Perang antarnegara, konflik antarkelompok, hingga kerusakan alam akibat ulah manusia semakin menampilkan wajah kelam dunia. Daniel Kho menjawab kekecewaan itu dengan beragam karya seni penuh warna.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Pengunjung menikmati lukisan yang dipamerkan saat pembukaan pameran tunggal Daniel Kho bertajuk OwALAH di Bentara Budaya, Jakarta, Kamis (19/1/2023). Pameran akan berlangsung hingga 26 Januari.
Daniel Kho kecewa dengan dunia yang terus berseteru. Perang antarnegara, konflik antarkelompok, hingga kerusakan alam akibat ulah manusia semakin menampilkan wajah kelam dunia. Lewat lukisan, patung, dan instalasi penuh warna, ia menjawab kekecewaan itu dengan karya ”seni bahagia”.
Daniel punya banyak keresahan tentang dunia yang tidak baik-baik saja. Bukan cuma dalam skala global, tetapi juga hingga hubungan antartetangga. Ia masih menyimpan pertanyaan, mengapa jika seseorang membeli mobil baru, ada tetangga yang iri.
Kegelisahan itu direfleksikan sebagai gagasan dalam berkarya. Alih-alih mengangkat isu kekecewaan, seniman 67 tahun itu justru lebih bergairah untuk mengekspresikan kebahagiaan.
Ekspresi itu mewujud lewat puluhan karya lukisan, patung, dan instalasi dalam pameran bertajuk ”OwALAH” di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (19/1/2023) malam. Serbuan aneka warna di setiap karyanya menegaskan unsur energi bahagia pada pameran yang berlangsung sampai 26 Januari itu.
”Perang-perang itu untuk apa sih? Untuk menjawab itu, saya berkarya dengan banyak warna yag disebut seni bahagia,” ujarnya.
Pengunjung memotret patung yang dipamerkan saat pembukaan pameran tunggal Daniel Kho bertajuk owALAH di Bentara Budaya, Jakarta, Kamis (19/1/2023).
Karya Daniel pun sangat kental dengan spirit kebebasan. Tidak cuma pada permainan warna yang digoreskan di kanvas, tetapi juga gambar obyek-obyek yang tidak umum.
Dalam lukisan berjudul ”Konslet”, misalnya, ia menggambar tikus bersayap. Lukisan ini juga dibubuhi sejumlah kata yang susunannya cenderung tak beraturan, seperti mbelgedes, mboh, dobos, konslet maning, dan pokokmen.
Lukisannya ini juga berbeda dengan karya lainnya. Latar gambarnya dibuat dengan coretan warna-warni yang terkesan sekenanya. Namun, lukisan berukuran 150 X 130 sentimeter itu justru diberi ”panggung istimewa” dengan ditempatkan di tengah ruang pameran.
”Lukisan ini berbeda sendiri, seperti anak tiri. Namun, dia dapat tempat spesial,” katanya.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Pengunjung menikmati lukisan yang dipamerkan saat pembukaan pameran tunggal Daniel Kho bertajuk owALAH di Bentara Budaya, Jakarta, Kamis (19/1/2023).
Lukisan lain berjudul ”Journey” menampilkan latar belakang yang lebih ekspresif. Karya ini menguras banyak imajinasi tentang kebebasan dan dunia lebih berwarna.
Dalam karya-karya lainnya, ia menunjukkan ketertarikan dengan makhluk-makhluk luar angkasa. Hal ini tak terlepas dari pengalamannya saat berkarya di Perancis. Pada suatu malam di tepi Sungai Seine, ia bersama teman-temannya sesama seniman dari beberapa negara ”merasa” ditemui oleh alien.
Tak heran, Daniel menyisipkan beberapa obyek dan makhluk luar angkasa di beberapa lukisannya. Hal ini sejalan dengan pendapat bahwa keberadaan manusia ditentukan oleh mahluk angkasa luar ribuan atau puluhan ribu tahun lalu.
Kebebasan melukis juga menular dalam menentukan judul pameran. Selain ”OwALAH”, ia juga pernah menggelar pameran dengan judul nyeleneh lainnya, seperti ”Mboh” dan ”Dobos”.
Di hadapan puluhan tamu, Daniel menyampaikan sambutan pembukaan pameran dengan mengenakan celana pendek, kaus berwarna pink, jubah hitam, dan kacamata berlampu. Oalah….
”Hidup sudah susah, mengapa harus ditambah susah dengan tema-tema berat. Saya ingin kita senang-senang saja,” katanya.
Akan tetapi, sebenarnya alasan memilih diksi untuk judul pameran tidak sesederhana itu. Sebagai seniman yang lahir di Solo, kemudian tumbuh dan dibesarkan di Klaten, Jawa Tengah, Daniel menyelami bermacam ekspresi seni budaya Jawa sambil belajar membatik, mengukir, dan melukis.
Gairah menekuni jalan kesenian mendorongnya untuk menjelajahi dunia lebih luas. Karier berkesenian membawanya berkarya ke sejumlah negara, seperti Jerman, Spanyol, dan Turki. Pada 1977, Daniel meninggalkan Indonesia untuk menetap di Jerman.
Pengalaman tersebut membawa banyak pengaruh dalam pandangan berkeseniannya. Namun, hal itu tak lantas membuatnya tercerabut dari akar budayanya.
Pelukis Daniel Kho memberi sambutan saat pembukaan pameran tunggalnya yang bertajuk owALAH di Bentara Budaya, Jakarta, Kamis (19/1/2023).
”Intinya, harus tahu akar pokoknya. Kalau Jawa, ya, itu harus diperdalam,” ucapnya.
Kurator pameran Asmudjo J Irianto menyebutkan, pengalaman tinggal lama di Barat memengaruhi pandangan Daniel pada benturan budaya Barat dan Timur. Daniel kritis pada kebudayaan Barat, demikian pula pada situasi kebudayaan Timur saat ini, setidaknya situasi di Indonesia.
Umumnya apa yang menjadi keresahan seniman akan dituangkan atau diekspresikan ke dalam karya. Karya-karya seni rupa kontemporer kental dengan representasi persoalan manusia dan dunia. Mengedepankan pandangan kritis terhadap situasi dunia.
Akan tetapi, menurut Asmudjo, karya-karya Daniel bukanlah menggambarkan kegundahannya, melainkan dunia imajinasinya. Dunia fantasi tersebut merepresentasikan dua dunia.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Suasana pembukaan pameran tunggal Daniel Kho bertajuk 'owALAH' di Bentara Budaya, Jakarta, Kamis (19/1/2023). Pameran akan berlangsung hingga 26 Januari.
Pertama, dunia masa lalu ketika manusia masih dekat dengan alam serta masih diliputi mitos mengenai penciptaan dunia dan manusia. Kedua, dunia makhluk angkasa luar atau extraterrestrial. Dalam bentangan alam semesta, bumi hanyalah ”titik” tak berarti layaknya sebutir debu dalam padang pasir.
”Daniel punya karya berbeda, begitu juga dengan pembawaannya. Berkarya adalah katarsis baginya,” katanya.
General Manager Bentara Budaya Ilham Khoiri menyampaikan, Daniel menemukan kemerdekaan untuk terus mengolah bermacam inspirasi untuk dijadikan karya seni. Sebagian karya itu mencerminkan pengembaraannya keluar-masuk di antara bermacam ekspresi kebudayaan dunia.
Patung Le Nogo (2022) turut ditampilkan saat pembukaan pameran tunggal Daniel Kho bertajuk owALAH” di Bentara Budaya, Jakarta, Kamis (19/1/2023).
”Dia punya spirit untuk terus berpetualang. Hasil dari petualangan itu akan kita lihat dalam karya lukisan, instalasi, dan patung,” ujarnya.
Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo yang membuka pameran itu mengatakan, Daniel menyuarakan ekspresi kebebasan lewat karya seni di tengah situasi banyak orang cemas dan takut untuk bersuara. Menurut dia, keberanian mewujudkan aspirasi itu penting agar Indonesia tidak menjadi republik yang penuh dengan ketakutan.
Ekspresi kebebasan itu tak hanya diwujudkan Daniel dengan memilih kata-kata nyeleneh untuk judul pamerannya. Malam itu, ia juga menunjukkan kemerdekaannya dalam berbusana. Di hadapan puluhan tamu, Daniel menyampaikan sambutan pembukaan pameran dengan mengenakan celana pendek, kaus berwarna pink, jubah hitam, dan kacamata berlampu. Oalah…