Ritual Bersih-Bersih: Sejak era Persia, Jawa, China hingga Marie Kondo….
Menggunakan metode Marie Kondo atau tidak, membereskan rumah menjadi lebih bersih, teratur, dan rapi pada hari-hari kemarin menjelang Imlek tentu membuat perayaan Imlek menjadi lebih bermakna.
Membersihkan rumah merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari. Bahkan, tidak jarang dilakukan lebih dari satu kali dalam satu hari. Ada keluarga yang menyapu, mengepel rumah pada pagi hari dan sore hari. Atau secara rutin setiap pekan mengelap kaca-kaca jendela. Menjelang Imlek kemarin, rumah dibersihkan dengan lebih saksama.
Dalam bahasa Mandarin, kata membersihkan adalah sao nian, secara harfiah artinya juga membersihkan tahun. Namun, makna membersihkan dalam keseharian juga berarti mencuci yang kotor, membersihkan sampah, atau membuang barang rusak, juga memilih barang yang tak lagi digunakan.
Ada kepercayaan China yang intinya mengingatkan bahwa keberuntungan tidak suka pada rumah yang berantakan.
Di kawasan yang banyak dihuni warga keturunan China, ritual membersihkan rumah sudah dilakukan dua tiga pekan menjelang Imlek. Bukan sekadar membersihkan rumah sehari sebelum hari-H Imlek.
”Mereka mengecat ulang kursi tua, memperbaiki barang-barang rusak. Kalau cukup uang, ya beli barang baru yang diperlukan,” kata pengamat kebudayaan China, Eddy Prabowo Witanto, Selasa (17/1/2023). Pengalaman serupa ditemuinya saat mengadakan penelitian di Bangka, Kepulauan Bangka Belitung.
Membersihkan rumah dimaknai sebagai pembersihan jiwa dan raga dari kotoran-kotoran yang menumpuk sepanjang tahun lalu. Tahun baru menjadi harapan baru dengan semangat dan hati baru. Juga menghapuskan kesalahan yang telah diperbuat pada tahun lalu sembari berharap segala sesuatu dilakukan dengan benar pada tahun mendatang.
Membersihkan rumah juga mengusir hawa jahat yang mungkin berada di rumah. Secara logika, memiliki rumah yang bersih dan nyaman memang lebih menyenangkan dibandingkan rumah yang berantakan.
Energi positif, kata Eddy, ada di lingkungan yang bersih dan sehat. Eddy menambahkan, bersih-bersih rumah juga merupakan perlambang agar manusia kembali ke fitrahnya yang pada dasarnya baik.
Baca juga: Walau Bisa Bikin Kaya, Ilmu "Feng Shui" Bukan Untuk Cari Kekayaan
Ritual bersih-bersih
Konsep membersihkan dan menyucikan jiwa raga baik, yang diungkapkan dengan membersihkan rumah, barang, atau badan menjelang tahun baru, bukan monopoli kebudayaan daratan China saja. Konsep serupa juga dilakukan di berbagai negara dan kebudayaan.
Ritual untuk membersihkan rumah, misalnya, juga dilakukan di Korea menjelang tahun baru Seollal. Adapun di Vietnam menjelang tahun baru Tet, yang tidak hanya membersihkan rumah, tetapi termasuk mencuci bantal dan memangkas ranting pohon.
Warga Jepang juga membersihkan rumah dan tempat kerja pada akhir Desember menyambut tahun baru yang disebut Osoji, yang juga berarti pembersihan besar. Menjelang tahun baru Songkran setiap 13 April, penduduk Thailand juga membersihkan rumah mereka.
Sementara orang Persia juga memiliki ritual serupa menjelang tahun baru Nowruz yang dirayakan di seantero Iran. Demikian pula orang India menjelang tahun baru Diwali yang jatuh antara Oktober dan November juga memiliki ritual membersihkan rumah. Ada kepercayaan, Dewi Laksmi dan Dewa Ganesha hanya mau mampir ke rumah yang rapi.
Di Jawa, menjelang tahun baru Saka pada tanggal 1 Suro, kita suka lupa kalau juga ada tradisi bersih-bersih. Walau pembersihan lebih fokus pada benda-benda pusaka, meski ada pula warga yang mandi di sungai-sungai atau sumber air lainnya.
Pembersihan dengan menggunakan air sudah mengakar pada berbagai kebudayaan. Air juga menjadi sarana utama dalam pembersihan, serta untuk menghilangkan energi negatif.
Di Pura Tirta Empul, Tampaksiring, Bali, misalnya, para bule sampai rela antre berbaur dengan warga setempat untuk membasuh dan menyucikan diri di mata air di kompleks pura itu.
Jangankan di pura, coba saja ketika kita lelah, badan akan segar setelah mandi. Basuhan air seolah meluruhkan hal-hal buruk yang ada di badan kita.
Tonton juga: Tahun Kelinci Air, Bagaimana Indonesia Hadapi Ancaman Resesi 2023?
Kipas angin rusak
Pembersihan rumah ternyata dilakukan dengan beragam pola. Ada yang membersihkan bagian bawah tempat tidur, ada yang membereskan dapur, dan juga menyingkirkan perabot usang atau membereskan gudang.
”Rumah ya tentu dibersihkan setiap hari, tetapi istimewa ketika menjelang Imlek, lebih menyeluruh pembersihannya. Saya sudah membersihkan rumah sejak dua minggu lalu. Saya suka meletakkan barang rusak di loteng, seperti kipas angin. Tahu-tahu loteng penuh barang rusak,” kata Thio Syangyoen.
Setiap tahun, ibu rumah tangga ini membersihkan rumah lebih teliti menjelang Imlek. Tahun ini, beberapa barang, seperti kipas angin yang sudah tua dan rusak serta beberapa panci yang sudah usang, direlakan untuk keluar dari rumah.
Seusai meletakkan barang- barang bekasnya di depan rumah untuk diambil petugas pembersih sampah di lingkungan rumahnya, dia sudah berancang-ancang membeli kipas angin baru juga satu set panci baru.
Di sebuah perumahan di kawasan Tangerang Selatan, setiap dua pekan sekali warga mengumpulkan barang bekas di bank sampah. Barang yang dikumpulkan seperti kardus, botol air dan berbagai barang yang tidak terpakai lagi. Barang bekas ini akan ditimbang dan dijual kepada pengepul sampah untuk didaur ulang.
Baca juga: Geliat Pecinan Usai Badai Pandemi
Hasil penjualan barang bekas daur ulang ini tak diberikan kepada para pemilik barang bekas, tetapi dikumpulkan dan akan digunakan sebagai hadiah bagi para pekerja di kompeks perumahan ketika hari Lebaran tiba. Menjelang Imlek tahun ini, tumpukan barang bekas lebih banyak, tidak seperti biasanya. Ada microwave bekas, ada kursi bekas, dan juga pengering piring yang sudah tidak terpakai lagi.
”Sekalian bebersih menjelang Imlek, kalau bukan hari ini, sudah kelewat Imlek,” kata salah seorang warga, yang turut mengumpulkan barang yang sudah tidak terpakai lagi satu pekan menjelang Imlek.
Dia mengumpulkan barang bekas juga dari rumah kakak dan adiknya. Hasilnya, panci yang sudah menghitam, berbagai kardus, radio rusak yang berdebu, berpindah ke bank sampah. ”Biar saja kakak saya beli lagi panci baru,” kata dia seraya tertawa.
Dalam bahasa Mandarin, chen berarti tua, juga dapat berarti debu. Setelah menyingkirkan barang usang, ada juga yang membeli barang baru. Mulai barang kecil, seperti sendok makan baru hingga perabot rumah.
Tidak heran jika di China, angka inflasi melonjak sejak Desember 2022 lalu, sama seperti ketika kita dalam masa Lebaran ketika kebutuhan bertambah. Membuka tahun baru dengan barang baru dipercaya juga akan memberikan keberuntungan sepanjang tahun depan.
Bebersih modern
Tak jarang, kegiatan membersihkan rumah ini menjadi hal yang melelahkan. Tidak saja secara fisik, tetapi juga melelahkan hati. Ada barang yang sudah tua, sudah tidak digunakan tetapi masih disimpan bertahun-tahun karena ada nilai khusus, yakni kenangan.
Dalam konteks lebih modern, salah satu cara membersihkan rumah juga diperkenalkan Marie Kondo dari Jepang. Latar belakangnya memang berbeda dengan membersihkan rumah terkait dengan ritual menjelang tahun baru.
Beres-beres rumah ala Marie Kondo lebih menekankan pada penataan rumah yang simpel sebagai kunci untuk mendapatkan lingkungan yang baik. Tujuan utamanya agar sedikit memiliki barang dan hidup lebih teratur.
Dia menyarankan orang membereskan barangnya berdasarkan beberapa kategori, seperti baju, buku, kertas, macam-macam barang dan barang yang memiliki kenangan. Metodenya, jika barang itu dipegang dan pemiliknya merasakan kebahagiaan, barang itu dapat disimpan. Di sisi lain, apabila barang itu tidak menghadirkan kebahagiaan bagi pemiliknya, barang itu dapat dibuang atau disumbangkan.
Metode Marie Kondo tentu tak lepas dari kritik. Bagaimana, misalnya, batas kebahagiaan atau seberapa lama kerapian ini dapat bertahan. Selain menyarankan hidup dengan sedikit barang, Marie Kondo juga diduga menjual berbagai barang dengan harga yang lebih tinggi.
Terlepas dari adanya pro dan kontra setidaknya metode Marie Kondo dapat digunakan sebagai salah satu patokan. Terutama patokan untuk tetap menjaga kebersihan dan kerapian rumah setiap hari, tidak hanya pada hari-hari yang spesial setahun sekali.
Setiap orang juga memiliki cara masing-masing ketika membersihkan rumah dan menyortir barang menjelang Imlek. Misalnya, dengan membersihkan rumah secara lebih terstruktur, dimulai dari membersihkan lemari pakaian, lemari buku, dan seterusnya.
Menggunakan metode Marie Kondo atau tidak, membereskan rumah menjadi lebih bersih, teratur, dan rapi pada hari-hari kemarin menjelang Imlek tentu membuat perayaan Imlek menjadi lebih bermakna. Tidak sekadar keadaan rumah yang rapi, tetapi juga mengingat esensi dari membersihkan rumah adalah membersihkan diri dari segala yang buruk tahun lalu untuk menapaki Tahun Kelinci Air Imlek 2574.