Analisis NASA: Suhu Bumi Tahun 2022 Capai Rekor Terpanas Kelima
Analisis NASA menunjukkan, suhu permukaan rata-rata Bumi pada 2022 sama dengan tahun 2015. Suhu ini menjadi rekor terpanas kelima dan melanjutkan tren pemanasan global dalam jangka panjang.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Kebakaran ilalang di daerah Gedangan, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, awal September 2022. Kemarau membuat lahan kosong yang ditumbuhi ilalang rawan kebakaran. Jika tidak tertangani, kebakaran bisa merembet ke kawasan permukiman.
JAKARTA, KOMPAS —Analisis dari Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat atau NASA menunjukkan, suhu permukaan rata-rata Bumi pada 2022 sama dengan tahun 2015. Suhu ini menjadi rekor terpanas kelima dan melanjutkan tren pemanasan jangka panjang.
Analisis suhu permukaan Bumi sepanjang 2022 dianalisis oleh para ilmuwan dari Institut Goddard NASA untuk Studi Luar Angkasa (GISS). Mereka mencatat bahwa suhu global pada 2022 adalah 1,6 derajat Fahrenheit atau 0,89 derajat celsius di atas rata-rata untuk periode dasar NASA, yakni 1951-1980.
Sembilan tahun terakhir telah menjadi tahun terhangat sejak pencatatan modern dimulai pada 1880. Hal ini menunjukkan, suhu Bumi pada 2022 sekitar 2 derajat Fahrenheit atau 1,11 derajat celsius lebih hangat daripada rata-rata akhir abad ke-19.
Iklim pemanasan kita sudah menunjukkan tanda mulai dari kebakaran hutan yang semakin intensif, angin topan semakin kuat, kekeringan, hingga naiknya permukaan laut.
”Alasan tren pemanasan adalah aktivitas manusia terus memompa gas rumah kaca dalam jumlah besar ke atmosfer. Dampak pemanasan ini bagi planet dalam jangka panjang juga akan berlanjut,” ujar Direktur GISS Gavin Schmidt dikutip dari situs NASA, Senin (16/1/2023).
Selain menetapkan emisi karbon dioksida sebagai rekor tertinggi pada 2022. NASA juga mengidentifikasi beberapa pemancar supermetana atau gas rumah kaca kuat lainnya. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan instrumen Investigasi Sumber Debu Mineral Permukaan Bumi yang diluncurkan ke Stasiun Ruang Angkasa Internasional(ISS) tahun lalu.
FABRICE COFFRINI
Ilmuwan Glamos memantau sekitar 20 gletser Swiss setiap tahun dan mencatat bahwa sejak 2010, frekuensi es mencair sangat ekstrem. Pemanasan global berlangsung begitu cepat sehingga menyebabkan sejumlah gletser kecil hilang.
Analisis suhu global NASA diambil dari data yang dikumpulkan oleh stasiun cuaca dan stasiun penelitian Antartika. Data ini juga berasal dari instrumen yang dipasang di kapal dan pelampung laut.
Ilmuwan NASA menganalisis pengukuran ini untuk memperhitungkan ketidakpastian dalam data dan mempertahankan metode yang konsisten untuk menghitung perbedaan suhu permukaan rata-rata global setiap tahun. Pengukuran suhu permukaan berbasis darat ini konsisten dengan data satelit yang dikumpulkan sejak 2002 oleh Atmospheric Infrared Sounder di Satelit Aqua NASA dan dengan perkiraan lainnya.
NASA menggunakan periode 1951-1980 sebagai dasar untuk memahami bagaimana suhu global berubah dari waktu ke waktu. Garis dasar itu mencakup pola iklim seperti La Nina dan El Nino, serta tahun-tahun panas atau dingin yang tidak biasa karena faktor lain.
Banyak faktor yang dapat memengaruhi suhu rata-rata pada tahun tertentu. Sebagai contoh, tahun 2022 adalah salah satu rekor terpanas meskipun terjadi kondisi La Nina selama tiga tahun berturut-turut di Samudra Pasifik tropis.NASA memperkirakan, pengaruh pendinginan La Nina sedikit menurunkan suhu global sekitar 0,11 derajat Fahrenheit atau 0,06 derajat celsius dari suhu rata-rata di bawah kondisi laut yang lebih umum.
Analisis terpisah oleh Badan Atmosfer dan Kelautan Nasional AS (NOAA) juga menyimpulkan suhu permukaan global tahun 2022 adalah yang tertinggi keenam sejak 1880. Ilmuwan NOAA menggunakan banyak data suhu mentah yang sama dalam analisis mereka dan memiliki metode serta periode dasar yang berbeda, yakni 1901-2000.
AHMAD ARIF
Tren kenaikan suhu Bumi. Sumber; WMO
Sementara laporan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyebut suhu rata-rata global pada tahun 2022 rata-rata 1,15 (1,02-1,27) derajat celsius di atas tingkat pra-industri (1850-1900). Tahun 2022 adalah tahun kedelapan berturut-turut (2015-2022) di mana suhu global tahunan telah mencapai setidaknya 1 derajat celsius di atas tingkat pra-industri (Kompas.id, 13/1/2023).
Dampak pemanasan global
Analisis terkait meningkatnya suhu Bumi ini melengkapi penelitian GISS sebelumnya yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan 2022 American Geophysical Union. Hasil studi tersebut menunjukkan wilayah Arktik terus mengalami tren peningkatan pemanasan hingga mendekati empat kali rata-rata global.
Seluruh dunia juga mengalami dampak yang terkait dengan pemanasan atmosfer dan lautan ini. Perubahan iklim telah mengintensifkan curah hujan dan badai tropis, memperdalam keparahan kekeringan, dan meningkatkan dampak gelombang badai.
”Tren pemanasan ini mengkhawatirkan. Iklim pemanasan kita sudah menunjukkan tanda mulai dari kebakaran hutan yang semakin intensif, angin topan semakin kuat, kekeringan, hingga naiknya permukaan laut,” ujar administrator NASA, Bill Nelson.
Nelson menegaskan bahwa NASA berkomitmen untuk mengambil bagiandalam mengatasi perubahan iklim. Observatorium Sistem Bumi NASA dapat berperan dengan memberikan data canggih untuk mendukung pemodelan, analisis, dan prediksi iklim.