Infeksi Gusi Dapat Menjadi Faktor Risiko Aritmia Jantung
Infeksi gusi dapat menjadi sumber masalah yang lebih parah, yaitu gangguan irama jantung.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jangan sepelekan masalah penyakit gusi yang dapat menyebabkan serangkaian masalah gigi, mulai dari bau mulut hingga pendarahan dan kehilangan gigi. Para peneliti di Universitas Hiroshima, Jepang, baru-baru ini juga menemukan bahwa infeksi gusi dapat menjadi sumber masalah yang lebih parah, yaitu gangguan irama jantung.
Penelitian yang diterbitkan di JACC: Clinical Electrophysiology edisi Januari 2023 ini mengemukakan korelasi yang signifikan antara periodontitis atau penyakit gusi dan fibrosis, yaitu jaringan parut pada pelengkap atrium kiri jantung. Penyakit gusi dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur, yang disebut fibrilasi atrium, dalam sampel 76 pasien dengan penyakit jantung.
”Periodontitis dikaitkan dengan peradangan yang berlangsung lama, dan peradangan memainkan peran kunci dalam perkembangan fibrosis atrium dan patogenesis fibrilasi atrium,” kata penulis pertama Shunsuke Miyauchi, asisten profesor di Pusat Layanan Kesehatan Universitas Hiroshima, dalam keterangan tertulis, Jumat (27/1/2023).
Meskipun penyakit gusi dan tingkat keparahan fibrosis atrium tampaknya berhubungan, para peneliti belum menemukan bahwa satu hal yang pasti mengarah ke yang lain.
Miyauchi mengatakan, timnya berhipotesis bahwa periodontitis memperburuk fibrosis atrium. ”Studi histologis pelengkap atrium kiri ini bertujuan untuk mengklarifikasi hubungan antara status periodontitis klinis dan derajat fibrosis atrium,” katanya.
Pelengkap atrium kiri diangkat melalui pembedahan pasien. Lalu, para peneliti menganalisis jaringan untuk menetapkan korelasi antara tingkat keparahan fibrosis atrium dan tingkat keparahan penyakit gusi.
Mereka menemukan bahwa semakin parah periodontitis, semakin buruk pula fibrosisnya. Hal ini menunjukkan bahwa radang gusi dapat meningkatkan peradangan dan penyakit di jantung.
”Studi ini memberikan bukti dasar bahwa periodontitis dapat memperburuk fibrosis atrium dan dapat menjadi faktor risiko baru yang dapat dimodifikasi untuk fibrilasi atrium,” kata penulis Yukiko Nakano, profesor kedokteran kardiovaskular di Sekolah Pascasarjana Biomedis dan Ilmu Kesehatan Universitas Hiroshima, yang turut serta dalam kajian.
Menurut Nakano, selain memperbaiki faktor risiko lain seperti berat badan, meningkatkan aktivitas fisik, serta mengurangi tembakau dan alkohol, perawatan periodontal dapat membantu dalam manajemen fibrilasi atrium yang komprehensif. Namun, dia mengingatkan bahwa penelitian ini tidak membangun hubungan sebab akibat. Artinya, meskipun penyakit gusi dan tingkat keparahan fibrosis atrium tampaknya berhubungan, para peneliti belum menemukan bahwa satu hal yang pasti mengarah ke yang lain.
”Bukti lebih lanjut diperlukan untuk menetapkan bahwa periodontitis berkontribusi pada fibrosis atrium secara kausal dan bahwa perawatan periodontal dapat mengubah fibrosis,” kata Nakano.
”Salah satu tujuan kami adalah untuk mengonfirmasi bahwa periodontitis adalah faktor risiko yang dapat dimodifikasi untuk fibrilasi atrium dan untuk mempromosikan partisipasi spesialis gigi dalam manajemen fibrilasi atrium yang komprehensif,” lanjutnya.
Menurut Nakano, periodontitis adalah target yang mudah dimodifikasi dengan biaya lebih rendah di antara faktor lain yang menyebabkan risiko fibrilasi atrium. ”Seri studi ini dapat membawa manfaat bagi banyak orang di seluruh dunia,” ujarnya.
Selanjutnya, para peneliti berharap dapat melakukan uji klinis di masa depan untuk mengklarifikasi bahwa intervensi periodontal mengurangi kejadian fibrilasi atrium dan meningkatkan hasil pasien.