Pemulihan pendidikan di Kabupaten Cianjur, Jabar, yang terdampak gempa terus dilakukan. Banyak sekolah rusak sehingga membutuhkan tenda darurat untuk dapat menjalankan pendidikan. Bantuan pendidikan pun terus mengalir.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemulihan pendidikan di Cianjur, Jawa Barat, pascagempa bermagnitudo 5,6 tahun lalu terus dilakukan pemerintah dan masyarakat. Bantuan pendidikan untuk satuan pendidikan, guru, dan siswa terus mengalir agar pendidikan anak-anak didik yang terdampak gempa kembali berangsur normal.
Forum Wartawan Pendidikan (Fortadik) turut menyalurkan bantuan kepada korban gempa bumi di Cianjur. Bantuan tersebut diberikan dalam bentuk paket perlengkapan sekolah dan makanan ringan yang masing-masing berjumlah 160 paket.
Ketua Fortadik Syarief Oebaidilah, Selasa (17/1/2023), mengatakan, penyaluran bantuan dilaksanakan Sabtu pekan lalu di beberapa titik sekolah yang terdampak serius. Bantuan juga ditujukan guna memantik semangat dan memfasilitasi anak-anak terdampak bencana untuk bisa kembali menjalani sekolah.
”Alhamdulillah, tim Fortadik Peduli Gempa Cianjur Sabtu melaksanakan amanah para donatur ke beberapa sekolah terdampak gempa di Cianjur,” ujar Oebay.
Oebay menyampaikan apresiasi atas kolaborasi yang terjalin antara Relawan Dikti (Redi), Badan Kerja sama dan Hubungan Masyarakat (BKHM) Kemendikbudristek, pejabat di perguruan tinggi dan lembaga kementerian, serta para donatur.
Sementara itu, pembina sukarelawan Dikti, Paristiyanti Nurwardani, yang ikut langsung dalam penyaluran donasi Fortadikbud di lokasi bencana, menyampaikan apresiasi atas upaya pengumpulan dan penyaluran bantuan yang dilakukan tim Fortadik. Terlihat situasi aktivitas belajar-mengajar anak di sejumlah sekolah yang masih serba kekurangan.
”Berbagai bantuan yang diperuntukkan bagi korban bencana akan sangat penting untuk memantik kembali semangat belajar seluruh masyarakat pendidikan, khususnya anak-anak,” ujar Paris yang juga Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III Kemendikbudristek.
Penyaluran donasi Fortadik dilakukan di dua titik, yakni SDN 1 Sukamaju dan SMPN 5 Cianjur. Aktivitas belajar di kedua sekolah ini masih dilakukan di bawah tenda darurat.
Kepala SDN 1 Sukamaju Elis mengatakan, beberapa bangunan kelas roboh akibat guncangan gempa bermagnitudo 5,6 pada 21 November 2022. ”Bangunan kelas kami banyak yang roboh saat tragedi gempa. Alhamdulillah, kini sedang proses pembangunan yang diatensi oleh pemerintah,” katanya.
Kepala SMPN 5 Cianjur Agus Nirwan menjelaskan, sebanyak 20 dari 25 kelas roboh. Hingga saat ini, sebanyak 730 siswa belum menjalani aktivitas belajar-mengajar. ”Karena belum tersedia lahan tenda sekolah darurat. Sembari menunggu itu, kami buat rencana belajar dengan cara guru berkunjung,” kata Agus.
Sementara itu, Kemendikbudristek terus mengupayakan tenda darurat untuk segera memulihkan pendidikan. Dukungan dari Royal Golden Eagle (RGE) Indonesia dan Tanoto Foundation berhasil menyediakan 16 tenda peleton dan enam tenda regu dengan total kapasitas dapat menampung lebih dari 800 siswa untuk digunakan sebagai sekolah darurat bagi para anak-anak pengungsi.
Selain itu, juga didistribusikan bantuan 800 meja lipat, 16 papan tulis dan spidol, serta 2.000 paket sekolah yang berisi tas, buku-buku, beserta peralatan tulis dan menggambar.
Bantuan tersebut diberikan kepada 12 sekolah dasar yang terdampak, yaitu SDN Kebonjeruk, SDN Rancajaya, SDN Ciharashas, SDN Mekarlaksana, SDN Kebon Peuteuy 2, SDN Cikancana 1, SDIT Raudhatul Muttaqin, SDN Songgom 3, SDN Gekbrong 1, SDN Gekbrong 3, SDN Mekarsari, dan SDN Kembangmanis 3.
CEO Global Tanoto Foundation Satrijo Tanudjojo berharap, melalui bantuan ini, anak-anak terdampak gempa dapat terus mendapat akses pendidikan meski di tengah sulitnya keadaan pascagempa. ”Kami berharap setiap anak memiliki peluang yang setara dalam mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Kami berharap bantuan ini dapat menjaga keberlangsungan pendidikan anak-anak yang terdampak,” ujar Satrijo.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti mengatakan, komunikasi dengan pemerintah daerah terus dilakukan Kemendikbudristek untuk membantu pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik serta fasilitas pendidikan yang terdampak agar akses terhadap pendidikan tetap tersedia.
”Komunikasi dengan pemerintah daerah terus dilakukan untuk memastikan proses belajar-mengajar dapat terus dilakukan dengan memastikan akses terhadap pendidikan tetap tersedia,” tutur Suharti.
Bantuan pendidikan untuk korban gempa Cianjur juga disalurkan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Pengurus PGRI Provinsi Jawa Tengah yang dipimpin Muhdi serta Ketua Umum Pengurus Pusat PGRI Unifah Rosyidi menyerahkan bantuan sekitar Rp 1,120 miliar secara langsung bantuan di wilayah lokasi gempa.
Muhdi mengatakan, bantuan tersebut merupakan bantuan yang dikumpulkan dari sumbangan seluruh anggota PGRI se-Jawa Tengah. ”Bantuan ini sebagai wujud solidaritas kami sebagai sesama anggota PGRI. Semoga bisa membantu meringankan beban yang ditanggung oleh saudara-saudara kami di Cianjur,” tutur Muhdi.
Bantuan yang diberikan oleh PGRI Jawa Tengah akan dipecah dalam empat jenis pendistribusian, yakni bantuan untuk anggota PGRI, bantuan untuk siswa, bantuan untuk renovasi rumah anggota, dan bantuan renovasi gedung guru PGRI Cianjur yang rusak berat.