Nitrogen Cair pada Makanan yang Tertelan Bisa Sebabkan Cedera Fatal
Penggunaan nitrogen cair untuk produk pangan tidak bisa sembarangan. Nitrogen cair yang tertelan masuk dalam tubuh bisa menimbulkan berbagai risiko kesehatan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan nitrogen cair pada produk pangan siap saji seperti yang banyak digunakan pada jajanan chiki ngebul perlu diwaspadai. Penggunaan yang tidak tepat yang menyebabkan tertelannya nitrogen cair pada tubuh dapat berpotensi menyebabkan cedera fatal pada tubuh.
Anggota staf pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB University, Nuri Andarwulan, dalam webinar yang diikuti di Jakarta, Rabu (11/1/2023), mengatakan, nitrogen cair merupakan nitrogen yang berada dalam keadaan cair pada suhu yang sangat rendah. Biasanya, nitrogen ini tidak berwarna dan digunakan untuk mempercepat pembekuan.
Akan tetapi, penggunaan nitrogen cair, terutama untuk produk pangan, perlu perhatian khusus. Nitrogen yang terlalu banyak dihirup bisa mengakibatkan pusing, mual, muntal, kehilangan kesadaran, sesak napas, hingga kematian. Jika sampai kontak dengan kulit dan mata, dampaknya bisa menyebabkan luka bakar dingin yang parah dan radang dingin.
Nitrogen cair yang ditambahkan ke makanan atau minuman sebenarnya bisa menguap sehingga seharusnya tidak berbahaya. Namun, nitrogen cair yang tersisa di bagian bawah wadah sajian bisa berisiko tidak sengaja tertelan.
”Nitrogen cair tidak berasa atau hambar sehingga jika konsumen tidak diinstruksikan untuk menunggu sebelum nitrogen cair benar-benar menguap, mereka mungkin secara tidak sengaja menelannya tanpa disadari,” kata Nuri.
Ia mengatakan, cedera paling serius yang dihadapi setelah menelan nitrogen cair yakni kondisi barotrauma gastrointestinal atau cedera pada saluran pencernaan bagian atas hingga lambung. Cedera ini terjadi karena adanya peningkatan tekanan di dalam perut.
Kondisi tersebut terjadi karena pada saat nitrogen cair masuk ke tubuh, nitrogen cair akan segera menguap. Uap yang terbentuk di sepanjang jalan pencernaan dari mulut, kerongkongan, dan lambung dapat menyebabkan tekanan yang besar. Pada saat itu, seseorang akan merasa sakit perut yang luar biasa.
Nitrogen cair tidak berasa atau hambar sehingga jika konsumen tidak diinstruksikan untuk menunggu sebelum nitrogen cair benar-benar menguap, mereka mungkin secara tidak sengaja menelannya tanpa disadari.
Nuri menuturkan, volume nitrogen cair yang menguap di dalam tubuh bisa bertambah hingga 700 kali lipat dari volume ketika berbentuk cair. Artinya, jika seseorang menelan sekitar satu sendok atau 10 mililiter nitrogen cair, volume ketika menguap di dalam tubuh bisa mencapai tujuh liter.
“Akibatnya, pasien mungkin mengalami distensi perut yang parah dan menyakitkan setelah mengonsumsi nitrogen cair. Kenaikan volume dalam saluran pencernaan biasanya menyebabkan pecahnya lambung di kelengkungan perut yang lebih rendah yang membutuhkan pembedahan untuk memperbaikinya,” ujarnya.
Itu sebabnya, penggunaan nitrogen cair untuk produk pangan tidak bisa sembarangan. Penggunaan nitrogen cair pada makanan ataupun minuman harus dilakukan oleh seseorang yang sudah terlatih. Wadah yang diberikan ke konsumen tidak boleh disajikan jika masih mengandung sisa nitrogen cair.
Menurut Nuri, mitigasi risiko sangat diperlukan dalam penggunaan nitrogen cair pada makanan ataupun minuman. Peringatan dan saran terkait bahaya penggunaan nitrogen cair pada produk pangan perlu diberikan sebagai bentuk edukasi masyarakat.
Pemerintah juga perlu mempertimbangkan pemberlakuan kebijakan yang lebih ketat dari penggunaan nitrogen cair pada produk pangan. Penjualan produk makanan tersebut seharusnya hanya boleh dilakukan oleh pihak yang terlatih.
Sejumlah kasus pun telah dilaporkan terkait dampak dari konsumsi pangan siap saji dengan nitrogen cair yang dikenal juga sebagai chiki ngebul atau ice smoke. Pada Juli 2022, satu kasus dilaporkan di Kabupaten Ponorogo pada anak yang mengalami luka bakar setelah mengonsumsi panganan tersebut.
Selanjutnya, pada 19 November 2022 dilaporkan pula terjadi kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan di Kabupaten Tasikmalaya pada 23 anak setelah mengkonsumsi jajanan jenis chiki ngebul. Dari laporan terbaru Dinas Kesehatan Jawa Barat pada 10 Januari 2023, total kasus yang dilaporkan di Jawa Barat sebanyak 28 kasus yang terdiri dari 24 kasus di Kabupaten Tasikmalaya dan empat kasus di Kota Bekasi.
Kepala Subdirektorat Penyehatan Pangan Direktorat Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tutut Indra Wahyuni mengatakan, Kementerian Kesehatan telah berkoordinasi dengan lintas sektor terkait dampak dari penggunaan nitrogen cair pada penyajian pangan siap saji. Surat edaran tentang pengawasan terhadap penggunaan nitrogen cair pada produk pangan siap saji pun telah diterbitkan pada 6 Januari 2023.
Pelaksana Tugas Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Yudhi Pramono menuturkan, Kementerian Kesehatan melalui Surat Edaran Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor 90 Tahun 20223 telah mengeluarkan aturan tentang Pengawasan terhadap Penggunaan Nitrogen Cair pada Produk Pangan Siap Saji. Aturan tersebut menegaskan perlunya penguatan pembinaan dan pengawasan pada produk pangan siap saji yang menggunakan nitrogen cair.
”Kami pun mengimbau masyarakat tidak menggunakan nitrogen cair untuk pangan siap saji yang dikonsumsi,” katanya.
Aturan terkait pengawasan penggunaan nitrogen cair pada produk pangan siap saji, antara lain, aturan untuk restoran yang menggunakan nitrogen cair pada produk pangan siap saji harus dibina dan diawasi oleh dinas kesehatan setempat. Tempat pengelolaan pangan selain restoran seperti gerai pangan jajanan keliling tidak direkomendasikan untuk menggunakan nitrogen cair pada produk pangan siap saji yang dijual.
Apabila terjadi keracunan pangan yang disebabkan penambahan nitrogen cair, investigasi perlu dilakukan oleh tim gerak cepat. Itu sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2013 tentang KLB Keracunan Pangan.