Calon mahasiswa diharapkan sudah matang menentukan program studi yang hendak dituju. Sebab, mulai tahun 2023 seleksi nasional penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri menyediakan beragam pilhan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seleksi nasional penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri tahun 2023 diikuti 137 perguruan tinggi vokasi dan akademik milik pemerintah. Integrasi seleksi calon mahasiswa jenjang sarjana, sarjana terapan atau diploma ini diklaim lebih efisien dan menyediakan beragam pilihan program studi.
Ketua Umum Tim Penanggung Jawab Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) Tahun 2023 Mochmad Ashari menyampaikan hal itu dalam konferensi pers Pembukaan Pelaksanaan Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) Tahun 2023 di Jakarta, Selasa (10/1/2023).
Menurut Ashari, pilihan program studi di 137 perguruan tinggi negeri (PTN) meningkat dari tahun lalu yang berjumlah 125 PTN. Tahun ini, peserta bisa memilih PTN atau program studi yang diminati di 76 PTN akademik 43 PTN vokasi (institut/universitas dan politeknik), serta 18 perguruan tinggi keagamaan Islam negeri.
Perguruan tinggi vokasi dan akademik itu di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ataupun Kementerian Agama. ”Menu pilihan bagi calon mahasiswa tahun ini lebih banyak. Mereka leluasa memilih dengan mempertimbangkan rencana masa depan yang diinginkan,” kata Ashari yang juga Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Seleksi yang pertama dibuka ialah seleksi nasional berdasarkan prestasi (SBNP). Mulai tahun ini, untuk calon mahasiswa jalur prestasi ini, didasarkan rerata rapor semua mata pelajaran semester 1-5 dengan bobot 50 persen.
Menu pilihan bagi calon mahasiswa tahun ini lebih banyak. Mereka leluasa memilih dengan mempertimbangkan rencana masa depan yang diinginkan.
Selanjutnya keleluasaan diberikan bagi setiap PTN untuk menentukan bobot 50 persen berikutnya, bisa terdiri atas dua mata pelajaran pendukung program studi (prodi) atau prestasi akademik.
”Untuk seleksi jalur prestasi, hanya bisa diikuti lulusan tahun 2023. Saat ini, siswa kelas XII SMA/SMK sederajat bisa membuat akun untuk mendaftar. Adapun yang seleksi nasioal berdasarkan tes atau SNBT bisa diikuti lulusan tahun 2023, 2022, dan 2021, pembuatan akun akan dibuka pada tahap berikutnya,” ujar Ashari.
Memudahkan
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Nizam, menegaskan, seleksi nasional untuk kuliah di PTN yang terintegrasi antara PTN vokasi dan akademik memudahkan masyarakat.
”Cukup mendaftar sekali, peserta bisa memilih dari bergam menu pilihan yang ada. Penyelenggaraan seleksi pun menjadi efisien, serta hemat waktu dan biaya,” kata Nizam menambahkan.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, Kiki Yuliati menambahkan, kebijakan Kemendikbudristek mendorong penyatuan seleksi PTN vokasi dan akademik ini sebagai wujud kesatuan dan integrasi konsep Merdeka Belajar. Lulusan SMA/SMAk sederajat dapat secara lebih terbuka memilih studi lanjutan di PTN.
”Yang mau kuliah di vokasi diploma tiga (D-3) ataupun diploma empat (D-4), serta yang sarjana akademik bisa ikut proses seleksi sama. Jadi tidak ada kebingungan harus berulang-ulang mendaftar karena seleksi yang terpisah,” kata Kiki.
Transformasi seleksi PTN yang bersama-sama antara voaksi dan akademik itu mendorong siswa dan orangtua memilih kuliah bukan demi gelar atau mengikuti tren semata. ”Siswa harus sadar ketika melanjutkan studi ke PT bukan untuk mencari gelar, tapi kompetensi,” katanya.
”Mulai sekarang, para siswa didorong untuk mampu mengevaluasi diri dan merencanakan masa depan sehingga serius memilih PTN. Jadi bukan ikut-ikutan teman atau tren yang lagi berkembang. Harus didasarkan perlu apa dan ingin apa di masa depan,” ujarnya.
Kiki menampik anggapan jika vokasi, khususnya diploma 3, seringkali sebagai pilihan terakhir calon mahasiswa jika tidak diterima di seleksi nasional PTN.
”Diploma bukan pilihan terakhir, tapi dikondisikan seperti terakhir karena selama ini tesnya dibelakangkan atau terakhir. Dengan tes bersama ini nanti, kita lihat dan evaluasi minat calon mahasiswa kuliah di vokasi,” ujarnya.
Sementara Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek, Anindoto Aditomo mengatakan, perubahan model SNPMB, di jalur prestasi dan tes, untuk mendukung peningkatan pembelajaran mendalam, menantang, dan menyenangkan di jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Jalur prestasi kini menghargai semua mata pelajaran agar siswa mempelajari semua mata pelajaran sambil mendalami mata pelajaran spesifik yang relevan untuk prodi yang dituju. Seleksi berdasarkan tes, tidak lagi mengukur penguasaan konten luas atau hafalan, tetapi kompetensi bernalar dan karakter.
Menurut Anindito, perubahan SNPMB jalur prestasi dan tes memungkinkan integrasi seleksi calon mahasiswa di PTN akademik dan vokasi. Sebab, pendidikan vokasi juga memerlukan daya nalar dan literasi.
Hal ini difasilitasi dengan berubahnya model ujian tulis berbasis komputer (UTBK) yang mengujikan tes potensi skolastik (TPS) untuk mengetahui daya nalar umum, kecakapan bernalar, ataupun memahami bacaan/literasi.
”Nantinya pembelajaran di SMA/SMK sederajat untuk mengasah, memahami bacaan, dan daya nalar. Jadi bukan mengujikan konten. Namun, konten tetap dibutuhkan untuk mengembangkan daya nalar dan literasi anak. Dengan belajar konten, siswa bisa berpikir logis, memecahkan masalah, dan bernalar. Kompetensi ini dibutuhkan untuk pendidikan vokasi ataupun akademik,” kata Anindito.
Ketua Majelis Rektor PTN Indonesia Ganefri mengutarakan, integrasi seleksi PTN akademik dan vokasi memudahkan warga memilih PTN dengan lebih efisien. ”Kita ingin mendapat anak-anak yang mampu dan bermutu masuk PTN. Seleksi PTN harus akuntabel dengan prosedur dan kriteria jelas,” ujarnya.