Sekolah Berbasis Riset dan Inovasi Mengembangkan Potensi Siswa
Siswa Indonesia mempunyai potensi besar di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. BRIN menggagas program sekolah atau madrasah berbasis riset dan inovasi untuk mengembangkan potensi itu.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
KOMPAS/PRADIPTA PANDU MUSTIKA
Salah satu hasil riset dan inovasi dari siswa sekolah menengah atas dipamerakan dalam acara Indonesia Research and Innovation Expo 2022 di Gedung ICC Cibinong Science Center, Bogor, Jawa Barat, Kamis (27/10/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Pusat Riset Pendidikan Badan Riset dan Inovasi Nasional menggagas program sekolah atau madrasah berbasis riset dan inovasi. Program ini diharapkan mengembangkan potensi siswa dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menumbuhkan kultur riset di satuan pendidikan.
Kepala Pusat Riset Pendidikan BRIN Trina Fizzanty mengatakan, secara personal, siswa Indonesia mempunyai potensi besar di bidang iptek. Hal ini tergambar dari berbagai penghargaan yang diraih di tingkat internasional.
Potensi itu perlu dikembangkan agar lebih menyeluruh sehingga meningkatkan mutu pendidikan bangsa. Fokus program ini mendorong siswa berpikir kritis dan menghasilkan karya ilmiah dari riset-riset di sekolah atau madrasah.
TANGKAPAN LAYAR
Tangkapan layar Kepala Pusat Riset Pendidikan BRIN Trina Fizzanty dalam diskusi Sekolah/Madrasah Berbasis Riset dan Inovasi di Jakarta, Jumat (13/1/2023).
”Kalau kita bisa mendorong generasi muda mengembangkan kemampuan dalam hal riset dan inovasi, ini akan memberikan angin segar bagi perkembangan iptek di Indonesia,” ujarnya dalam diskusi ”Sekolah/Madrasah Berbasis Riset dan Inovasi” di Jakarta, Jumat (13/1/2023).
Pengimplementasian program ini dihadapkan oleh berbagai tantangan. Selain keterbatasan infrastruktur seperti perpustakaan dan sumber data, juga kemampuan guru dalam membimbing siswa.
Selain menghasilkan karya ilmiah, sekolah melalui siswa, guru, dan pengawas diharapkan lebih inovatif, termasuk dalam metode pembelajaran. Hal ini sebagai salah satu upaya membangun ekosistem riset untuk meningkatkan kapasitas dan wawasan siswa.
Siswa diajak untuk lebih peduli terhadap isu-isu di sekitarnya. Dalam isu lingkungan, misalnya, siswa diharapkan mempunyai kesadaran tentang peningkatan konsentrasi karbon dioksida dan perubahan iklim.
ABDULLAH FIKRI ASHRI
Siswa SDN Paoman IV, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menunjukkan mangrove yang ditanam di sekolah, Sabtu (25/5/2019). SDN Paoman IV termasuk dalam 26 SD di Indramayu yang menerapkan kurikulum pendidikan lingkungan hidup tematik mangrove.
”Karena masalah lingkungan akan memengaruhi masa depan. Tentunya generasi muda melalui sekolah didorong membangun kesadaran mengenai hal itu,” ujarnya.
Trina menuturkan, berdasarkan laporan Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) pada 2022, kesadaran pelajar Indonesia pada lingkungan belum cukup baik. Jadi, sangat penting mendorong mereka agar peduli tidak hanya pada diri sendiri, tetapi juga lingkungan dan masyarakat di sekitarnya.
Tumbuhnya budaya ilmiah di satuan pendidikan berpeluang menghadirkan solusi bagi sejumlah masalah. Oleh karena itu, program sekolah atau madrasah berbasis riset dan inovasi (Sembari) bisa berkolaborasi dengan berbagai pusat riset.
”Kami berharap program ini bisa menjadi entry point (titik masuk) untuk menggerakkan berkembangnya sekolah atau madrasah berbasis riset. Bagaimana kualifikasi para pendidik juga akan meningkat,” jelasnya.
Pengimplementasian program ini dihadapkan oleh berbagai tantangan. Selain keterbatasan infrastruktur seperti perpustakaan dan sumber data, juga kemampuan guru dalam membimbing siswa.
Prinsip dasar pengembangan program Sembari menggunakan beberapa pendekatan. Salah satunya inovasi terbuka sehingga program masih memungkinkan untuk terus dikembangkan. Selain itu, pendekatan kolaborasi yang tidak hanya antara BRIN dan sekolah, tetapi juga pihak lain, seperti perguruan tinggi, dinas pendidikan, dan swasta.
”Terakhir, ada pendekatan outcome (hasil). Kita bicara dampak dari konsep Sembari untuk memperkuat terobosan inovasi sosial di bidang pendidikan sehingga mampu menjawab tantangan perkembangan zaman,” katanya.
Trina menambahkan, program Sembari akan diterapkan dengan konsep proyek percontohan di sejumlah sekolah dan madrasah. Satuan pendidikan dapat mengajukan pendampingan kepada BRIN untuk memberikan panduan pengembangan program tersebut.
”Siapa pun bisa menjadi scientist. Guru dan siswa dapat melakukan itu sehingga berkontribusi untuk perbaikan sekolah atau madrasah. Pada akhirnya, ini akan memunculkan demokratisasi dalam pendidikan,” jelasnya.
KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA
Sejumlah siswa mencoba eksperimen sains "Kaleng Bergerak" dalam pembukaan Science Film Festival 2022 yang diinisiasi Goethe-Institut, di Jakarta, Selasa (18/10/2022).
Koordinator Program Pusat Riset Pendidikan BRIN, Deni Hadiana, mengatakan, lewat program Sembari, sekolah dan madrasah akan menjadi laboratorium bagi periset. Budaya penelitian pun tumbuh sehingga pengembangan sumber daya manusia (SDM) dalam bidang iptek akan meningkat.
”Hal ini merupakan mimpi kita bersama. Jadi, secara bersama pula kita akan menyukseskan program Sembari. Ini untuk kemajuan budaya, SDM, serta kultur ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk agar pendidikan ke depan semakin baik,” ujarnya.
Deni menambahkan, program Sembari akan segera disosialisasikan secara luas. Peluncuran program tersebut dijadwalkan pada Maret 2023.
Bukan kurikulum baru
Deni menegaskan, Sembari bukanlah kurikulum pendidikan baru. Namun, program tersebut adaptif sehingga dapat disisipkan di kurikulum yang sedang dijalankan pada satuan pendidikan.
Salah satu hasil riset mesin budidaya mikrolaga dari siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) 1 Kota Malang dipamerkan di Gedung ICC, Cibinong Science Center, Bogor, Jabar, Kamis (27/10/2022). BRIN menggelar pameran riset dan invoasi dalam acara InaRI Expo 2022 dengan tema "Digital, Blue, & Green Economy: Riset dan Inovasi untuk Kedaulatan Pangan dan Energi".
”Cocok dengan kurikulum saat ini. Misalnya, sekolah sedang menerapkan Kurikulum 2013, tinggal memasukkan satu muatan terkait penguatan riset dan inovasi,” katanya.
Menurut Deni, program Sembari dapat disisipkan dengan berbagai cara, antara lain kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan kokurikuler.
”Sembari adalah hadiah dari kami untuk mempermudah aktivitas pengembangan kurikulum yang sudah berlangsung. Pengefektifan dari pembelajaran dan asesmen sehingga semakin kuat dengan lingkungan riset dan inovasi,” jelasnya.
Program Sembari juga diharapkan memacu ekosistem pembelajaran di satuan pendidikan yang lebih menekankan pada kegiatan riset. Dengan begitu, dapat mengubah paradigma mendongkrak mutu pendidikan berbasis sekolah.