Virus Baru Ditemukan pada Paus dan Lumba-lumba di Pasifik
”Beaked whale circovirus” ditemukan menginfeksi paus dan lumba-lumba di Samudera Pasifik.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
KRISTIAN OKA PRASETYADI
Kawanan lumba-lumba melompat di perairan Teluk Manado, Sulawesi Utara, Jumat (31/1/2020). Area itu dijadikan destinasi wisata bagi para wisatawan China.
JAKARTA, KOMPAS — Sebuah virus baru bernama beaked whale circovirus atau BWCV ditemukan menginfeksi paus dan lumba-lumba di Samudera Pasifik. Circovirus adalah virus DNA yang menyebabkan penyakit pada burung, babi, dan anjing. Dalam kasus yang parah, virus ini dapat berakibat fatal.
Sebelum ditemukan pada 10 spesies paus dan lumba-lumba di seluruh Pasifik yang terinfeksi, virus ini hanya ditemukan pada satu mamalia laut di seluruh dunia, yaitu paus berparuh Longman yang terdampar di Maui, Hawai, pada tahun 2010. Temuan ini dipublikasikan para peneliti di University of Hawaiʻi (UH) Health and Stranding Lab di Frontiers in Marine Science pada Kamis (26/1/2023).
Dari 30 hewan yang diuji dalam penelitian ini, 15 hewan positif terinfeksi BWCV. Di antara kasus ini, jaringan otak adalah jenis jaringan positif yang paling konsisten (69 persen), diikuti oleh jaringan getah bening (67 persen) dan jaringan paru-paru (64 persen). Virus BWCV terdeteksi pada frekuensi yang lebih rendah di jaringan ginjal, hati, dan limpa dari kasus positif.
Penemuan BWCV pada paus dan lumba-lumba di Pasifik ini memperluas pengetahuan tentang spesies mamalia laut yang dapat terinfeksi penyakit tersebut. ”Studi kami menemukan paus berparuh Cuvier dinyatakan positif BWCV di Saipan dan Samoa Amerika, hampir 4.000 mil jauhnya dari kasus pertama yang ditemukan,” kata Kristi West, Direktur UH Health and Stranding Lab, yang menjadi penulis utama kajian.
Menurut West, kasus positif yang ditemukan di luar Hawaii sangat mengejutkan dan menunjukkan bahwa virus ini tersebar di Pasifik Tengah dan Barat dan mungkin ada secara global pada mamalia laut.
Paus dan lumba-lumba yang diuji peneliti berasal dari berbagai wilayah di Pasifik, dengan mayoritas hewan yang dinyatakan positif mengidap penyakit tersebut berasal dari Kepulauan Hawaii.
”Kami terkejut menemukan berapa banyak spesies berbeda dan berapa banyak hewan secara keseluruhan yang terinfeksi BWCV, dengan 50 persen hewan dinyatakan positif terkena virus ini,” kata Cody Clifton, anggota tim peneliti dari UH Health and Stranding Lab.
”Pendekatan penelitian kami menargetkan hewan untuk pengujian yang kami tahu menunjukkan tanda-tanda penyakit, tetapi tingkat deteksi yang tinggi tidak terduga,” tambahnya.
Lokasi terdamparnya paus berparuh yang positif circovirus. Kepulauan Hawaii (n=13, *inisial paus berparuh Longman); Saipan (n=1); Samoa Amerika (n=1). Lokasi ikan paus pembunuh palsu yang tertangkap di laut lepas tidak tergambar. Sumber peta dasar: ESRI, GEBCO, NOAA, National Geographic, DeLorme, NaturalVue.
Pertama ditemukan
Studi tersebut menemukan bahwa circovirus telah ada di Pasifik setidaknya selama 22 tahun terakhir. Peneliti menguji hewan dari arsip sampel UH Health and Stranding Lab, yang mencakup sampel dari hewan yang berasal dari tahun 1997.
Di antara kasus tersebut, peneliti menemukan BWCV terdapat dalam paus sperma kerdil yang terdampar di Oʻahu pada tahun 2000. Ini menunjukkan bahwa virus ini kemungkinan telah hadir di antara paus dan lumba-lumba Hawaii sejak saat itu.
Kasus positif yang ditemukan di luar Hawaii sangat mengejutkan dan menunjukkan bahwa virus ini tersebar di Pasifik Tengah dan Barat dan mungkin ada secara global pada mamalia laut.
Saat ini tidak diketahui apa dampak BWCV terhadap inang yang terinfeksi. Kasus awal BWCV terjadi pada paus yang sakit parah, tetapi hewan ini mengalami koinfeksi dengan patogen lain. Diperlukan upaya lebih untuk memahami apakah virus ini memiliki efek terukur pada kesehatan lumba-lumba dan paus.
”Kita perlu memahami penyebab kematian dan ancaman yang dihadapi lumba-lumba dan paus Hawaii untuk melindungi spesies ini dengan lebih baik,” kata West.
Banyak lumba-lumba dan paus di Hawaiʻi adalah penghuni populasi pulau kecil di mana wabah penyakit yang menyebabkan penyakit parah dan kematian dapat berdampak buruk.