Diabetes Melitus pada Anak Berkaitan Erat dengan Kondisi Obesitas
Anak dengan obesitas berisiko tinggi mengalami diabetes melitus tipe dua. Pola makan yang tidak sehat serta aktivitas fisik yang kurang menjadi penyebabnya.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Siswa sebuah sekolah dasar di Tangerang Selatan, Banten, mengikuti mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di lapangan sekolah, Kamis (24/1/2019). Olahraga merupakan salah satu kegiatan luar ruang di sekolah yang bisa mengontrol obesitas pada anak.
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian besar anak yang mengalami diabetes melitus tipe dua ditemukan dengan kondisi obesitas atau berat badan berlebih. Risiko diabetes pada anak harus semakin diwaspadai seiring dengan perkembangan gaya hidup modern yang ditandai dengan pola makan tidak sehat dan kurang beraktivitas fisik.
Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Muhammad Faizi dalam temu media terkait ”Diabetes pada Anak” di Jakarta, Rabu (1/2/2023), menuturkan, kasus diabetes melitus tipe dua pada anak semakin banyak dilaporkan. Usianya pun semakin muda. Dari laporan yang diterima oleh IDAI, usia anak dengan diabetes melitus (DM) tipe dua ditemukan pada usia enam tahun.
”DM tipe dua ini sangat berkaitan dengan gaya hidup. Biasanya DM tipe dua ini ditemukan pada anak yang gemuk. Tanda lain yang juga bisa dilihat biasanya pada anak dengan diabetes pada tengkuk dan ketiaknya berwarna hitam. Hal ini sering disalahartikan sebagai daki, padahal itu tanda anak mengalami diabetes,” katanya.
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme akibat peningkatan kadar gula darah di atas nilai normal yang berlangsung secara kronis. Peningkatan gula darah terjadi karena gangguan pada hormon insulin yang dihasilkan kelenjar pankreas. Resistensi insulin dapat menyebabkan beberapa area kulit pada anak berubah menjadi gelap, seperti di daerah ketiak dan tengkuk leher.
DM tipe dua ini sangat berkaitan dengan gaya hidup. Biasanya DM tipe dua ini ditemukan pada anak yang gemuk. Tanda lain yang juga bisa dilihat biasanya pada anak dengan diabetes di tengkuk dan ketiaknya berwarna hitam.
Pada penelitian yang dilakukan di Bali terhadap anak berusia 12-14 tahun ditemukan setidaknya 3 persen anak dari 431 subyek mengalami DM tipe dua. Dari jumlah itu, sebanyak 76,9 persen mengalami obesitas. Oleh karena itu, perhatian pada risiko diabetes diperlukan terhadap anak-anak dengan obesitas.
IVAN DWI KURNIA PUTRA
Minuman saset yang dijual di salah satu pedagang kopi keliling di Jalan Cikini, Jakarta Pusat, Senin (14/11/2022). Konsumsi makanan dan minuman manis dengan kandungan gula yang tinggi sebagai salah satu pemicu diabetes.
Faizi menyampaikan, penyakit DM tipe dua pada anak terkait erat dengan gaya hidup yang dijalani. Gaya hidup modern saat ini yang lebih banyak mengonsumsi makanan siap saji serta kurangnya aktivitas fisik membuat risiko DM tipe dua pada anak makin tinggi. Padahal, anak dengan DM tipe dua harus berobat seumur hidupnya. Kondisi diabetes yang dialaminya pun akan berlanjut hingga usia dewasa sehingga produktivitasnya bisa menurun.
Langkah pencegahan harus dilakukan. Diabetes melitus dapat diturunkan. Jika salah satu orangtuanya terkena diabetes, risiko anak mengalami diabetes sebesar 30 persen. Risiko tersebut semakin besar menjadi 60 persen apabila kedua orangtua menderita diabetes.
Namun, risiko terkena penyakit tersebut lebih dipengaruhi oleh gaya hidup yang dijalani. Jika gaya hidup dalam keluarga tidak sehat, risiko terjadinya DM tipe dua semakin cepat. Akan tetapi, risiko diabetes bisa dihindari dengan menjalani gaya hidup yang sehat.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Pasangan suami-istri bertubuh gemuk Roy Febry dan Lulu Lustanti bersama ketiga anaknya, (dari tengah ke kanan) Cindha Nurnaisya Siti Akmar, Cindhe Nursyafa, dan Cindhi Nursyafiyyah, mengikuti pertemuan Komunitas Besar (Kombes) Indonesia di Kawasan Serpong, Tangerang, Banten, Sabtu (3/8). Saat ini, 5-25% dari anak Indonesia mengalami obesitas, dengan persentase tertinggi terdapat di Jakarta sebagai Ibu Kota.
”Cara paling mudah mencegah DM tipe 2 pada anak ialah mengurangi gaya hidup yang tidak sehat. Anak harus lebih aktif secara fisik setidaknya 30-60 menit per hari, kurangi time screen (waktu di depan layar) yang semakin tinggi saat pandemi, serta membatasi asupan karbohidrat dan makanan ataupun minuman manis. Jalankan pola hidup seimbang,” ujar Faizi.
Ketua Umum IDAI Piprim Basarah Yanuarso menambahkan, pergeseran usia penderita DM tipe dua jadi lebih muda patut diwaspadai. Sebab, penyakit DM tipe dua sebelumnya identik dengan penyakit degeneratif yang baru muncul pada usia tua. Semakin banyaknya penderita DM tipe dua pada anak menunjukkan pengaruh gaya hidup modern makin besar pada kesehatan masyarakat. Pola makan yang berubah menjadi salah satu faktor yang memengaruhi.
Karena itu, anak-anak sebaiknya lebih banyak diberikan asupan protein hewani yang baik. Protein hewani juga sayuran relatif membuat anak lebih lama merasa kenyang. Dengan begitu, anak diharapkan tidak terlalu banyak mengonsumsi jajanan atau camilan yang tinggi gula dan garam.
”Kita perlu waspada terhadap risiko diabetes pada anak. Gaya hidup harus diubah menjadi lebih sehat. Anak-anak perlu dipastikan mengonsumsi makanan yang sehat. Gaya hidup lainnya dengan mengurangi penggunaan gadget, lebih banyak bergerak dan berolahraga, serta tidur yang cukup. Harapannya, anak-anak kita bisa tetap sehat,” tutur Piprim.