Deteksi Dini dan Hidup Sehat Masih Jadi Kunci Utama Tekan Kanker
Melalui upaya deteksi dini kanker dan pengobatan serta perawatan yang tepat, pasien kanker dapat memiliki peluang sembuh tinggi dan meningkatkan harapan hidup.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·4 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Petugas mengukur tekanan darah warga saat pelayanan Pos Binaan Terpadu (Posbindu) di RW 007, Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Senin (16/1/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Kanker dapat dicegah dengan cara menghindari faktor risiko serta menerapkan gaya hidup sehat, termasuk terkait pola makan. Deteksi dini dan pengobatan serta perawatan yang tepat dapat meningkatkan peluang penyembuhan yang tinggi pada pasien kanker.
Melalui pemeriksaan tersebut, para dokter dapat menentukan diagnosis atas status kanker pasien, stadium dari kanker, serta terapi yang tepat. Itu sebabnya rangkaian pemeriksaan untuk mendeteksi kanker sebaiknya tidak dilewatkan.
Ketua Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (Perhompedin) Jakarta Ronald Alexander Hukom menyampaikan, kebanyakan pasien lambat mendapat penanganan medis di rumah sakit. Hal ini disebabkan para pasien umumnya baru datang ke fasilitas kesehatan saat kondisi kanker sudah mencapai stadium lanjut.
”Padahal, dengan semakin cepat pasien terdeteksi lalu mendapat terapi, kian besar peluang harapan hidup,” ucapnya saat peringatan Hari Kanker Sedunia oleh Indonesian Cancer Information and Support Center Association di Auditorium Perpustakaan Nasional, Jakarta, Sabtu (4/2/2023).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar, prevalensi kanker di Indonesia meningkat dari 1,4 per 1.000 penduduk pada 2013 menjadi 1,79 per 1.000 penduduk pada 2018. Adapun data dari Global Cancer Statistics 2020, di Indonesia terdapat 396.914 kasus baru kanker dengan 234.511 kematian. Jumlah kasus baru kanker diperkirakan akan mencapai 489.800 kasus pada 2030.
Ronald mengingatkan, faktor risiko yang harus dihindari adalah kebiasaan merokok, terpapar asap rokok, dan pola makan tidak sehat. Perubahan gaya hidup dan pola makan itu dinilai dapat meningkatkan risiko kanker.
Meski begitu, kondisi genetik juga berperan besar dalam potensi kanker seseorang dan tak bisa diubah. Maka itu, penyebab faktor risiko dapat dicegah dengan anjuran menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Kita semua berisiko terkena kanker dan ada yang risiko tinggi dan ada risiko rendah. Kebiasaan yang meningkatkan risiko itu seperti merokok dan apa yang dimakan.
Menurut dia, kanker paru-paru, prostat, kolorektal, lambung, dan hati merupakan jenis kanker paling umum pada laki-laki. Sementara pada perempuan, umumnya kanker payudara, kanker kolorektal, paru-paru, serviks, dan tiroid.
”Kita semua berisiko terkena kanker dan ada yang risiko tinggi dan ada risiko rendah. Kebiasaan yang meningkatkan risiko itu seperti merokok dan apa yang dimakan. Sementara orang yang banyak beraktivitas fisik dinilai bisa mengurangi risiko tersebut,” ujar Ronald, dokter spesialis penyakit dalam hematologi onkologi medik di RS Kanker Dharmais.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Eva Susanti mengatakan, kanker menjadi salah satu penyebab kematian utama di Indonesia setelah kardiovaskular. Apalagi, kasusnya meningkat signifikan dan biaya kesehatan yang ditimbulkan juga tinggi.
HIDAYAT SALAM
Ketua Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (Perhompedin) Jakarta Ronald Alexander Hukom saat peringatan Hari Kanker Sedunia oleh Indonesian Cancer Information and Support Center Association di Auditorium Perpustakaan Nasional, Jakarta, Sabtu (4/2/2023).
Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menunjukkan, kanker merupakan penyakit katastropik dengan biaya pelayanan kesehatan tertinggi kedua setelah jantung yang mencapai Rp 3,5 triliun pada 2020.
Untuk itu, dalam menyikapi permasalahan kanker di Indonesia, pemerintah melakukan pendekatan melalui strategi seperti promosi kesehatan, perlindungan khusus, deteksi dini, dan penanganan kasus. Dengan menghindari faktor risiko dan melakukan deteksi dini, hal itu akan meningkatkan angka harapan hidup dan kualitas hidup penderita.
”Deteksi dini merupakan kunci utama dalam upaya menurunkan insiden dan kematian akibat kanker,” katanya.
Peran dukungan
Ketua Umum Indonesian Cancer Information and Support Center Association (CISC) Aryanthi Baramuli Putri menambahkan, banyak tantangan yang dihadapi pasien untuk mendapatkan akses ke pengobatan kanker secara medis dan tepat waktu. Oleh karena itu, pasien kanker didorong untuk lebih aktif berperan dalam menyampaikan keluhannya kepada dokter ataupun keluarga.
”Pasien kanker harus bersuara karena setiap persoalan mesti disampaikan. Dengan mendorong pasien kanker menyampaikan ke keluarga dan dokter, informasi yang berharga dapat diketahui sehingga dapat diberikan pengobatan yang tepat untuk pasien,” tuturnya.
Koordinator Support Group dan Navigator Pasien CISC Lindawati Gunawan mengatakan, peran dukungan dari komunitas bisa menjadi wadah untuk saling berbagi pengalaman dan edukasi untuk mengatasi masalah bagi setiap pasien kanker dan keluarga. Mereka pun dapat menambah pengetahuan dan pemahaman akan penyakit tersebut.
CORNELIUS HELMY
Aktivitas di Rumah Pejuang Kanker Ambu di Kota Bandung, Jawa Barat, September 2022. Tempat ini merupakan rumah singgah tanpa biaya bagi penyintas kanker dari berbagai daerah di Indonesia.
Menteria, penyintas kanker paru, terdiagnosis kanker paru stadium satu pada 2016. Saat itu, ia kerap mengalami kehilangan suara dan batuk-batuk. Setelah menjalani pemeriksaan, ia mengetahui telah menderita kanker paru.
Ketika mengetahui hal tersebut, ia khawatir dan takut yang mengarah pada keganasan atau kanker. Selain itu, tantangan ketika menjadi penyintas kanker salah satunya keterbatasan informasi untuk mencari pengobatan yang tepat.
”Saya harus mencari informasi melalui internet untuk mencari perawatan yang tepat serta dokter yang tepat. Adapun pengobatan melalui BPJS juga membutuhkan waktu tunggu yang lama untuk mendapatkan pengobatan, dan ini cukup memengaruhi emosional,” katanya.