Kekuasaan kadang senyap, tapi mampu menekan hingga rasanya sesak. Kalau salah langkah, kekuasaan bisa membunuh atau bahkan menjauhkan dari sosok kita yang sebenarnya. Film ”Autobiography” mencuplik sisi kelam kekuasaan.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Suasana konferensi pers film Autobiography di Jakarta, Selasa (17/1/2023). Film ini ditayangkan di bioskop Indonesia mulai 19 Januari 2023. Adapun film ini telah melanglang buana ke 20-an festival di luar dan dalam negeri, lalu tercatat sebagai salah satu nomine Film Cerita Panjang Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2022. Film ini membawa pulang Piala Citra 2022 sebagai Penulis Skenario Asli Terbaik.
Film Autobiography akhirnya pulang kampung setelah melanglang buana ke 20-an festival film di luar dan dalam negeri. Film panjang pertama sutradara Makbul Mubarak ini memotret pertanyaan masa kecilnya; di mana ujung rantai kekuasaan? Siapa yang ada di puncaknya? Kekuasaan itu dimetaforakan dalam hal yang paling subtil, yakni secangkir kopi.
Alangkah tidak sopannya Purnawinata (diperankan Arswendy Bening Swara) ketika dihidangkan secangkir kopi. Alih-alih bilang terima kasih, dia berujar, ”Sejak kapan saya minum kopi?”
Rakib (Kevin Ardilova) yang menghidangkan kopi kicep. Purnawinata minta Rakib duduk dan minum kopinya. Meski terdengar sederhana dan tenang, Rakib tahu benar kalimat Purnawinata bukan untuk dibantah. Suasana sunyi dan tegang. Rakib memilih manut.
Adegan tadi kurang pas rasanya disebut tidak sopan (walau tidak menafikan fakta bahwa orang berkuasa kerap lupa sopan santun). Lebih mirip pertunjukan kuasa, mungkin militerisme (bukan militer, tapi militerisme).
KAWANKAWAN MEDIA
Salah satu adegan dalam film Autobiography.
Ini sesuai dengan latar belakang Purnawinata yang pensiunan jenderal. Adapun Rakib pekerja rumah tangga generasi ketiga yang mengabdi ke keluarga sang jenderal. Dari sini sudah tampak ketimpangan relasi kuasa antara kedua tokoh.
Walakin, Purnawinata memperlakukan Rakib dengan baik. Ia bahkan menganggap Rakib anaknya. Rakib pun melihat sosok bapak di diri majikannya.
Purnawinata mengajari Rakib berbagai hal. Sekilas Rakib seperti disiapkan menjadi kaki tangan kalau Purnawinata nanti terpilih jadi kepala daerah. Kebetulan Purnawinata memang nyaleg sebagai bupati. Posisi Purnawinata strategis karena orang di daerahnya segan pada kuasa sang mantan jenderal.
Rakib coba-coba meniru gaya Purnawinata. Lawan bicaranya segan dan mematuhi Rakib. Pekerjaan Rakib jadi mulus. Purnawinata pun puas dengan kinerja Rakib. Atasan senang, bawahan segan. Ah, nikmat betul kekuasaan….
Tapi, kenikmatan Rakib tidak berlangsung lama. Ia terseret ke masalah nyawa. Purnawinata ada di tengah pusaran masalah. Kekuasaan dan pengaruh sebagai mantan jenderal membuat Purnawinata tak tersentuh.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Aktor Arswendy Bening Swara pada konferensi pers film Autobiography di Jakarta, Selasa (17/1/2023). Film ini ditayangkan di bioskop Indonesia mulai 19 Januari 2023. Adapun film ini telah melanglang buana ke 20-an festival di luar dan dalam negeri, lalu tercatat sebagai salah satu nomine Film Cerita Panjang Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2022. Film ini membawa pulang Piala Citra 2022 sebagai Penulis Skenario Asli Terbaik.
Tegang
Kengerian kekuasaan ditampilkan tanpa banyak kata. Dialog dan musik pada film muncul di saat-saat tertentu saja. Tidak berlebihan, tetapi efektif membangun ketegangan. Seorang penonton mengaku sampai tidak berani membuka bungkusan donat saat nonton. Takut berisik dan memecah fokus, katanya.
Produser film Yulia Evina Bhara menambahkan, ini film bergenre suspense thriller. ”Ini thriller, tapi enggak ada hantunya,” kata Yulia setelah penayangan film secara terbatas untuk media, Selasa (17/1/2023) di Jakarta.
Kata sutradara Makbul, dia ingin penonton merasakan ”sesuatu”. Kekuasaan yang berkelindan itu betulan ada, bahkan terkesan melingkar, tak tahu ujungnya di mana, dan tidak pernah putus. Sejak kecil, Makbul sudah melihat rantai kekuasaan ini.
KAWANKAWAN MEDIA
Salah satu adegan film Autobiography.
Ia lahir dan besar di desa di Tolitoli, Sulawesi Tengah. Keluarganya bekerja untuk negara yang saat itu di bawah pemerintahan Orde Baru.
Bapaknya seorang guru yang dihormati banyak orang. Namun, bapaknya patuh pada atasannya. Sang atasan pun patuh pada atasannya lagi. Begitu seterusnya. Buat Makbul kecil, hal ini menakutkan.
”Jadi, pertanyaan saya simpel. Yang paling atas siapa, sih? Bagaimana, sih, ini (kekuasaan) bekerja? Bagaimana ini dioperasikan?” kata Makbul. ”Justru saya bikin film ini karena takut,” tambahnya.
Narasi soal kekuasaan agaknya relevan di belahan dunia mana pun. Film Autobiography bisa dibilang sukses menggaet hati penonton asing ketika ditayangkan di lima benua.
Makbul dan Yulia dianggap berani karena film ini memotret instansi militer. Menurut Makbul, ini bukan soal instansi, melainkan cuplikan pengalaman masa kecilnya. Elemen politik muncul secara organik seiring perkembangan cerita.
Watak militeristik (kalau mau jujur) ada dan mungkin mengakar di sebagian orang. Jika dikawinkan dengan kekuasaan, watak itu bisa jadi akar pahit.
Aktor Kevin Ardilova pada konferensi pers film Autobiography di Jakarta, Selasa (17/1/2023). Film ini ditayangkan di bioskop Indonesia mulai 19 Januari 2023. Adapun film ini telah melanglang buana ke 20-an festival di luar dan dalam negeri, lalu tercatat sebagai salah satu nomine Film Cerita Panjang Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2022. Film ini membawa pulang Piala Citra 2022 sebagai Penulis Skenario Asli Terbaik.
Menurut Arswendy, tokoh pensiunan jenderal yang ia perankan melambangkan kekuasaan. Pada kehidupan nyata, pemegang kekuasaan bisa jadi siapa saja, baik ketua RT maupun RW. Jika salah digunakan, kekuasaan bisa berbahaya bagi orang lain.
”Ini menunjukkan bahayanya kekuasaan jika dipegang oleh orang yang tidak kompeten, baik secara moral maupun spiritual,” ujar Arswendy yang masuk daftar nomine Pemeran Pendukung Pria Terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 2022 berkat aktingnya di film ini.
Ada banyak sebetulnya contoh penyalahgunaan kekuasaan. Hierarki kekuasaan kadang bikin orang yang ada di strata bawah tak berkutik, mau tak mau patuh, bahkan terseret ke drama panjang, pembunuhan bawahan misalnya.
Keliling dunia
Narasi soal kekuasaan agaknya relevan di belahan dunia mana pun. Film Autobiography bisa dibilang sukses menggaet hati penonton asing ketika ditayangkan ke lima benua. Film ini juga menerima berbagai penghargaan, seperti The International Critics Prize for Best Film in Orizzonti from the International Federation of Film Critics (FIPRESCI), Venice Film Festival 2022.
Autobiography juga termasuk salah satu nomine Film Cerita Panjang Terbaik FFI 2022. Film ini meraih penghargaan sebagai Penulis Skenario Asli Terbaik di ajang yang sama.
Adapun Autobiography diproduksi bersama sejumlah negara. Selain Indonesia, ada Perancis, Polandia, Singapura, Filipina, Jerman, dan Qatar. Pada sesi diskusi sebelumnya, Yulia berpendapat bahwa cerita film bersifat universal. Itu sebabnya, akan ada orang dari negara mana pun yang terhubung dengan cerita.
Pada akhirnya, setiap film akan menemukan penontonnya sendiri. Setidaknya itu yang diilhami Yulia, Makbul, dan orang-orang di balik film ini.
Jika bicara kekuasaan, mungkin di negara lain juga sedang ada isu serupa. Mungkin mereka juga butuh diingatkan ganjaran kekuasaan tanpa welas asih. Ngomong-ngomong, refleksi ini boleh juga jelang tahun nyoblos….