Rusa di Amerika Membawa Varian SARS-CoV-2 yang Telah Punah pada Manusia
Rusa ekor putih di Amerika Utara menyimpan varian SARS-CoV-2 yang pernah beredar luas, yaitu alfa dan gamma, tetapi tidak lagi ditemukan pada manusia. Temuan ini menunjukkan bahwa rusa bisa menjadi reservoir baru SARS.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
AHMAD ARIF
Demografi populasi rusa ekor putih yang diambil sampelnya dan diuji untuk SARS-CoV-2.
JAKARTA, KOMPAS — Peneliti Cornell University menemukan bahwa rusa berekor putih di Amerika Utara menyimpan varian SARS-CoV-2 yang pernah beredar luas, yaitu alfa dan gamma, tetapi tidak lagi ditemukan pada manusia. Temuan ini menunjukkan bahwa rusa bisa menjadi reservoir baru SARS-CoV-2 jangka panjang.
Studi ini diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada Selasa (31/1/2023), merupakan salah satu studi paling komprehensif hingga saat ini untuk menilai prevalensi, keragaman genetik, dan evolusi SARS-CoV-2 pada rusa berekor putih, mamalia besar yang berlimpah keberadaannya di Amerika.
”Salah satu temuan paling mencolok dari penelitian ini adalah deteksi sirkulasi bersama dari tiga varian (SARS-CoV-2) yang menjadi perhatian, yaitu alfa, gamma, dan delta, dalam populasi hewan liar ini,” kata Diego Diel, profesor kedokteran populasi dan ilmu diagnostik di Cornell University.
Selama pandemi, rusa telah terinfeksi SARS-CoV-2 melalui kontak terus-menerus dengan manusia, kemungkinan dari perburuan, rehabilitasi satwa liar, memberi makan hewan liar atau melalui air limbah serta sumber air.
”Virus yang muncul pada manusia di Asia, kemungkinan besar setelah peristiwa limpahan dari reservoir hewan ke manusia, tampaknya, atau berpotensi, kini telah menemukan reservoir satwa liar baru di Amerika Utara,” kata Diel.
Seekor rusa berjalan di atas abu sisa kebakaran Caldor yang menghanguskan Grizzly Flats, California, AS, Rabu (18/8/2021).
Urutan genomik
Dalam penelitian ini, para peneliti menganalisis 5.700 sampel yang dikumpulkan selama dua tahun di New York, yaitu dari 2020-2022.
Ketika para peneliti membandingkan urutan genomik dari varian yang ditemukan pada rusa dengan urutan varian yang sama yang diambil dari manusia di seluruh New York, mereka menemukan bahwa virus telah bermutasi pada rusa. Ini menunjukkan bahwa varian tersebut kemungkinan telah beredar pada rusa selama berbulan-bulan.
Pada saat varian alfa dan gamma yang terdeteksi pada rusa, misalnya, tidak ada bukti bahwa galur virus ini masih beredar pada manusia. Faktanya, ketika ditemukan pada rusa, tidak ada varian yang terdeteksi pada manusia di New York selama empat hingga enam bulan.
”Ketika kami melakukan perbandingan urutan antara virus yang ditemukan dari rusa berekor putih dan urutan manusia, kami mengamati sejumlah besar mutasi di seluruh genom virus,” kata Diel. Menurut dia, beberapa virus sampai memiliki 80 mutasi dibandingkan dengan virus sebelumnya.
Selama pandemi, rusa telah terinfeksi SARS-CoV-2 melalui kontak terus-menerus dengan manusia, kemungkinan dari perburuan, rehabilitasi satwa liar, memberi makan hewan liar atau melalui air limbah serta sumber air.
Adanya mutasi ini memberikan bukti lebih lanjut bahwa virus kemungkinan telah beredar di rusa selama beberapa waktu. Mutasi tersebut juga menunjukkan bahwa virus telah beradaptasi dengan rusa, kemungkinan membuatnya lebih mudah menular di antara mereka.
Studi lebih lanjut diperlukan untuk memastikan apakah varian ini akan menghilang pada rusa seiring waktu atau apakah ada risiko penyebaran SARS-CoV-2 ke satwa liar lain, termasuk predator.
”Karena bukti yang diperoleh dalam penelitian kami, sangat penting untuk terus memantau virus pada populasi hewan ini untuk benar-benar memahami dan melacak perubahan yang dapat menyebabkan atau mendukung penyebaran kembali ke manusia dan satwa liar lainnya,” kata Diel.
Diperkirakan ada 30 juta rusa berekor putih di Amerika Serikat. Sebuah studi tahun 2022 oleh Diel dan lainnya menemukan bahwa di lima negara bagian yang disurvei pada tahun 2021, SARS-CoV-2 ditemukan pada hingga 40 persen rusa berekor putih.
RONY ARIYANTO NUGROHO
Pantulan bayangan seekor satwa rusa totol (Axis axis) yang hidup pada salah satu kolam di halaman Istana Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu (14/3/2021). Satwa rusa totol yang juga menjadi maskot Kota Bogor ini menjadi atraksi warga saat berekreasi di sekitar kawasan istana tersebut.
Varian omicron
Studi terpisah oleh para ilmuwan Penn State University juga menunjukkan, varian Omicron juga ditemukan pada rusa ekor putih yang hidup di Staten Island, Amerika Serikat.
Varian Omicron terdeteksi pada penyeka hidung 7 dari 68 rusa Staten Island yang diuji antara 13 Desember 2021 dan 31 Januari 2022, menurut penelitian, yang didanai oleh Institut Pangan dan Pertanian Nasional USDA.
Sudah diketahui bahwa rusa dapat tertular Covid-19, setelah varian sebelumnya ditemukan pada rusa berekor putih di New York dan beberapa negara bagian lainnya. ”Namun, studi Staten Island adalah yang pertama menemukan bukti varian Omicron pada rusa atau populasi hewan liar lainnya,” kata Suresh Kuchipudi, seorang profesor virologi di Penn State yang memimpin tim peneliti, dalam keterangan tertulis.
Temuan ini menunjukkan, seperti varian sebelumnya, Omicron dapat dan telah menyebar ke hewan. Kuchipudi mengatakan, tumpahan Omicron dari manusia ke rusa memicu kekhawatiran bahwa mutasi baru.
”Kekhawatiran utama adalah ketika kita membiarkan virus bersirkulasi di inang hewan mana pun, selain manusia, kompleksitas evolusi virus menjadi sangat sulit untuk dinilai dan dipahami,” katanya.
Jadi, pertanyaan yang lebih besar adalah, transmisi SARS-CoV-2 yang tidak terpantau atau tidak terkendali pada rusa dan kemungkinan hewan lain dapat mengakibatkan munculnya varian yang benar-benar baru yang berpotensi merusak perlindungan yang diberikan oleh vaksin saat ini.