Sejarah Domestikasi Kucing Terjadi 10.000 Tahun Lalu
Penelusuran sejarah dan DNA mencatat bahwa domestikasi kucing terjadi pada 10.000 tahun lalu di sebuah wilayah Timur Tengah. Kucing tersebut kemudian dibawa menjadi teman perjalanan saat manusia mulai berkeliling dunia.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Abraham Mangkudijaya bersama Momo, kucing kesayangannya, bermain-main di ruamhanya di kawasan Cinangka, Depok, Jawa Barat, Desember 2020.
Penelusuran sejarah mencatat bahwa domestikasi kucing terjadi pada 10.000 tahun yang lalu di sebuah wilayah Timur Tengah yang mengelilingi Sungai Tigris dan Efrat. Masyarakat asli wilayah tersebut yang baru beralih menjadi petani mengembangkan ikatan dengan kucing pemakan hewan pengerat yang berfungsi sebagai pengendali hama kuno.
Wilayah yang diyakini sebagai tempat domestikasi kucing pertama tersebut dulu dikenal sebagai kawasan yang berbentuk bulan sabit. Setelah 10.000 tahun berlalu, wilayah tersebut kini menjadi sejumlah negara, yakni Irak, Turki, Suriah, Lebanon, Israel, Palestina, dan Mesir.
Masyarakat di wilayah tersebut dulu merupakan seorang pemburu-pengumpul. Seiring berjalannya waktu, mereka mulai membangun peradaban dan beralih menjadi petani.
Studi para peneliti dari University of Missouri, Amerika Serikat, yang terbit di jurnal Nature, 2 November 2022, menemukan bahwa transisi gaya hidup manusia di wilayah Timur Tengah kuno ini adalah katalisator yang memicu domestikasi kucing pertama di dunia. Kemudian kucing tersebut dibawa menjadi teman perjalanan saat manusia mulai berkeliling dunia.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Seekor kucing peliharaan warga mendapatkan vaksin rabies gratis di RPTRA Anggrek, Kelurahan Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Kamis (26/1/2023).
Leslie ALyons, ahli genetik kucing dan Gilbreath-McLorn dari University of Missouri College of Veterinary Medicine, mengumpulkan dan menganalisis DNA dari kucing di dalam dan sekitar daerah Timur Tengah, serta di seluruh Eropa, Asia, dan Afrika. Mereka kemudian membandingkannya dengan hampir 200 penanda genetik yang berbeda.
”Salah satu penanda utama DNA yang kami pelajari adalah mikrosatelit. DNA ini bermutasi dengan sangat cepat dan memberi kita petunjuk tentang populasi kucing baru-baru ini dan perkembangan ras selama beberapa ratus tahun terakhir,” ujar Leslie dikutip dari situs internet resmi University of Missouri yang diakses pada Jumat (3/2/2022).
Penanda kunci DNA lain yang dianalisis oleh peneliti ialah polimorfisme nukleotida tunggal. Ini merupakan perubahan berbasis tunggal di seluruh genom yang memberikan petunjuk tentang sejarah kuno beberapa ribu tahun yang lalu. Dengan mempelajari dan membandingkan kedua penanda, para peneliti dapat menyatukan kisah evolusi kucing.
Menurut Leslie, analisis tentang genetika kucing dalam penelitian tersebut sangat mendukung teori bahwa hewan ini kemungkinan besar pertama kali didomestikasi hanya di Timur Tengah khususnya di wilayah Bulan Sabit Subur sebelum para penduduk bermigrasi.
Setelah gen tersebut diwariskan kepada keturunannya selama beberapa generasi, susunan genetik kucing seperti di Eropa Barat kini mulai jauh berbeda dengan kucing di Asia Tenggara. Proses perubahan ini dikenal sebagai isolasi berdasarkan jarak.
Kucing kuno menjadi istimewa karena hewan ini dikenal gigih dalam memburu hama.
Leslie yang telah meneliti genetika kucing selama lebih dari 30 tahun menyebut bahwa studi ini dapat mendukung tujuan penelitian yang lebih luas dalam menggunakan kucing sebagai model biomedis. Ini khusus untuk mempelajari penyakit genetik yang berdampak pada kucing dan manusia, seperti ginjal polikistik, kebutaan, dan kekerdilan.
Hewan istimewa
Berkaca dari hasil studi ini dan fakta lainnya, Leslie menyebut bahwa kucing telah terbukti sebagai salah satu hewan yang istimewa. Tidak seperti anjing dan hewan peliharaan lainnya, sampai saat ini peneliti belum banyak mengubah perilaku kucing selama proses domestikasi.
”Kita sebenarnya bisa menyebut kucing sebagai hewan semi-domestikasi. Sebab, jika kita melepaskan ke alam liar, mereka mungkin masih bisa berburu hama dan dapat bertahan hidup serta kawin sendiri karena perilaku alami mereka,” kata Leslie.
ADRYAN YOGA PARAMADWYA
Seorang karyawan mengelus kucing di salah satu tempat penitipan hewan di kawasan Koja, Jakarta Utara, Senin (26/12/2022).
Dalam studi terpisah yang dilakukan sebelumnya oleh peneliti Institut Jacques Monod, Perancis, kucing kuno menjadi istimewa karena hewan ini dikenal gigih dalam memburu hama. Kucing juga kerap menangkap tikus di kapal dan peternakan sebelum didomestikasi.
Eva-Maria Geigl, ahli genom di Institut Jacques Monod, mengatakan, berbeda dengan anjing, terdapat sedikit pembiakan dan seleksi pada kucing sampai abad ke-19. Hal ini diketahui setelah peneliti mengidentifikasi 200 DNA kucing purba dari makam viking, mumi Mesir, dan situs zaman batu.
”Sekarang kucing telah memilih mendampingi manusia, dan hal ini merupakan sebuah hubungan yang menguntungkan di antara kedua belah pihak,” ungkapnya.