Biaya Kuliah yang Dirasa Belum ”Ramah”
Biaya kuliah, pun di perguruan tinggi negeri, dinilai masih belum sepenuhnya ”ramah” bagi mahasiswa tidak mampu. Masih terjadi, mahasiswa potensial yang terkendala kuliah karena biaya yang tidak terjangkau.
Kuliah di perguruan tinggi jadi dambaan bagi banyak orang, termasuk anak-anak dari keluarga tidak mampu. Perguruan tinggi yang mendapat kucuran dana pemerintah dinilai ”ramah” dari segi biaya serta berkualitas baik. Hal ini memberi nilai tambah bagi lulusannya untuk bersaing saat memasuki dunia kerja.
Meksipun perguruan tinggi negeri mempunyai jalur masuk mandiri yang memungkinkan ada semacam “uang gedung” bagi peserta lulus, menjadi mahasiswa PTN tak menyiutkan nyali mahasiswa dari golongan menengah ke bawah. Di tiap jalur masuk ada penentuan uang kuliah tunggal (UKT) yang disesuaikan kemampuan ekonomi keluarga mahasiswa. Namun, biaya kuliah di PTN masih menjadi dilema.
Di pertengahan Januari 2023, seperti dikutip dari Kompas.com, mencuat kisah salah satu mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berinisial NRF yang mengalami kesulitan untuk bisa mendapatkan UKT sesuai kondisi ekonominya. Mahasiswa yang berprestasi sebagai atlet pencak silat di Purbalingga, Jawa Tengah, tersebut berjuang untuk bisa mendapatkan keringatan dari UKT senilai Rp 3,14 juta per semester karena orangtuanya hanya penjual sayur gerobak. Upayanya hanya berbuah pengurangan UKT sebesar Rp 600.000.
Kita penerima manfaat wajib menebarkan kebermanfaatan program ini, apalagi di tengah bahkan di sekitar kita yang belum terlalu melek akan pendidikan.
Terpaksa NRF cuti kuliah. Meskipun sudah berupaya keras mencari tambahan uang dan mendapat bantuan dari berbagai pihak, biaya kuliah tetap terasa berat. Di tengah cutinya, NRF sakit dan akhirnya meninggal pada tahun lalu.
Rektor UNY Sumaryanto mengaku sedih mendengar cerita yang dialami mahasiswa UNY tersebut. Menurut dia, mahasiswa yang kesulitan biaya kuliah dapat meminta keringanan dari rektorat dan akan dibantu untuk memastikan mahasiswa tetap bisa melanjutkan kuliah.
Meksipun terus disosialisasikan bagi anak-anak dari keluarga miskin tidak usah ragu untuk berkuliah dengan adanya Kartu Indonesia Pintar (KIP) kuliah, sayangnya tidak semua bisa mulus mengakses beasiswa kuliah dari pemerintah ini. Terkadang ada kendala administrasi. Ada juga karena kuota di tiap kampus yang terbatas.
Akses KIP kuliah
Di tahun 2023, sebanyak 5.133 sukarelawan dari sejumlah daerah di Indonesia dengan sukarela berkomitmen membantu menyukseskan program KIP Kuliah Merdeka. Mereka akan menyosialisasikan dan mendampingi siswa penerima dan calon penerima KIP Kuliah Merdeka.
Koordinator Nasional Komunitas Pemuda Pelajar Merdeka, Rizal Maula, memaparkan, ribuan sukarelawan KIP Kuliah Merdeka tersebut bisa bergerak bersama sehingga menjadi gerakan yang masif di tengah masyarakat dan melalui media sosial. ”Kami ingin adik-adik di seluruh Indonesia yang akan mendaftar KIP Kuliah ini bisa mendapatkan informasi secara tepat dan cepat,” tutur Rizal.
Rizal menjelaskan para sukarelawan mayoritas merupakan penerima beasiswa KIP Kuliah dan alumni beasiswa Bidikmisi (Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi). Mereka tahu betul manfaat program KIP Kuliah Merdeka.
”Kami akan sampaikan kepada masyarakat, khususnya kepada adik-adik siswa di kelas XII, bahwa program ini sangat baik terutama bagi siswa yang tidak mempunyai biaya kuliah karena faktor ekonomi,” ujar Rizal.
Sementara itu, Koordinator Program Relawan KIP Kuliah 2023, Muhammad Faisal, mengatakan para sukarelawan ini nantinya akan bertugas untuk meningkatkan kepedulian terhadap pendidikan di Indonesia, menyosialisasikan program Merdeka Belajar KIP Kuliah, mendampingi calon mahasiswa baru untuk mendaftar KIP Kuliah Merdeka, serta membantu calon mahasiswa untuk mendapatkan informasi yang tepat mengenai beasiswa.
”Sosialisasi dapat dilakukan baik secara daring maupun secara luring. Jika pelaksanaan secara luring, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah bersilaturahmi dengan sekolah untuk menyampaikan maksud dan tujuan lalu menentukan waktu sosialisasi. Jika daring, mereka cukup membuat poster kegiatan lalu sosialisasi dapat dilaksanakan secara daring,” tutur Faisal.
Nawan, mahasiswa sukarelawan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Saifuddin Zuhri, Purwokerto, mengisahkan, sebagai mahasiwa kurang mampu, merasakan betul manfaat dari program KIP Kuliah ini. Program KIP Kuliah Merdeka diyakininya bermanfaat luar biasa, terutama bagi anak-anak di desa yang saat ini hanya beberapa yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena faktor ekonomi. Nawan ingin manfaat dari KIP Kuliah ini juga dirasakan siswa lain yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi.
Baca juga: Biaya Pendidikan Perlu Sentuhan Kemanusiaan
”Saya berprinsip bahwa kita penerima manfaat wajib menebarkan kebermanfaatan program ini, apalagi di tengah bahkan di sekitar kita yang belum terlalu melek akan pendidikan,” kata Nawan, mahasiswa di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Jilly Floreta, sukarelawan mahasiswa dari UNY, mengatakan, program KIP Kuliah yang diterimanya sangat membantu kondisi finansialnya. ”Saya berkeinginan membalas budi atas beasiswa yang saya terima karena sangat membantu kondisi finansial saya juga ingin membantu banyak adik-adik siswa sekolah yang ingin meneruskan kuliah dengan menggunakan KIP Kuliah dengan informasi yang lebih valid dan terarah. Dulu saya mengalami kesulitan untuk mendaftar KIP Kuliah, tetapi tidak ada yang bisa saya tanyai saat itu,” ujar Jilly, mahasiswa semester VI di Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNY.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Suharti di acara Pembekalan dan Peluncuran KIP Kuliah Digital di Universitas Negeri Jakarta, tahun lalu, mengatakan, KIP Kuliah merupakan program strategis untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Karena itu, kesuksesan program ini menjadi tanggung jawab semua pihak terkait.
Suharti juga mendorong pimpinan perguruan tinggi untuk secara intensif melakukan pembinaan terhadap mahasiswa penerima KIP kuliah agar tidak putus kuliah di tengah jalan. Tahun 2021 dari sekitar 200.000 penerima KIP Kuliah, ada 1.500 mahasiswa yang putus kuliah.
Baca juga: Mimpi Bersekolah yang Terkubur di Usia Belia
”Tidak sampai satu persen, tetapi buat kami terlalu tinggi karena mereka butuh masa depan yang lebih baik,” tegas Suharti.
Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan Kemendikbudristek Abdul Kahar mengatakan, KIP Kuliah kini diterbitkan secara digital untuk menjawab persoalan yang muncul di lapangan. Selama ini, kartu KIP Kuliah pencetakannya dilakukan oleh bank penyalur sehingga proses distribusi hingga sampai ke tangan mahasiswa terkendala waktu dan tempat.
”Padahal, selama ini kartu KIP kuliah fungsinya juga merangkap sebagai ATM sehingga terjadi kendala saat mahasiswa mau menarik dananya,” jelas Kahar.
Melalui KIP Kuliah Digital ini. kata Kahar, saat pencetakan buku tabungan, mahasiswa di saat yang sama juga memperoleh langsung kartu ATM. Dengan demikian, mahasiswa bisa langsung menarik dananya.
Suharti mengatakan, penerbitan KIP Kuliah Digital ini juga dilatarbelakangi isu bahwa perguruan tinggi tidak memberikan kartu ATM kepada mahasiswa, bahkan buku tabungannya dipegang perguruan tinggi. Isu lainnya yakni ada pihak-pihak yang meminta sebagian bantuan biaya hidup mahasiswa penerima KIP Kuliah.
Beri keringanan
Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada Bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan Supriyadi, Jumat (20/1/2023), mengatakan, lebih dari 90 persen mahasiswa UGM memperoleh bantuan beasiswa dalam menyelesaikan studinya. UGM memberikan bantuan beasiswa ini sekitar Rp 230 miliar per tahunnya dalam lima tahun terakhir.
Menurut Supriyadi, beasiswa yang diberikan beragam, yakni dari mitra dan pemberian besaran UKT yang lebih rendah dari Biaya Kuliah Tunggal (BKT). Adapun BKT adalah estimasi besaran biaya per semester yang diperlukan untuk menyelenggarakan proses pembelajaran bagi seorang mahasiswa.
Lihat juga: Antre Mencairkan Dana PIP
Sesuai Permendikbud RI Nomor 25 Tahun 2020 tentang Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi pada PTN di Lingkungan Kemendikbud, UKT di PTN tidak diperbolehkan melebihi BKT. Menurut Supriyadi, UKT di UGM yang dibayarkan setiap semester oleh mahasiswa terbagi menjadi delapan level dengan level tertinggi masih di bawah atau sama dengan BKT.
Rerata selama lima tahun terakhir, sebagian besar mahasiswa, yakni 49,5 persen, terdistribusi di UKT 3, 4, dan 5. Lalu, 18,5 persen di dua UKT terendah, yaitu UKT 1 dan 2. Berikutnya, sebesar 17,6 persen di UKT 6 dan 5,3 persen di UKT 7. Hanya sebesar 9,2 persen jumlah mahasiswa yang membayar UKT tertinggi, yakni UKT 8.
Supriyadi mengatakan, UGM menunjukkan komitmen serius terhadap keberlanjutan dan kesuksesan studi para mahasiswanya. UGM akan selalu hadir dan membantu jika ada mahasiswa yang mengalami kesulitan finansial.
Fadiah Sri Rahayu, mahasiswa Fakultas Biologi UGM sejak 20220, mengajukan skema beasiswa karena ayahnya pensiun sebagai guru sehingga mengubah kemampuan perekonomian dalam keluarga. Fadiah memperoleh bantuan beasiswa dalam bentuk keringanan pembayaran uang kuliah tunggal dengan persentase tertentu.
”Sejak semester 2 sampai semester 5, saya mengajukan permohonan keringanan UKT di setiap semesternya. Saya mendapatkan keringanan sebanyak 20 persen. Saat ini, di semester 6 saya mengajukan permohonan keringanan lagi,” tutur Fadiah.
Baca juga: Calon Mahasiswa dari Keluarga Miskin Makin Percaya Diri Kuliah di Perguruan Tinggi Terkemuka
Di Universitas Indonesia, Direktorat Kemahasiswaan mendapatkan dukungan dari dari 122 mitra pemberi beasiswa yang telah berkontribusi dalam proses penyelenggaraan pendidikan sepanjang tahun 2022. Beasiswa diterima lebih dari 8.000 mahasiswa UI, baik berupa beasiswa maupun keringanan biaya pendidikan.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI Abdul Haris menyampaikan agar dapat berkompetisi di level nasional dan global, UI berusaha untuk memberikan pendidikan berkualitas bagi seluruh mahasiswa. Karena itu, UI menyediakan tiga sumber bantuan, yaitu beasiswa dari pemerintah, beasiswa dari non-pemerintah, dan keringanan biaya pendidikan dari UI.
Sesuai dengan Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, UI telah memberikan beasiswa kepada hampir 20 persen dari total keseluruhan mahasiswa. Beasiswa ini tidak hanya diberikan untuk jenjang pendidikan S-1, tetapi juga S-2 dan S-3.
Menurut Direktur Kemahasiswaan UI Badrul Munir, dalam sepuluh tahun terakhir, UI mengupayakan dan mengoordinasikan pemberian, penjaringan, dan pendistribusian beasiswa bagi para mahasiswa, terutama mahasiswa yang kurang mampu secara finansial dan mahasiswa berprestasi. Penerima beasiswa UI adalah mahasiwa yang memiliki tekad kuat, yang berjuang maksimal dari wilayah-wilayah terpencil, seperti Papua, Sabang, Badui, dan berbagai tempat lainnya yang membutuhkan dukungan pemerataan kesempatan belajar bagi seluruh generasi bangsa.
Kisah inspiratif mahasiswa penerima beasiswa UI dituangkan dalam buku Jaket Kuning untuk Semua yang merupakan seri keempat buku ”Jaket Kuning” yang diluncurkan oleh UI. Dalam buku tersebut, ada lebih dari 30 cerita dari mahasiswa penerima beasiswa yang dapat menginspirasi, terutama bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan di UI.
Baca juga: Agar Si Miskin Tetap Bisa Kuliah
Sementara itu, Rektor Institut Teknologi Bandung Reini Wirahadikusumah mengatakan, ITB mengakomodasi mahasiswa dari beragam latar belakang keuangan. Secara umum, total mahasiwa yang menerima beasiswa dari ITB sebanyak 6.131 orang dengan nilai total beasiswa Rp 35 miliar.
”Sekitar 25 persen dari mahasiswa ITB mendapatkan beasiswa,” kata Reini.
Di sisi lain, kata Reini, ITB juga menyediakan beasiswa keringanan UKT bagi mahasiswa S-1 (hingga UKT Rp 0) untuk mahasiwa korban bencana alam di sejumlah daerah atau terkena musibah lain.
Ditambah lagi, ITB menyediakan pembiayaan pendidikan bagi mahasiswa pascasarjana yang disebut sebagai beasiswa Ganesha Talend Assistantship. Upaya tersebut dilakukan guna mendukung pendidikan yang berkualitas tetapi terjangkau.