrung, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (14/8/2022). Mereka mengenalkan kebaya sebagai bagian dari tren mode yang berkiblat pada warisan budaya.
Indonesia kala itu belum menentukan sikap. Menurut Eva, komunitas kebaya di Indonesia sempat terbelah. Sebagian komunitas setuju Indonesia menempuh jalur joint nomination. Sebagian lainnya ingin Indonesia menempuh jalur single nomination.
Jalur single nomination dinilai tidak efektif karena butuh waktu lama. Setiap negara hanya bisa mengajukan satu kebudayaan ke UNESCO dengan jalur ini. Di sisi lain, sudah ada beberapa elemen kebudayaan lain yang masuk antrean nominasi, seperti jamu, kesenian reog Ponorogo, dan tradisi pembuatan tempe.