Vaksinasi HPV Tidak Hanya untuk Mencegah Kanker Serviks
Virus HPV bisa menyebabkan berbagai penyakit berbahaya, seperti kanker serviks, kutil kelamin, kanker orofaring, dan kanker anus. Pemberian vaksin HPV pun menjadi amat penting untuk mencegah penyakit tersebut.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemahaman dan kesediaan masyarakat untuk divaksin HPV masih rendah. Padahal, vaksinasi HPV efektif untuk mencegah infeksi dari Human papillomavirus atau virus HPV. Selain kanker serviks, vaksin ini juga dapat mencegah kutil kelamin dan penyakit lainnya.
Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Yudi M Hidayat menuturkan, virus HPV merupakan virus yang umum ada di sekitar masyarakat. Bahkan, dari survei, 86,4 persen perempuan dan 76,9 persen laki-laki positif virus HPV. Jika daya tahan tubuh tidak mampu melawan virus tersebut, risiko berbagai penyakit pun bisa terjadi.
”Virus (HPV) ini terkait dengan berbagai penyakit, seperti kanker mulut rahim atau serviks, kutil kelamin, kanker rongga mulut, juga kanker anus. Jadi, kalau kita memproteksi diri dengan vaksin HPV, beberapa penyakit tersebut bisa dicegah dengan baik,” katanya dalam kegiatan edukasi pencegahan kanker serviks yang diadakan oleh PT. Merck Sharp & Dohme (MSD) Indonesia di Jakarta, Selasa (31/1/2023).
Yudi memaparkan, virus HPV menjadi penyebab utama kanker serviks dan kutil kelamin. Selain itu, risiko kanker anal akibat virus HPV mencapai 80 persen. Risiko lainnya, seperti kanker vagina, kanker orofaring, kanker penis, dan kanker vulva.
Virus (HPV) ini terkait dengan berbagai penyakit, seperti kanker mulut rahim atau serviks, kutil kelamin, kanker rongga mulut, juga kanker anus. Jadi, kalau kita memproteksi diri dengan vaksin HPV, beberapa penyakit tersebut bisa dicegah dengan baik. (Yudi M Hidayat)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, setiap satu jam, virus HPV setidaknya telah mengakibatkan 3.600 kasus baru kutil kelamin di seluruh dunia. Di Indonesia, kejadian kasus kutil kelaimin pun terus meningkat. Penyakit ini termasuk kasus infeksi menular yang tinggi.
Kanker serviks
Oleh sebab itu, Yudi mengatakan, vaksinasi HPV sangat penting bagi masyarakat. Hal tersebut terutama untuk mencegah terjadinya kanker serviks. Kasus kanker serviks perlu menjadi perhatian bersama sebab kasusnya amat tinggi di Indonesia.
Kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua di Indonesia setelah kanker payudara. Di Indonesia, tercatat ada 99,8 juta perempuan berusia 15 tahun ke atas yang berisiko kanker serviks. Dilaporkan, sekitar 36.633 perempuan didiagnosis kanker serviks dan 21.003 perempuan di antaranya meninggal karena kondisi tersebut.
”Tingginya kasus yang meninggal akibat kanker serviks karena datang ke rumah sakit sudah pada stadium lanjut. Artinya, sehebat apa pun kemampuan rumah sakit, jika datang sudah dalam stadium empat, akan sulit ditangani,” kata Yudi.
Kondisi tersebut sangat disayangkan karena kanker serviks termasuk jenis kanker yang bisa dicegah dan dideteksi sejak dini. Upaya pencegahan yang paling efektif adalah dengan pemberian vaksin HPV. Vaksin tersebut akan meningkatkan sistem imun tubuh untuk melawan infeksi HPV sehingga kanker pun bisa dicegah.
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine menyampaikan, pemerintah kini telah memasukkan vaksinasi HPV ke dalam program imunisasi nasional. Vaksinasi HPV diberikan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) untuk anak perempuan kelas lima dan enam sekolah dasar ataupun usia yang setara.
Anak di sekolah nonformal atau tidak bersekolah dapat mendapatkan vaksin HPV di posyandu, puskesmas, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Vaksinasi juga bisa dilakukan di rumah singgah, yayasan atau panti asuhan, dan panti sosial.
Dalam pelaksanaannya, vaksin HPV diberikan sebanyak dua dosis, yakni ketika anak perempuan berada di kelas lima dan kelas enam sekolah dasar. Pada 2023, ditargetkan seluruh anak perempuan usia kelas lima dan enam atau sebanyak 2,7 juta anak bisa mendapatkan vaksin HPV.
”Pelaksanaan vaksinasi HPV ini sebagai bentuk dukungan target global agar 90 persen anak perempuan mendapatkan vaksin HPV pada usia 15 tahun. Dalam jangka pendek, diharapkan bisa menurunkan angka insiden kutil kelamin dan jangka panjang bisa menurunkan prevalensi kanker serviks,” ujar Prima.
Meski begitu, sejumlah tantangan masih dihadapi dalam pelaksanaan vaksinasi HPV di masyarakat. Pemahaman dan keinginan masyarakat untuk divaksin HPV masih kurang. Penerimaan vaksinasi HPV juga berbeda-beda di setiap daerah sehingga cakupannya pun tidak optimal.
Itu sebabnya dukungan berbagai pihak dibutuhkan untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya vaksinasi HPV. Vaksin yang telah disediakan oleh pemerintah akan bisa bermanfaat secara optimal apabila diterima masyarakat dengan baik. Vaksin HPV yang digunakan pun telah terbukti aman karena telah lolos uji dari Badan Pengawas Obat dan Makanan serta sesuai dengan rekomendasi WHO.
”Diperlukan dukungan dari semua pihak untuk menyukseskan pelaksanaan imunisasi HPV. Kampanye vaksinasi HPV perlu dilakukan secara masif, tidak hanya dari Kementerian Kesehatan, tetapi juga pihak lain, termasuk public figure,” kata Prima.
Yudi menambahkan, pemberian vaksin HPV memang lebih optimal pada usia yang lebih dini. Sebab, pembentukan sistem imun atau daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan usia dewasa. Risiko penularan dari hubungan seksual pun lebih minim.
Akan tetapi, pada usia dewasa serta orang yang sudah aktif berhubungan seksual, vaksin HPV tetap dianjurkan. Risiko penularan penyakit akibat virus HPV bisa dicegah. Pada perempuan dewasa, pemberian vaksin HPV bisa dibarengi dengan pemeriksaan IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) ataupun pap smear untuk mendeteksi adanya kanker serviks.
”Dosis yang diberikan pada usia dewasa juga berbeda, yakni sebanyak tiga dosis. Masyarakat harus memahami secara penuh bahwa kanker serviks bisa dicegah dan disembuhkan secara total dengan vaksinasi dan deteksi dini,” tutur Yudi.