Kasus Dugaan Gangguan Ginjal Akut Kembali Dilaporkan
Dua kasus dugaan gangguan ginjal akut pada anak dilaporkan di DKI Jakarta. Penyelidikan lebih lanjut masih dilakukan untuk mengetahui penyebabnya.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus dengan dugaan gangguan ginjal akut pada anak kembali dilaporkan. Setidaknya ada dua kasus dugaan penyakit tersebut yang dilaporkan di DKI Jakarta.
”Ada dua kasus dan ada kasus meninggal, itu betul. Sekarang masih dilakukan investigasi dan pengumpulan data untuk penyelidikan lebih lanjut,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan DKI Jakarta Lies Dwi Oktavia, dihubungi di Jakarta, Minggu (5/2/2023).
Penyelidikan epidemiologi dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti dari gangguan ginjal akut yang dialami oleh pasien. Beberapa hal yang diselidiki, antara lain, riwayat penyakit dan sampel obat yang dikonsumsi.
Ada dua kasus dan ada kasus meninggal, itu betul. Sekarang masih dilakukan investigasi dan pengumpulan data untuk penyelidikan lebih lanjut.
Dihubungi terpisah, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Azhar Jaya mengatakan, pihaknya menerima laporan satu kasus gangguan ginjal akut pada anak. Kaitan gangguan ginjal akut pada anak dengan konsumsi obat batuk cair belum bisa dipastikan. Penyelidikan pun masih dilakukan.
”Baru satu dan belum bisa disebut kasus baru (gangguan ginjal akut) karena kami masih harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan,” katanya.
Kasus gangguan ginjal akut pertama kali dilaporkan di Indonesia pada Agustus 2022. Hingga 2 November 2022 total kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal yang tercatat di Indonesia sebanyak 324 kasus. Sebelum laporan terbaru ini belum ada kasus gangguan ginjal akut yang dilaporkan.
Untuk menentukan penyebab pasti kasus gangguan ginjal akut pada anak, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), ahli epidemiologi, farmakolog, dan Polri. Kerja sama itu untuk memastikan penyebab pasti dan faktor risiko yang menyebabkan gangguan ginjal akut.
Sejauh ini, berdasarkan pemeriksaan sisa sampel obat yang dikonsumsi pasien ditemukan jejak senyawa yang berpotensi mengakibatkan gangguan ginjal akut.